• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.4 Kajian Pustaka

Skripsi yang berjudul Seni Barongan Jogo Rogo dalam Tradisi Selapan Dino belum pernah diteliti, namun penelitian sejenis pernah dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

2.4.1 Penelitian Drs. Agus Cahyono, M.Hum

Penelitian yang berkaitan dengan upacara tradisi dilakukan oleh Drs. Agus Cahyono, M.Hum pada tahun 2006, penelitian Drs. Agus Cahyono, M.Hum mengenai “Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran

di Kota Semarang”. Rumusan masalah yang diangkat yaitu (1) bagaimana bentuk

pertunjukan arak-arakan dalam upacara ritual dugdheran di Kota Semarang dan (2) apakah makna simbolik pertunjukan arak-arakan dalam upacara ritual

dugdheran di Kota Semarang.

Hasil yang didapat dari penelitian Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran di Kota Semarang yaitu bentuk pertunjukan arak-arakan dalam upacara ritual dugdheran di Kota Semarang merupakan aspek-aspek

yang menyatu menjadi satu keutuhan keseluruhan di dalam penyajian pertunjukan. Bentuk pertunjukan arak-arakan meliputi aspek pelaku, gerak, suara dan rupa. Bentuk pertunjukan arak-arakan merupakan bentuk prosesi dengan menggunakan arak-arakan warak ngendhog yang diiringi berbagai bentuk kesenian tradisional berupa Reog, Liong Barongsai, Rebana, Pencak Silat, dan kelompok barisan marching band, para siswa dari jenjang TK hingga SMA, mahasiswa, kelompok Bhineka Tunggal Ika, serta kelompok prajurit berkuda. Makna simbolik bentuk pertunjukan arak-arakan dalam upacara ritual dugdheran

di Kota Semarang sebagai upaya dakwah bagi pemuka agama Islam, edukatif bagi orang tua, rekreatif bagi anak dan promosi wisata bagi kepentingan birokrat dan masyarakat.

Perbedaan penelitian Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran di Kota Semarang dengan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati yaitu Penelitian Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran di Kota Semarangmeneliti tentang makna simbolik, sedangkan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dinomeneliti tentang fungsi Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang bentuk pertunjukan dan upacara tradisi.

2.4.2 Penelitian Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd pada tahun 2006, penelitian Dra. Eny Kusumastuti, M.Pd mengenai “Laesan

Penonton”. Rumusan masalah yang diangkat yaitu (1) bagaimana bentuk penyajian kesenian Laesan di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana; (2) bagaimana proses terjadinya interaksi simbolik antara pemain dan penonton dalam kesenian Laesan di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, kabupaten Pati dan (3) apa makna simbol-simbol yang ada dan digunakan untuk membentuk interaksi simbolik antara pemain dan penonton di dalam kesenian Laesan di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, kabupaten Pati.

Hasil yang didapat dari penelitian Laesan sebuah Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian Interaksi Simbolik antara Pemain dan Penonton yaitu kesenian Laesan merupakan kesenian masyarakat pesisir yang dipakai sebagai media untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan tempat untuk melakukan proses interaksi simbolik antara pemain dan penonton, yang ditunjukan dengan segala perlengkapan pentas, bentuk penyajian dan makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Perlengkapan pentas yang disediakan terdiri dari dupa, lengkap dengan sesajinya, yang merupakan syarat untuk dapat melakukan hubungan dengan roh nenek moyang. Simbol yang muncul dalam proses interaksi antara pemain dan penonton adalah simbol kesuburan yang ditunjukan melalui atraksi Laesan menusukkan keris ketubuhnya. Di samping itu, kesenian Laesan juga mempunyai nilai pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam setiap syair lagu yang mengiringi pertunjukan Laesan.

Perbedaan penelitian Laesan sebuah Fenomena Kesenian Pesisir: Kajian Interaksi Simbolik antara Pemain dan Penonton dengan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati yaitu Penelitian

Seni Laesan meneliti tentang interaksi simbolik dan makna simbolik, sedangkan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino meneliti tentang fungsi Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang bentuk pertunjukan.

2.4.3 Penelitian Noor Hayati Rosiana

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Noor Hayati Rosiana pada tahun 2009 dalam skripsi yang berjudul “Upacara Tradisi Jembul Sedekah Bumi di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. Rumusan masalah yang diangkat yaitu: (1) apa fungsi upacara tradisi Jembul sedekah bumi di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara? (2) apa makna simbolik tradisi

Jembul sedekah bumi di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara?

Hasil penelitian Upacara Tradisi Jembul Sedekah Bumi di Desa Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa upacara tradisi

Jembul masih hidup dan berkembang di Desa Tulakan. Tradisi Jembul masih

dipercaya sebagai suatu tradisi yang memiliki fungsi yang berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Tulakan.Makna simbolik upacara tradisi Jembul

tersirat melalui simbol-simbol yang diwujudkan dalam bentuk sesaji berupa nasi putih, kain mori, jadah, gelek kayu. Makna simbolik upacara tradasi Jembul yaitu permohonan keselamatan, keberkahan rizki,serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kenikmatan yang telah diberikan.

Perbedaan penelitian upacara tradisi Jembul dengan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati yaitu Penelitian upacara tradisi Jembul meneliti tentang fungsidan makna simbolik,

sedangkan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino meneliti tentang bentuk dan fungsi Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang upacara tradisi sebagai subjek penelitian.

2.4.4 Penelitian Yoga Arnado

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Yoga Arnado pada tahun 2009

dalam skripsi yang berjudul “Upacara Tradisi Pahingan di Desa Menggoro

Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung”. Rumusan masalah yang diangkat

yaitu (1) bagaimana melakukan rekonstruksi tradisi pahingan (2) apa fungsi tradisi Pahingan bagi masyarakat pendukungnya.Tujuan dari penelitian upacara tradisi Pahingan yaitu untuk melakukan rekonstruksi upacara tradisi Pahingan

supaya lebih baik dari sebelumnya dan fungsi upacara tradisi Pahingan bagi masyarakat pendukungnya.

Hasil yang didapat dari penelitian upacara tradisi Pahingan yaitu tradisi

Pahingan setelah diadakan rekonstruksi berubah menjadi lebih baik dari

sebelumnya yaitu adanya panitia pelaksanaan tradisi Pahingan setelah diadakan rekonstruksi yaitu tradisi bersih kubur, tradisi nyekar, tradisi mujadahan, tradisi

ndhepa, dan tradisi pasar malam. Fungsi upacara tradisi Pahingan bagi

masyarakat pendukung yaitu fungsi religi, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi bagi masyarakat, dan fungsi pengembangan wisata budaya.

Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang upacara tradisi sebagai subjek penelitian. Perbedaan penelitian upacara tradisi Pahingan dengan

penelitian Barongan dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati yaitu Penelitian upacara tradisi Pahingan meneliti tentang rekonstruksi tradisi

pahingan dan fungsi tradisi Pahingan bagi masyarakat pendukungnya, sedangkan

penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino meneliti tentang bentuk dan fungsi Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati.

2.4.5 Penelitian Slamet M.D

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Slamet M.D pada tahun 1992

dalam skripsi yang berjudul “Makna Simbolis Barongan Blora dalam Upacara

Lamporan di Desa Kunduran”. Rumusan masalah yang diangkat yaitu (1) apa makna Simbolis Barongan Blora dalam Upacara Lamporan di Desa Kunduran dan (2) bagaimana kedudukan Upacara Lamporan di Desa Kunduran.

Hasil yang didapat dari penelitian Makna Simbolis Barongan Blora dalam Upacara Lamporan di Desa Kunduran yaitu Barongan dalam Upacara Lamporan merupakan salah satu perwujudan kepercayaan masyarakat terhadap binatang totenm, yang dianggap memiliki kekuatan magi proteksi. Sisa-sisa budaya primitive seperti Lamporan masih dapat dijumpai di Desa Kunduran, sebagai kegiatan ritual yang dilaksanakan setiap bulan Jawa Sura. Pertumbuhan Barongan Blora pada awalnya berhubungan dengan tradisi lisan dan mitos-mitos daerah Blora, diantara mitos itu adalah sebuah makam Singo Lodro yang dipercaya memiliki daya keramat sering muncul harimau besar jelmaan mbah Singo Lodro. Makam Singo Lodro dipercaya dapat memberikan daya keramat kepada Barongan, apabila diminta berkah ke makam. Barongan Blora dalam ritus

Lamporan dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat terhadap binatang mitologi, yaitu kepercayaan terhadap roh harimau yang dapat melindungi, sehingga orang jawa menyebut harimau dengan sebutan Kyai. Upacara Lamporan dilaksanakan setahun sekali pada bulan Jawa Sura, tepatnya malam Jum’at Kliwon atau Jum’at

Legi berlangsung selama tujuh hari. Kedudukan lamporan dalam kegiatan religi merupakan usaha tolak bala.

Perbedaan penelitian Makna Simbolis Barongan Blora dalam Upacara Lamporan di Desa Kunduran dengan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati yaitu Penelitian Blora dalam Upacara Lamporan di Desa Kunduran meneliti tentang makna simbolik, sedangkan penelitian Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino meneliti tentang fungsi Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino di Desa Gabus Kabupaten Pati. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang bentuk pertunjukan Barongan.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Seni Barongan Jogo Rogo dalam tradisi Selapan Dino merupakan obyek yang menarik.

Dokumen terkait