• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menunjukkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas lainnya. Dengan demikian seseorang yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik akan dapat melakukan kegiatan atau kegiatan lain dengan baik tanpa merasa terlalu lelah. Ini juga berarti bahwa kegiatan itu dapat dilakukan secara terus menerus tanpa rasa sakit atau rasa malas (Depdikbud, 1997:4).

Menurut Soegiyono, (1992:6) kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari dengan cukup kekuatan dan daya tahan tanpa timbul kelelahan dan dengan sisa tenaganya masih dapat menikmati waktu luang, dan siap menghadapi kesukaran / bahaya yang mungkin timbul. Orang yang tidak fit tidak mampu melaksanakannya.

Ditinjau dari segi faal (sosiologi) kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh dalam melaksanakan tugas pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (pekerjaan sehari-hari), tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Menurut Ismaryati dan Sarwono (2009: 19)

kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah tanpa terasa lelah berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak.

2.1.2 Komponen-Komponen Kesegaran Jasmani

Secara umum komponen-komponen kesegaran jasmani atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani adalah :

1. Daya tahan ( Endurance)

a. Daya tahan Kardiofaskuler

Daya tahan kardiofaskuler adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh. Hal tersebut diperlukan untuk menunjang kerja otot. Daya tahan kardiofaskuler merupakan komponen terpenting dalam kesegaran jasmani.

b. Daya tahan otot

Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi daya tahan otot merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot.

2. Kekuatan Otot (Strenght)

Kekuatan otot merupakan tenaga atau gaya yang dapat dihasilkan otot pada suatu kontraksi maksimal. Sedangkan daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kerja berulang-ulang dengan beban sub maksimal. Seseorang mungkin mempunyai kekuatan otot yang besar di sekelompok otot tertentu, tetapi belum tentu pada kelompok otot lainnya. 3. Kecepatan (Speed)

a. Kecepatan Gerak

Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melaksanakan gerak-gerak yang sama atau tidak sama secepat mungkin.

b. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberi jawaban gerak setelah menerima suatu rangsangan.

4. Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh / bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

5. Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan adalah keleluasaan gerak tubuh pada persendian yang sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon dan ligamen sekitar persendian itu sendiri. Kelenturan berperan hampir setiap gerakan manusia, sehingga pada bidang olahraga kelenturan ini penting dalam menopang kinerja dan keindahan gerak. Kelenturan merupakan salah satu tolak ukur kesembuhan akibat cidera dan penyakit-penyakit muskulo

skeletal.

6. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh / bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

7. Koordinasi (Coordination)

Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai factor yang terjadi pada suatu gerakan.

8. Daya Ledak (Power)

Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. 9. Komposisi tubuh (Body Composition)

Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas masa otot (40-50%), tulang (16-18%) dan organ-organ tubuh (29-39%). Berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin kecil persentasi lemak, makin baik kinerja seseorang. 10.Reaksi (Reaktion)

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menangani rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf feeling lainnya. (Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi 1995: 11).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani adalah sebagai berikut :

1. Makanan dan Gizi

Makanan dan gizi sangat diperlukan bagi tubuh untuk proses pertumbuhan, pergantian sel tubuh yang rusak dan untuk mempertahankan kondisi tubuh. Unusr-unsur yang diperlukan tubuh antara lain :

2. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Dapat dikatakan bahwa setiap gerak hidup sel selalu bersangkutan dengan fungsi sel. Protein selain berfungsi sebagai zat pembangun, juga berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengganti sel-sel yang rusak dan aus terpakai, zat pengatur, dan juga protein sebagai sumber energi. Sumber protein dari nabati dan hewani.

3. Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Lemak dalam tubuh berfungsi untuk cadangan tenaga, bantalan organ-organ tubuh tertentu, memberikan fikasi organ tersebut seperti biji mata dan ginjal, isolasi sehingga panas tubuh tidak banyak keluar, mempertahankan tubuh dari gangguan-gangguan luar seperti pukulan atau bahan-bahan berbahaya seperti zat kimia yang dapat merusak jaringan otot dan memberikan garis-garis bentuk tubuh yang baik. 4. Karbohidrat

yang mempunyai fungsi menghasilkan energi dan mempunyai karakteristik sejenis, yang terdiri dari unsur-unsur C, H, O. Sumber utama karbohidrat didalam makanan berasal dari tumbuhan, dan hanya sedikit saja termasuk bahan makanan hewani. Di dalam tubuh karbohidrat merupakan salah satu sumber energi. Dari ketiga unsure sumber energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein, karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah dan mudah di dapat.

5. Garam-garam Mineral

Sekitar 4% dari tubuh manusia terdiri atas mineral, secara umum mineral digunakan tubuh untuk : membangun jaringan tulang, mengatur tekanan osmose dalam tubuh, memberikan elektrolit untuk keperluan-keperluan otot-otot dan syaraf, dan membuat berbagai enzim.

6. Vitamin

Fungsi vitamin secara umum berhubungan erat dengan fungsi enzim, terutama vitamin yang larut dalam air. Enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Suatu enzim terdiri atas komponen protein yang dihasilkan oleh sel dan disebut opoenzim. Apoenzim ketika disintesis tidak mempunyai aktifitas; baru menjadi aktif bila telah berkonjugasi dengan komponen non-protein yang disebut ko-enzim. Ko-enzim inipun dibuat didalam tubuh dan mengandung komponen yang disebut vitamin. (M. Hartono, 1996:2-7).

7. Air

Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air terdapat disemua jaringan tubuh dengan kadar yang sangat berbeda-beda. Dalam gizi misalnya, jumlah cairan kurang lebih 5%, dalam lemak atau tulang kira-kira 25%, sedang dalam jaringan otot dapat mencapai 80%. Air didalam tubuh berfungsi sebagai zat pengatur. Sebagai zat pengatur, air berperan antara lain sebagai pelarut hasil-hasil pencernaan makanan, sehingga zat-zat yang diperlukan tubuh dapat disebar melalui dinding usus dan sebaliknya, dengan adanya air sisa-sisa pencernaan dapat pula dikeluarkan dari tubuh, baik melalui paru, kulit, ginjal maupun usus. Selain itu juga berfungsi dalam pengaturan panas tubuh, dengan jalan mengalirkan panas yang dihasilkan ke seluruh bagian tubuh (Asmira Sutarto, 1980:31-32).

8. Faktor Tidur dan Istirahat

Setelah melakukan aktifitas tubuh merasa lelah, hal ini disebabkan oleh pemakaian tenaga untuk aktifitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan tenaga yang telah terpakai diperlukan istirahat. Dengan beristirahat dan tidur tubuh akan menyusun kembali tenaga yang hilang. 9. Faktor Kebiasaan Hidup Sehat

Pola hidup sehat perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kesegaran jasmani tetap terjaga dengan cara :

a. Makan makanan yang bersih dan mengandung gizi (empat sehat lima sempurna).

b. Selain menjaga kebersihan pribadi, seperti : mandi, kebersihan gigi, kebersihan rambut dan lain-lain.

10.Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal dalam waktu lama. Dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial ekonomi. Mulai dari pekerjaan dari pekerjaan, daerah tempat tinggal dan sebagainya. 11.Faktor Latihan dan Olahraga

Anak-anak dan para remaja mungkin dapat menjadi lebih aktif secara jasmaniah, karena dipengaruhi oleh salah satu atau lebih dari empat kegiatan berikut ini. Pertama adanya kesempatan mengikuti beberapa pertandingan olahraga atau latihan-latihan fisik. Kedua melalui bermain dan kegiatan rekreasi, seperti olahraga sekolah selama istirahat, olahraga petualangan dan sebagainya. Ketiga beberapa anak dan para remaja melakukan latihan seperti dalam kelompok-kelompok fitnes (kebugaran jasmani) dan senam aerobik. Keempat kegiatan jasmani lainnya secara pribadi, seperti jalan kaki atau bersepeda pulang pergi ke sekolah (Rusli Ibrahim, M.a, 2002 : 11).

2.1.4 Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang hampir setiap cabang olahraga membutuhkannya. Dalam praktek olahraga, kekuatan digunakan untuk gerakan yang bersifat eksplosif, seperti : melempar, menolak, melompat, menendang, dan memukul. Dengan demikian, kekuatan sangat bermanfaat untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Harsono (1988: 200) mengemukakan bahwa “kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang

sangat cepat”. Jadi, penggunaan istilah kekuatan tersebut dimaksudkan untuk menyatakan daya ledak. Sedangkan M. Sajoto (1995 : 8) mengemukakan bahwa “kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang yang berkaitan dengan kemampuannya mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”. Sementara itu, menurut Harsono (1988 : 177) kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk menghasilkan daya. Dijelaskan pula bahwa serat-serat di dalam otot akan bereaksi jika dipakai untuk melakukan latihan berat atau latihan dengan beban, reaksi ini pada gilirannya akan membuat otot makin efisien dan mampu bereaksi lebih baik pada sistem saraf pusat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kekauatn adalah kemampuan atau jumlah kapasitas maksimal daya seseorang dalam menggunakan sebuah atau sekelompok otot untuk dapat mengatasi beban atau hambatan bekerja. Menurut Suharno (1978 : 3) menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuatan pada setiap cabang olahraga berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga daya ledak masing-masing atlit juga berbeda. Adanya perbedaan kekuatan pada masing-masing atlit disebabkan oleh : banyak sedikitnya macam fibril otot putih yang dimiliki; kekuatan otot dan kecepatan otot, keterbatasan waktu rangsangan secara konkrit; koordinasi gerakan yang harmonis; banyak sedikitnya zat kimia dalam otot.

Menururt Bompa (1986 : 3) kekuatan dapat didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mengatasi tahanan dari luar maupun tahanan dari dalam”. Harsono (1988 : 179) mendefinisikan “kekuatan sebagai kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Sementara itu,

menurut M. Sajoto (1995 : 9) dijelaskan bahwa “kekuatan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”. Kekuatan meliputi kombinasi atas tiga faktor, yaitu (1) kombinasi gaya kontraksi otot yang menyebabkan gerakan, (2) kemampuan mengatur koordinasi otot agonistik dengan antagonistik, dan menetralkan serta menyetabilkan otot, (3) melibatkan efisiensi secara mekanik dengan pengungkitnya.

Lebih lanjut, Baumgartner dan Jackson (1982) menjelaskan bahwa kekuatan otot adalah kekuatan atau daya maksimal sekelompok otot dalam satu periode waktu. Kekuatan otot dapat diukur dengan maximum static contraction, kekuatan isometric atau maximal dynamic contractions yang meliputi kekuatan isotanic dan isokinetic. Dikatakan pula oleh mereka untuk memahami daya tahan absolut berkaitan erat dengan kekuatan.

Singer (1980 : 225) menuturkan, “kapasitas otot atau sekelompok otot akan melakukan tekanan maksimum melawan tahanan tertentu dalam periode yang terbatas”. Menurut Bloomfield (1980) kekuatan otot atau sekelompok otot sebagai tenaga yang dapat dihasilkan melalui satu kontraksi maksimum dari otot atau pemendekan serabut-serabut otot secara kolektif.

Ada dua macam basis kekuatan, yaitu kekuatan yang statis atau

isometric dan yang dinamik atau isotonic. Kekuatan otot yang dinamik dapat diklasifikasikan gerakan otot yang memendek atau concentric dan gerak otot yang memanjang atau eccentric. Kekuatan otot statik dan dinamik mempunyai sedikit hubungan, tetapi tidak sinonim. Dapat terjadi yang satu berkembang

tanpa mengembangkan yang lain dengan derajat yang sama. Kebanyakan instrumen tes kekuatan yang disusun, didesain untuk mengukur kekuatan otot statik. Tetapi sebenarnya kekuatan otot dinamik jauh lebih banyak digunakan di dalam penampilan gerak.

Gerakan adalah suatu sifat hidup termasuk didalamnya adalah kegiatan olahraga. Melalui gerakan seseorang dapat melakukan olahraga, yang terjadi disebabkan berkontraksinya sejumlah otot. Dari kontraksi otot-otot tersebut akan menghasilkan tenaga yang biasa disebut kekuatan. Singer (1980 : 122) memberi batasan bahwa “kekuatan adalah kapasitas otot atau sekelompok otot yang melakukan tekanan maksimal untuk melawan tahanan dalam periode waktu tertentu”. Magill (1980 : 213) menyatakan bahwa “kekuatan otot lebih menekankan pada objek yang dapat dilawan oleh kemampuan maksimal otot”. Fox dan Mathews (1981 : 87) menyatakan bahwa “kekuatan merupakan tenaga maksimal yang dilakukan otot atau sekelompok otot yang bekerja melawan beban tertentu”. Dalam olahraga, Rahantoknam (1988 : 45) menyatakan bahwa “kekuatan akan melandasi semua keterampilan gerak dalam olahraga”.

Menurut Nossek (1982 : 75) dalam kegiatan olahraga kualitas power atau kekuatan dapat diwujudkan dalam bentuk : 1) Tubuh atlet yang bergerak; 2) alat yang digerakkan; 3) melawan aksi otot”. Bentuk kekuatan otot yang dibutuhkan tidak sama pada setiap cabang olahraga, hal ini tergantung pada gerak dan keterampilan yang dituntut dalam olahraga tersebut. Harre (1982 : 65) membagi kekuatan menjadi tiga bagian yaitu : “kekuatan maksimal

(maximumm strength), daya ledak (explosive power), dan ketahanan kekuatan (strength endurance)”. Kekuatan yang baik akan berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi olahraga. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu kekuatan yang dibutuhkan dalam lompat jauh adalah power otot tungkai yang dibutuhkan saat melakukan tolakan pada papan tolak.

Ada beberapa faktor yang ikut menentukan besarnya kekuatan otot. Jika faktor-faktor sama besar pengaruhnya, maka kekuatan otot kira-kira akan proposional terhadap kelilingnya. Menurut Morehouse (1983) dikemukakan bahwa bila dua buah otot yang mempunyai ukuran keliling yang sama, masih dapat dibedakan jumlah jaringan lemak yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, otot yang banyak mengandung jaringan lemak yang lebih besar akan menyebabkan kurang efisiennya kontraksi otot. Lemak tidak hanya mengurangi daya kontraksi, tetapi juga berlaku sebagai rem yang membatasi derajat memendeknya serabut otot.

Susunan serabut otot dapat mempengaruhi kekuatan kontraksinya, seperti diketahui bahwa susunan serabut bermacam-macam, ada yang sejajar dengan sumbu otot dan ada juga yang miring. Otot yang serabutnya sejajar dengan sumbunya, tidak sekuat jika dibandingkan dengan otot yang serabutnya membentuk sudut atau miring. Bila otot banyak melakukan kontraksi dapat mengalami kelelahan. Otot yang lelah akan mengurangi daya dan luasnya rangsangan, di samping mengurangi daya dan luasnya kontraksi otot. Terkecuali jika stimulus yang datang itu besar, kelelahan hanya mengurangi jumlah serabut yang memberikan respons pada kontraksi

ulangan. Beberapa pengurangan sejumlah elemen yang kontraktil, akan mengurangi daya kontraksi.

Otot dapat berkontraksi lebih cepat dan lebih berdaya, jika temperatur otot sedikit lebih tinggi dari suhu normal. Kenaikan sedikit suhu otot, menyebabkan menurunnya kekentalan otot. Dengan demikian, reaksi kimia pada kontraksi dan pemulihannya menjadi lebih cepat, di samping sirkulasi darah juga meningkat. Panas yang timbul akibat otot kontraksi, akan menaikkan suhu tubuh dan hal ini cenderung memperbaiki kondisi otot untuk dapat bekerja lebih baik.

Latihan memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi daya kontraksi jaringan otot, bagi otot yang telah melemah karena telah lama tidak digunakan, akan mendapatkan kekuatan kembali dengan jalan memberikan latihan secara teratur dan meningkat. Otot yang terlatih akan dapat lebih kuat daripada otot yang tidak terlatih.

Menurut Muttalib (1984), faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan otot, yaitu kemampuan melakukan pemulihan setelah bekerja berat. Kecepatan melakukan pemulihan bergantung atas : (1) pemberian oksigen pada jaringan otot yang bekerja, dan kecepatan mengeluarkan karbondioksida serta sisa-sisa pembakaran ke alat ekskresi, (2) pengisian kembali bahan makanan dan penggantian mineral serta elemen lainnya yang dikeluarkan pada waktu otot bekerja, (3) sirkulasi harus cukup membawa material ke dan dari otot yang bekerja. Aliran darah yang lancar melalui otot-otot selama kontraksi akan mempercepat pemulihan. Istirahat akan memberikan efisiensi yang tinggi di

dalam bekerja otot. Kerja yang berkepanjangan tanpa istirahat dapat mengurangi efisiensi fisik. Emosi dapat pula mengurangi kekuatan otot, dengan jalan menguatkan atau menekan stimulus yang ada. Kegembiraan dan tepuk tangan penonton dapat memperhebat stimulus pada otot, dan mungkin juga dapat membebaskan adrenalin yang akan menambah kekuatan otot dan menghilangkan rasa lelah.

Kekuatan otot juga merupakan elemen dalam beberapa kegiatan, sebab kekuatan merupakan penyumbang kepada gaya atau force. Meningkatnya kekuatan akan menghasilkan kemampuan untuk menerapkan daya atau power

yang lebih besar. Dengan kekuatan memberikan sumbangan terhadap daya. Kekuatan dapat juga memberikan sumbangan terhadap kelincahan. Hal ini dapat terjadi, sebab kekuatan diperlukan untuk mengendalikan berat tubuh terhadap gaya kelembaman atau inertia, dan untuk menggerakkan tubuh dan anggota-anggotanya dengan cepat. Kekuatan juga merupakan faktor dalam kecepatan, seperti lari. Hal ini dikarenakan besarnya gaya itu diperlukan untuk mempercepat tubuh serta memeliharanya di dalam gerakan yang cepat itu. Di samping merupakan komponen yang penting dalam cabang-cabang olahraga, kekuatan juga memainkan peran yang penting dalam melindungi siswa dari cedera.

Persendian lutut adalah salah satu yang paling mendapat perhatian lebih banyak daripada persendian lainnya, sebab di daerah ini kemungkinan untuk mendapat cedera lebih besar terutama pada olahraga berat. Di samping seluruh kekuatan dari otot-otot dan tendo-tendo lutut, juga merupakan

kekuatan yang melawan kelompok otot antagonis. Di sini merupakan alasan utama untuk mendukung pemikiran bahwa persendian lutut lebih mudah cedera, apabila kekuatan kelompok otot yang satu tidak seimbang dengan kelompok otot antagonisnya.

2.1.5 Belajar

Dalam teori belajar ini meliputi pengertian belajar, teori-teori belajar m prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Belajar

Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian belajar, diantaranya :

a. Ngalim Purwanto (1999:85) mendefinisikan pengertian belajar sebagai berikut :

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih, baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buru.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

b. Nasution S. (1986 : 38 - 39) berpendapat bahwa :

1) Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Dengan kata lain belajar adalah pembentukan saluran-saluran yang lancar dalam sistem urat saraf.

2) Belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ini sangat banyak dianut di sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat untuk mengumpulkannya.

3) Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala aspek organisme pribadi seseorang.

c. Sardiman (2001:21) menyatakan bahwa : “Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku yang membawa suatu perubahan pada penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan, sikap,

pengertian, harga diri minat, watak dan penyesuaian diri”.

d. Bambang Suharmantri (1998:1) menyatakan bahwa : “Belajar adalah aktif dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar individu yang belajar serta diarahkan dengan tujuan dan terdiri dari bertingkah laku yang menimbulkan adanya pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu”.

e. WS. Winkel (1999:53) mengatakan : “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Jadi belajar tidak terbatas pada aktivitas mental yang berupa melihat atau berfikir saja, melainkan menyangkut tentang perubahan atau transformasi yang terjadi pada proses mental itu sendiri. Dengan demikian maka pengertian prestasi belajar mengandung tiga pokok hal, yaitu : a. Sebagai suatu proses yang akan menghasilkan perubahan tingkah laku. b. Belajar berarti mengembangkan pengalaman, sikap, minat,

kemampuan, nilai-nilai guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan. c. Belajar merupakan perbuatan yang disengaja melalui pengorganisasian

aktivitas individu ke arah pencapaian tujuan belajar.

Secara umum tujuan belajar yang dicapai melalui kegiatan instruksional biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan (instruksional effects). Tujuan lainnya disebut nurturen effects atau hasil

sampingan, biasanya berbentuk cara berfikir kritis, sikap terbuka, demokratis dan sebagainya. Kalau disimpulkan ada tiga tujuan belajar yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, ketrampilan dan pembentukan sikap.

Ketiga tujuan tersebut di atas pada prinsipnya merupakan perubahan tingkah laku individu setelah melakukan aktivitas belajar.

Dokumen terkait