Intrinsik Novel, dan Nilai-Nilai Agama.
Bab III. Menjelaskan Profil Habiburrahman El Shirazy dan Karya-Karyanya, yang terdiri dari Profil Habiburrahman El Shirazy, Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy, Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta, dan Unsur Intrinsik NovelAyat-Ayat Cinta.
Bab IV. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy, yaitu mengenai Temuan Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Analisis Nilai Agama dalam NovelAyat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Bab V. Penutup,yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.
Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka, Uji Referensi, dan Lampiran-Lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Nilai dan Agama 1. Pengertian Nilai
Menurut Desy Anwar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai
memiliki arti “harga” dalam arti tafsiran; harga sesuatu; harga sesuatu; angka kedalaman; kadar mutu dan banyak sedikitnya mutu.5 Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna.6 Lebih lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.7
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, atau prilaku.8 Nilai adalah sesuatu yang abstrak, tidak berupa barang kongkret. Nilai hanya bisa dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai berkaitan dengan cita-cita, keyakinan, harapan, dan hal-hal yang berkaitan dengan batiniah. Menilai berarti menimbang, mengukur, dan membandingkan, yakni kegiatan
5
Desy Anwar,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. I,
h. 290.
6
Http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, Uzy Ibni Muhammad,Pengertian
Nilai,diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB.
7
Http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html, Maria Antoinette, Belajar
Psikologi “Bukan Hanya untuk Anda”, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10 WIB.
8
Zakiah Daradjat, dkk.,Dasar-Dasar Agama Islam,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), cet.
manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk mengambil suatu keputusan.9
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku, tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
2. Pengertian Agama
Menurut Desy Anwar, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama memiliki arti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang telah bertalian dengan kepercayaan itu.10 Menurut Sutan Muhamad Zain, agama memiliki arti kepercayan kepada kesaktian, ruh nenek moyang, dewa, atau Tuhan.11
Menurut Vergilius Ferm, seorang ahli ilmu pengetahuan keagamaan dan perbandingan agama, agama adalah seperangkat makna dan kelakuan yang berasal dari individu-individu yang religius.12 Menurut Fachroeddin Alkahiri, kata bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas: a dan gama. A, dalam bahasa Sansekerta memiliki arti tidak; gama, memiliki arti kocar-kacir, berantakan. Jadi kata “agama” ialah tidak kocar-kacir atau tidak berantakan. Agama memiliki arti teratur. Agama adalah satu peraturan yang mengatur keadaan manusia, mengenai sesuatu yang gaib, atau mengenai budi pekerti, pergaulan hidup bersama dan lainnya.13
9
Http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/, Jalius H. R.,Pengertian Nilai,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB
10
Anwar,Op. Cit.,h. 18.
11
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan Agama,(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991),
Cet. IX, h. 123.
12
Ibid., 120.
13
Menurut Achmad Maulana, dalam Kamus Ilmiah Populer, agama memiliki arti keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; akidah.14 Menurut Zakiah Daradjat, dkk., agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan bertanggung jawab kepada Allah, dirinya sendiri, manusia, masyarakat, serta alam sekitarnya.15 Agak berbeda pendapat yang dikemukakan oleh JB. Sudarmanto, agama adalah cara tertentu untuk menghayati kepercayaan akan Allah Swt.16 Sedangkan
Hamzah Ya’qub berpendapat bahwa agama mengajarkan manusia
mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci) yang kebenarannya dapat diuji dengan akal pikiran.17
Agama menunjukkan kepada kebaktian Tuhan.18 Biasanya agama dikaitkan dengan perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa, takut, dan memuji kebesaran Tuhan.19 Perasaan keagamaan merupakan salah satu faktor yang menentukan motivasi dan perilaku manusia. Komitmen agama merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perilaku manusia, misalnya: di bidang politik, pendidikan, pemilihan teman hidup, dan lain sebagainya.20
Berdasarkan pengertian agama di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah tata keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt. Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia lainnya, dan alam sekitarnya.
14
Achmad Maulana, dkk.,Kamus Ilmiah Populer,(Yogyakarta: Absolut, 2004), cet. II, h. 5.
15
Daradjat,Op. Cit., h. 58.
16
JB. Sudarmanto,Agama dan Ideologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), cet. I, h. 15.
17
Hamzah Ya’qub, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1992), cet. I, h. 12.
18
Y.B. Mangunwijaya,Sastra dan Religiositas, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. I, h.12.
19
Subijantoro Atmosuwito, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra, (Bandung: CV
Sinar Baru, 1989), h. 124.
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi; Ruang Lingkup dan Aplikasinya. (Bandung: Remadja
B. Pengertian Novel
Banyak bentuk karya sastra seperti: esai, puisi, novel, cerita pendek, drama, dan novel. Karya–karya modern klasik dalam kesusastraan, kebanyakan juga berisi karya–karya novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik, dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya.
Dalam Kamus Istilah Sastra, novel memiliki arti jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang, mengandung nilai hidup dan diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan.21 Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Sebutan novel dalam bahasa Inggris—dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia—
berasal dari bahasa Italianovella (yang dalam bahasa Jerman:novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Dewasa ini, istilah novella dan novellamengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesianovelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun tidak juga tidak terlalu pendek. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.22
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi
21
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), cet. III, h. 136.
22
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Sebuah novel paling banyak dua-tiga orang pelaku penting termasuk seorang yang jadi pelaku utama.23
Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat, tetapi peranan seseorang (baca: tokoh) dalam masyarakat berubah dan berkembang dalam waktu karena panjangnya novel memungkinkan untuk itu.24
Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut. Pengertian novel dalam pandangan H.B. Jassin, menyebutkan bahwa novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang. Menurut Sumardjo dan Saini, istilah novel sama dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama.25
Banyak sastrawan yang yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang
23
Putu Arya Tirtawirya, Apresiasi Puisi dan Prosa, (Ende-Flores: Nusa Indah 1983), cet.
IV, h. 102.
24
Suminto A. Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, (Yogyakarta: Gama Media, 2000),
cet. I, h. 11.
25
Http://teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur-psikologi-novel-%E2%80%9Colenka%E2%80%9D-karya-budi-darma-dan-rencana-pembelajarannya-di-sma/,
Teguh Wirwan, Proses Aktualisasi Diri Tokoh Amid dalam Novel Lingkar Tanah Air Karya
Ahmad Tohari; sebuah Pendekatan Psikologi Sastra,diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 21.10.
yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisi–definisi itu antara lain adalah sebagai berikut26 :
1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat. 2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, dan Dra.
Abdul Roni, M.Pd, novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan.
3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd., dan Agus priantoro, S.Pd, novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd., novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya mengisahkan kehidupan nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi atau pengalaman pengalaman secara tidak langsung memberi suguhan pesan. Baik itu pesan moral, sosial, maupun keagamaan.
C. Novel sebagai Bentuk Sastra
Buku yang pada kulitnya tertulis kata novel atau roman, kumpulan cerpen, kumpulan drama, atau kumpulan puisi maka buku-buku tersebut digolongkan ke dalam bentuk sastra. Sastra lahir karena adanya kegiatan manusia dari kegiatan tersebut diolah dengan bahasa sastrawan masing-masing. Sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya serta mempunyai keindahan baik isi maupun ungkapannya.
26
Http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html, Arianto Samdi,Pengertian
Katasastraberasal dari bahasa sansekerta. Artinya, ‘tulisan’. Katasastra mendapat kehormatan su- yang bermakna ‘baik’ atau ‘indah’. Dengan
demikian, susastra berarti ‘tulisan yang baik’ atau ‘tulisan yang indah’.
Selanjutnya, kata susastra mendapat konfiks ke-an menjadi kesusastraan. Konfiks ke-an bermakna ‘hal’. Jadi, kesusastraan dapat diartikan ‘hal tulisan yang indah’ atau ‘tentang tulisan yang indah’.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, kata susastra jarang dipakai. Sebagai gantinya, digunakan kata sastra saja. Artinya pun berubah, mengalami
penyempitan makna. Arti semula ‘tulisan yang indah’ sekarang berarti ‘karya sastra’, yaitu hasil karangan sastrawan.27 Menurut Usman Effendy definisi sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus. Jadi, karangan yang bersifat buku pelajaran atau bersifat laporan tidaklah termasuk dalam kesusastraan karena tidak menimbulkan rasa bagus dan rasa indah.28
Sastra ialah karya tulis. Jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya.29 Sastra bukanlah nama dari sesuatu yang sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang dapat mencakup sejumlah kegiatan. Berbagai kegiatan manusia merupakan objek penulisan sastra.
D. Jenis-Jenis Novel
Novel dilihat dari segi mutu dibedakan atas novel literer (serius) dan novel populer. Berikut ini beberapa pengertian jenis novel:
1. Novel Populer
Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang bertujuan menghibur. Sastra populer dikategorikan sebagai sastra hiburan dan
27
Asul Wiyanto, Kesusastraan Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005), h. 1.
28
J.S. Badudu, Sari Kesusastraan Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Prima, 1984), cet.
XXXIV, h. 5.
29
Dendy Sugono, dkk.,Buku Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h.
komersial.30 Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya. Khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.
Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia “tidak berpretensi”
mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. Masalah yang diceritakan pun yang ringan-ringan, tetapi aktual
dan menarik, yang terlihat hanya masalah “itu-itu” saja: cinta asmara
dengan model kehidupan yang berbau mewah. Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mengejar selera pembaca, komersial, ia tak akan menceritakan sesuatu yang bersifat serius sebab hal itu dapat berarti akan berkurangnya jumlah penggemarnya.31
Jenis novel populer misalnya Cintaku di Kampus Biru, Karmila, Lupus, Ali Topan Anak Jalanan, novel karya Mira W., La Rose, dll. Novel-novel populer Indonesia mempunyai ciri-ciri32:
a. Temanya cinta asmara, dengan tokoh cerita wanita-wanita muda yang
cantik. Pemilihan tema boleh dikatakan “konservatif” tanpa terlalu
banyak penjelajahan bagi pengembangan tema dan pengembangan karakter dari tokoh protagonisnya.
b. Meskipun utuh alurnya datar dan sering mengabaikan karakterisasi tokoh sehingga terasa dangkal.
c. Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang sentimental. Banyak novelis muda sekarang memakai bahasa anak muda dengan segala rahasia mereka.
30
Ibid.,h. 43.
31
Nurgiyantoro,Op. Cit., h. 18—19.
32
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia (Bandung: UPI
d. Bertujuan hiburan sehingga cerita yang disuguhkan mengasyikkan, ringan, namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna, dan humor.
e. Punya pembaca massal karena sifat komersial dan komunikatifnya.
2. Novel Literer (Serius)
Novel literer adalah novel bermutu sastra atau disebut juga novel serius. Novel literer menyajikan persoalan-persoalan kehidupan manusia secara serius. Novel serius di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.33 Novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca dan memang pembaca novel ini tidak mungkin banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar (walau tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan).34
Contoh novel literer: Harimau-Harimau (karya Muchtar Lubis), Pada Sebuah Kapal (N.H. Dini), Telegram dan Stasiun (Putu Wijaya), Merahnya Merah (Iwan Simatupang), dll.
Adapun ciri-ciri novel literer:
a. Temanya mengetengahkan persoalan kehidupan manusia yang universal, seperti persoalan-persoalan, kejadian-kejadian dalam kehidupan manusia yang serius, berat, kejadian-kejadian itu dialami, sudah dialami, akan dialami manusia kapan saja dan di mana saja. b. Pengarapan masalah cerita bukan sekedar permukaan, tetapi lebih jauh
lagi mendalam hakikat kehidupan dan memahaminya. Hal ini diungkapkan karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai intelektual yang kaya dengan ide-ide, gagasan, moral, dan petuah-petuah mengenai kehidupan.
33
Nurgiyantoro,Op. Cit., h. 19.
34
c. Isi cerita penuh inovasi, segar, dan baru. Sastra adalah penafsiran hidup yang jitu, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali dengan serba kemungkinan
d. Bahasanya bahasa standar dan terpelihara, banyak inovasi, dan gaya bahasanya menarik.
e. Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya dalam membangun cerita.
f. Novel ini kurang dibaca secara massal, tetapi pembaca yang menikmatinya dengan serius dan berhasil dengan protagonis maka ia akan kaya dengan pengalaman hidup baru, pengetahuan baru, dan pandangan hidup baru sehingga pembaca akan semakin arif dalam kehidupan.
3. Novel Picisan
Novel picisan isinya cenderung mengeksploitasi selera dengan suguhan cerita yang mengisahkan cinta asmara yang menjurus ke pornografi. Novel ini mempunyai ciri-ciri bertemakan cinta asmara yang berselera rendah, alurnya datar, jalan ceritanya ringan dan mudah diikuti pembaca, menggunakan bahasa yang aktual, bertujuan komersial.
4. Novel Absurd
Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya menyimpang dari logika biasa, irrasional, realitas bercampur angan-angan, mimpi, dan surrealisme. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokoh” seperti orang mati bisa
hidup kembali, mayat dapat berbicara, dll. 5. Novel Horor
Novel horor merupakan cerita yang melukiskan kejadian-kejadian yang bersifat horor, seperti drakula penghisap darah, hantu-hantu yang gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai keajaiban supranatural yang berbaur dengan kekerasan, kekejaman, kekacauan, dan kematian.35
Jenis-jenis novel dapat dibedakan menjadi novel populer, novel literer, novel picisan, novel absurd, dan novel horor. Novel Ayat-Ayat
35
Cinta termasuk dalam jenis novel populer karena bertemakan cinta asmara, mempunyai alur yang datar dengan karakterisasi yang hitam putih, menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang sentimental, bertujuan menghibur, dan mempunyai pembaca yang komersial.
F. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.36
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra namun tidak menjadi bagian di dalamnya. Yang termasuk unsur ekstrinsik, antara lain: pendidikan pengarang, agama pengarang, pandangan hidup pengarang, latar belakang budaya dan bahasa pengarang, dan keadaan masyarakat pada waktu sastra itu ditulis. Pada pembahasan ini penulis tidak akan membicarakan unsur ekstrinsik secara luas. Unsur intrinsik novel seperti berikut:
1. Tema
Menurut Suminto A. Sayuti, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan
36
gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi.37
Menurut Freir dan Lazarus, tema dinyatakan secara tidak terus terang, meskipun ada dan dirasakan oleh pembaca, serta tema tidak lain daripada ide pokok, ide sentral atau ide yang dominan dari karya sastra. Menurut Anglo Saxon, tema mewakili pemikiran pusat, pemikiran dasar, atau tujuan utama penulisan suatu hasil karya.38
Tema adalah masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang menjadi inti topik dalam suatu pembahasan. Tema dapat juga berupa makna atau gagasan yang mendasari karya sastra. Ada tiga cara untuk menentukan tema, yaitu39:
a. Melihat persoalan mana yang paling menonjol.
b. Menentukan persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, yakni konflik yang melahirkan peristiwa.
c. Dengan cara menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra sehubungan dengan persoalan yang bersangkutan. 2. Alur
Pengertian alur sering disamakan dengan jalan cerita. Dua istilah ini berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Pengertian alur sebagai rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dipahami sama seperti jalan cerita yang terdiri atas rangkaian peristiwa. Jika Alur selalu didasari oleh adanya hubungan sebab-akibat maka jalan cerita hanya berupa rangkaian peristiwa saja. Dengan demikian, perbedaan asasi antara alur dan jalan cerita terletak pada ada tidaknya hubungan sebab akibat.40
37
Sayuti,Op. Cit.,h. 187.
38
Made Sukada,Pembinaan Kritik Sastra Indonesia,(Bandung: Angkasa, 2005), h. 70.
39
S. R. H. Sitanggang, Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna Jayawati, Religiusitas dalam
Tiga Novel Modern: Kemarau, Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah,(Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h. 8.
40
Maman S. Mahayana,9 Jawaban Sastra Indonesia,(Jakarta: Bening Publishing, 2005), h.
Alur adalah struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema, atau ketiganya.41 Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri dari: alur buka, yaitu situasi mulai