• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakekat Sains/ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ¾ Pengertian Sains

Sains adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Dari kedua penngertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu cara atau metode untuk mendapatkan pengetahuan dengan mengamati sesuatu yang ada di dunia ini dan pengetahuan yanag diperoleh tersebut dapat diuji kembali kebenarannya melalui metode ilmiah.

Untuk memahami sains haruslah melalui berbagai pemahaman yaitu:

ƒ Sains sebagai institusi diartikan sebagai suatu kelembagaan imajiner, Kelembagaan dari bidang profesi tertentu seperti: bidang profesi hukum, bidang kedokteran, bidang pendidikan dan sebagainya.

ƒ Sains sebagai suatu metode yaitu sebagai suatu proses yang masih terus berkembang/berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah kegiatan baik mental maupun manual, termasuk observasi, eksperimen, klarifikasi, pengukuran dan sebagainya.

ƒ Sains sebagai kumpulan pengetahuan:

Pengetahauan sains merupakan kumpulan kebenaran yang tidak mutlah dan jumlahnyapun selalu berkembang karena kebenarannya dapat diperiksa setiap saat oleh orang lain ataupun diulang observasinya.

ƒ Sains sebagai faktor pengembang produksi.

ƒ Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap.

ƒ Pengertian sains ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Pada mulanya sains merupakan pengetahuan biasa, lambat laun pengertiannya berubah menjadi pengetahuan yang rasional lepas dari takhayul, dan kepercayaan seperti pada zaman Yunani, kemudian berkembang lagi menjadi pengetahuan yang didapat dari metode ilmiah. Namun metode ilmiah itupun nampaknya berkembang pula pengertiannya. Pada mulanya dikatakan ilmiah asalkan yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan obyeknya. Namun kemudian persyaratannya bertambah yaitu syarat kuantitatif bahkan pada zaman sekarang persyaratan itu ditambah lagi yaitu haruslah bersifat pragmatis.

¾ Nilai-nilai sains

Sains mempunyai banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam sains adalah sebagai berikut:

ƒ Nilai-nilai sosial dari sains terdiri dari Nilai etika dan estetika, nilai moral humaniora, nilai ekonomi.

ƒ Nilai-nilai Pedagogik/Psikologis dari saians terdiri dari sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat terataur, bersifat toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan hati-hati, sikap ingin tahu, sikap optimis.

2. Hakekat Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Menurut Gagne (1977:3) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang

berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen. Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3).

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur.

Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.

Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

3. Hakekat Mengajar

Hakekat mengajar menurut Pasaribu dan Simanjuntak(1982): Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Kalau pengertian dianut maka tujuannya adalah penguasaan pengetahuan oleh anak. Hal ini berarti anak pasif guru centered. Guru Berperanan, lagi bahan pelajaran bersifat intelektualitas.

1. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak. Kalau ini yang dianut maka masalahnya hampir sama seperti hal tersebut. Hanya disini ditekankan penyampaian pewarisan pengetahuan

(kebudayaan) pada hal diharapkan dari anak mengembangkan kebudayaan dengan menciptakan kebudayaan yang selaras dengan tuntutan zaman.

2. Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Kalau pengertian ini yang dianut maka penegertiannya Sama dengan pengertian mendidik. Guru Hanya membimbing (mengatur lingkungan) anak yang belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Jadi mengajar dapat diartikan menanamkan pengetahuan, menyampaikan pengetahuan dan kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan untuk menyampaikan sebuah ilmu atau ketrampilan.

4. Pendekatan Kontekstual

Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan adanya minat belajar yang tinggi, diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.

Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10). 2. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk:

a. Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal. b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.

d. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk mempelajarinya.

e. Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih luas.

f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang anak-anak.

g. Menarik perhatian anak atau kelas.

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun penerapannya dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:

a. Rumusan masalah → hipotesis

b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dll.

d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002: 15).

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Selain itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi (Nurhadi, 2002: 18).

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).

Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan komponen-komponen tersebut di atas

dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL khususnya pada materi bagian-bagian tumbuhan bagi siswa kelas IV dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Sains (IPA), karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan pemodelan, dan dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.

5. Tinjauan Materi Pembelajaran tentang Bagian-bagian Tumbuhan Tumbuhan termasuk dalam makhluk hidup. Karena tumbuhan dapat tumbuh dan berrkembang. Seperti halnya makhluk hidup lain, tumbuhan juga memiliki bagian-bagian yang penting. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam proses kehidupannya. Bagian-bagian tersebut antara lain akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. 1. Akar

Akar berfungsi sebagai bagian yang mengokohkan tumbuhan. Jika tumbuhan tidak memiliki akar, tumbuhan akan mudah dicabut, mudah roboh ketika diterpa angin, atau hanyut terbawa air ketika turun hujan. Zat-zat mineral dan air yang dibutuhkan untuk membuat makanan diserap oleh akar dari dalam tanah. Namun, pada beberapa tumbuhan tertentu, akar tidak hanya berfungsi menyerap air dan mineral, tetapi juga berfungsi sebagai penyimpanan cadangan makaanan, misalnya pada beberapa tumbuhan umbi-umbian. Di samping itu, ada juga akar tumbuhan yang berfungsi membantu penyerapan oksigen di udara, seperti pada tumbuhan bakau.

Berdasarkan bentuknya, terdapat dua jenis akar, yaitu akar serabut dan akar tunggang. Akar serabut biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis monokotil (biji berkeping tunggal). Misalnya, padi, jagung, dan kelapa. Adapun akar tunggang biasanya dimiliki oleh tumbuhan jenis dikotil (biji berkeping dua). Misalnya, mangga, jambu, jeruk, dan kacang-kacangan.

2. Batang

Bagian tumbuhan yang berada di atas tanah adalah batang. Batang berfungsi sebagai tempat munculnya daun, bunga, dan buah. Di samping itu, batang juga berfungsi untuk mengedarkan mineral dan air yang diserap akar, serta zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh.

3. Daun

Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Daun banyak mengandung zat warna hijau yang disebut klorofil. Daun terdiri atas tangkai daun dan helaian daun. Di samping bagian-bagian tersebut, ada beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai pelepah pada daunnya. Daun pun mempunyai susunan tulang daun. Berdasarkan susunannya, tulang daun ada yang menyirip, menjari, dan sejajar.

a. Tulang Daun Menyirip

Contoh tumbuhan yang bertulang daun menyirip adalah daun mangga, daun mahoni, daun rambutan, daun jambu, dll.

b. Tulang Daun Menjari Contoh tumbuhan yang bertulang daun menjari adalah daun singkong, daun pepaya dan daun jarak.

c. Tulang Daun Sejajar

Contoh tumbuhan yang bertulang daun sejajar adalah jagung, tebu, padi, dan alang-alang.

4. Bunga

Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Bagian-bagian bunga, yaitu :

a. Tangkai Bunga b. Kelopak Bunga c. Mahkota Bunga d. Putik

e. Benang Sari 5. Buah dan Biji

Buah merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi biji. Buah ada yang berdaging, contohnya buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging buah dan biji. Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Jika biji ditanam akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Biji ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji berkeping satu disebut monokotil dan biji berkeping dua disebut dikotil.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 1: Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan

Melalui penggunaan pendekatan CTL, hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Simpar pada materi bagian-bagian tumbuhan, dapat meningkat.

Kondisi Awal GURU : Pembelajaran

Bersifat Konvensional

SISWA Hasil belajar IPA

rendah

Siklus I Menggunakan metode Observasi, Penemuan, Diskusi, Tugas, Karya wisata,

Kelompok Tindakan GURU : Menggunakan Pendekatan CTL Hasil belajar IPAmeningkat Kondisi Akhir Siklus II Menggunakan metode Observasi, Penemuan, Diskusi, Tugas Karya wisata

21

Dokumen terkait