• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap beberapa literatur kepustakaan, terutama karya-karya ilmiah yang berkenaan dengan kajian pendidikan Islam demikian pula tentang

pang-ngaddakang dan masalah sarak, belum ditemukan satu pun tulisan

berupa buku, atau karya ilmiah lainnya yang sama persis dengan penelitian dalam disertasi penulis ini. Walaupun demikian, dalam penelusuran penulis lebih lanjut, ditemukan sebagian literatur kepustakaan bahkan ada juga penelitian berupa disertasi yang ternyata sangat mendukung penelitian penulis sebagai sumber inspirasi.

Literatur kepustakaan yang dimaksud seperti Ahmad Fu‟ad al-Ahwāniy dalam bukunya al-Tarbiyah fī al-Islām, yang didalamnya ditemukan uraian tentang kaitan pendidikan Islam dan peradaban. Penulisnya dalam enam paragrap menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu usaha pembudayaan manusia melalui bimbingan secara sistematis untuk lebih berkembang baik mental dan spiritualnya, jasmani dan rohaninya, sehingga mencapai peradaban yang tinggi. Usaha ini tidak terlepas dari struktur dan adat

32

masyarakat, semakin memahami dan mengamalkan ajaran yang tertuang dalam pendidikan Islam, semakin tinggi ilmunya bersamaan dengan semakin baik adat dalam arti semakin mulia perilakunya di tengah-tengah masyarakat, semakin tinggi ilmunya dan mulia akhlak masyarakat, maka semakin tinggi peradaban yang dimilikinya. Pendidikan dan akhlak adalah dua hal yang esensial dalam Islam yang dapat mengangkat martabat dan peradaban.47 Penulis dalam disertasi ini berusaha mencari hubungan bagaimana kaitan pendidikan Islam dengan peradaban bagi masyarakat Makassar yang tergolong sebagai

sarak dalam pangngadakkang, dan untuk pengkajian lebih lanjut

penulis menelaah rujukan berbahasa Makassar, maupun berbahasa Indonesia yang berkaitan pembahasannya dengan uraian disertasi ini.

Demikian pula „Abdullah Nāsih „Ulwān dalam bukunya,

al-Tabiyah al-Awlād fī al-Islam, menguraikan secara komprehensif

tentang bagaimana agar anak-anak dan peserta didik dapat memahami ajaran Islam sejak kecil sampai dewasa dan masa tuanya mengamalkan ilmunya sehingga terbentuk insan kamil.48 Di sini, dalam penelitian ini penulis akan menguraikan secara komprehensif

47Lihat Ahmad Fu‟ad Ahwāziy, Tarbiyah fī Islam (Mesir: Dār

al-Ma‟arif, t.th), h. 111-112

48„Abdullah Nāsih „Ulwān, Tarbiyat al-Awlād fī al-Islām, jilid II (Cet. I; Mesir:

bagaimana masyarakat bersuku Makassar menanamkan nilai-nilai

pangngadakkang dan memberikan nilai-nilai pendidikan Islam kepada

anak-anak mereka sehingga mampu menjadi insan kamil dan mampu mengaktualisasikan sarak yang tidak bertentangan dengan akidah.

Selanjutnya Wan Moh. Nor Wan Daud juga menulis buku yang berjudul The Educational Philosopy and Practice of Syed Muhammad

Naquib al-Attās, yang inti pembahasannya menelaah pemikiran Syed

Naquib al-Attas tentang filsafat, tasawuf, dan pendidikan. Buku ini mengungkap pemikiran al-Attas secara misterius tentang peranan filsafat dan tasawuf yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam.49 Kaitannya dengan itu penulis dalam disertasi ini ingin mengungkap unsur-unsur pemikiran filsafat dan mistisisme dalam pangngadakkang dan unsur sarak bagi masyarakat Makassar untuk kemudian dihubungkan dengan unsur-unsur dan nilai pendidikan Islam di dalamnya.

Azyumardi Azra dalam bukunya Pendidikan Islam dan

Modernisasi, membahas tentang kelayakan pendidikan Islam di era

modernisasi.50 Karena itu penulis dalam penelitian ini berusaha keras

49Wan Mohd Nor Wan Daud, op. cit., h. 11-39

50H. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Modernisasi (Jakarta: Logos

34

menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam amalan sarak sebagai unsur pangngaddakkang bagi masyarakat Makassar sehingga hasil penelitiannya nanti boleh jadi masih relevan dengan era modernisasi, sehingga unsur sarak tersebut masih bertahan di era ini, atau karena perkembangan modernisasi mungkin saja hasil penelitian yang diperoleh merumuskan bahwa sistem pangngadakkang itu menjadi luntur karena adanya asimilasi budaya yang mengitari masyarakat.

Selain buku yang memuat kajian pustaka tentang pendidikan Islam, ditemukan pula rujukan lain yang membahas tentang sarak sebagai bagian integral dari pangngadakkang. Misalnya, buku yang diterbitkan Pustaka Repleksi yang berjudul Siri dan Pesse; Harga

Diri Manusia Bugis, Makassar, Mandar, Toraja. Buku tentang Sirik na Pacce dalam bahasa Makassar memang belum ditemukan, namun

buku Siri dan Pesse dalam bahasa Bugis itu, di dalamya memuat kumpulan tulisan essei tentang Sirik na Pacce bagi orang Makassar yang ditulis para pakar sejarah dan kebudayaan seperti: Abu Hamid;51 Andi Zainal Abidin Farid;52 Mattulada;53 Baharuddin Lopa;54 dan C.

51

Tim Editor Pustaka Refleksi, Siri dan Pesse; Harga Diri Manusia Bugis,

Makassar, Mandar, Toraja (Cet. II; Makassar: Pustaka Refleksi, 2003), h. 1 -14.

52Ibid., h. 15-62.

53Ibid., h. 63-74.

54

Salombe.55 Tulisan-tulisan mereka banyak menyinggung tentang

sarak sebagai unsur pangngadakkang dan aktualisasi serta

implementasinya pada masyarakat Makassar.

Buku yang juga berkaitan erat dengan penelitian penulis adalah, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam dari Masa Umayah

Hingga Kemerdekaan Indonesia yang ditulis Bahaking Rama. Buku

ini dalam sub bab khusus membahas tentang pendidikan Islam di Sulawesi Selatan bahwa, sejak diterimanya Islam sebagai agama resmi di Kerajaan Gowa, maka pendidikan Islam dikembangkan secara terus menerus, dari istana Islam mulai diajarkan, kemudian berkembang ke masyarakat umum, dengan mempelajari Islam pada ulama di Masjid atau di rumah Ulama dengan sistem halaqah atau

angaji tudang-angnganji mempo.56 Sistem pendidikan seperti ini mengandung unsur pangngadakkang dan tentu saja materi pendidikan yang diajarkan banyak berkenaan dengan masalah sarak.

Selain itu, ditemukan beberapa dokumen penting yang patut dijadikan rujukan, dan lebih penting lagi adalah tiga disertasi sebagai hasil penelitian yang membahas tentang pangngadakkang, dan

55Ibid., h. 99-118.

56Selengkapnya lihat Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan dan Peradaban Islam

dari Masa Umayah Hingga Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Cakrawala Publishing,

36

tentunya patut dijadikan rujukan utama karena memiliki relevansi dengan penelitian penulis.

Pertama, disertasi Ahmad M. Sewang yang kini telah dicetak

menjadi buku berjudul Islamisasi di Kerajaan Gowa, penulis dalam beberapa halaman menjelaskan bahwa kerajaan Gowa dan masyarakatnya begitu akrab dengan pangngadakkang di masa lampau. Ini adalah kerajaan yang mula-mula menerima Islam dan menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan, namun jauh sebelum Islam datang pihak kerajaan dan masyarakatnya telah menjunjung tinggi adat peradaban dalam sistem budaya pangngadakkang, dan bagi masyarakatnya sampai Islam datang budaya tersebut dipertahankan bahkan dimasukkan unsur sarak dalam memperkaya makna

pangngadakkang.57

Kedua, disertasi Andi Rasdiyanah yang berjudul, Integrasi Sistem Pangngaddareng (Adat) dengan Sistem Syariat sebagai Pandangan Hidup Orang Bugis dalam Lontarak Latoa, menguraikan

secara komprehensif tentang sistem pangngaddareng yang dalam bahasa Makassar pangngaddakang lengkap dengan unsur-unsurnya seperti adék, konsep rapang, konsep bicara, konsep warik, dan

57Lihat Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Cet. II; Jakarta: Yayasan

konsep sarak.58 Konsep-konsep yang diuraikan Andi Rasdiyanah

tersebut, juga dijadikan bahasan khusus dan termasuk sumber penting dalam penelitian disertasi penulis ini.

Ketiga, disertasi H. M. Sattu Alang yang berjudul Anak Shaleh: Kontribusi Nilai-nilai Sosio Kultural Masyarakat Luwu bagi Pen-shalehan Anak di Pesantren Modern Datok Sulaiman Palopo,59 yang menguraikan sistem pengngaderreng dalam masyarakat Luwu, dan menjelaskan lebih lanjut tentang aplikasi sarak dalam proses pendidikan Islam di Pesantren Datok Sulaiman untuk penshalehan anak dengan cara penanaman nilai-nilai keimanan, ibadah, dan akhlak.60

Berbagai literatur pustaka berupa buku maupun hasil penelitian berupa disertasi yang disebutkan tadi, sekaligus menjadi sumber inspirasi penulis dalam melakukan penelitian dan tentu saja literatur tersebut menjadi rujukan penting bagi penulis dalam meneliti nilai-nilai pendidikan Islam dalam pangngadakkang.

58Lihat Andi Rasdiyanah, op. cit., h. 137-176

59

Disertasi tersebut, kini telah diterbitkan menjadi buku dan telah beredar luas di tengah-tengah masyarakat.

60Selengkapnya lihat H. M. Sattu Alang, Anak Shaleh: Kontribusi Nilai-nilai

Sosio Kultural Masyarakat Luwu bagi Pen-shalehan Anak di Pesantren Modern Datok Sulaiman Palopo (Makassar: Yayasan al-Ahkam, 2001), h. 83-93 dan 239-320.

38

Dokumen terkait