BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
1) Peran Advokat Kepada Kliennya a) Pengertian Advokat
Advokat adalah seorang pengacara yang berbicara atas nama seseorang atau membela mereka di Pengadilan. Advokat adalah orang yang berpraktik memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun luar Pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.16 Definisi atau pengertian advokat tersebut menunjukkan bahwa cakupan pekerjaan advokat dapat meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan Pengadilan dan pekerjaan di luar Pengadilan 17 sehingga tugas pokok advokat adalah untuk memberikan legal opinion, serta nasehat hukum dalam rangka menjauhkan klien dari konflik18 Namun dalam pengertian yang lebih luas, advokat termasuk sebagai penegak hukum. Sebab fungsi yang diembannya adalah bagian dari penegak hukum.19
Sedangkan dalam Undang-Undang Advokat Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003, pasal 1 ayat (1):20
’’Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,baik di dalam maupun di luar Pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini ’’.
16Agustinus Edy Kristianto, ed al. Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia : Pedoman anda memahami dan menyelesaikan masalah hukum (Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2009), 37.
17 Sinaga, Dasar, 2.
18 Siti Rohmatus Sholeha, Kiat Menjadi Advokat Profesional (Jember:STAIN Jember Press), 11.
19 Luhut M.P. Pangaribuan, Advokat dan Contempt of Court (Jakarta: Djambatan, 2002), 8.
20 Tim penyusun, Undang-Undang 2003, 3.-4.
2) Syarat-syarat menjadi advokat
Dalam Pasal 2 UU Advokat, dijelaskan bahwa syarat-syarat menjadi advokat yaitu:21
a. Yang dapat diangkat sebagai adcokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat;
b. Pengangkatan advokat dilaksanakan oleh Organisasi Avokat;
c. Salinan surat keputusan pengangkatan advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Mahkamah Agung dan Menteri.
3) Pasal 3 UU Advokat22
1) Untuk dapat diangkat menjadi advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Warga Negara Republik Indonesia;
2) Bertempat tinggal di Indonesia;
3) Tidak berstatus sebagai pegawai Negeri atau pejabat negara;
4) Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
5) Berijasah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);
6) Lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
7) Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor advokat;
21 Tim Penyusun, Panduan, 37-38.
22 Ibid.
8) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
9) Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.
2) Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan praktiknya dengan mengkhususkan diri pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Terpenuhnya persyaratan yang ditentukan oleh pasal 2 dan 3 UU Advokat, seorang sarjana hukum dapat diangkat sebagai seorang advokat dan akan menjadi anggota organisasi advokat (admission to the bar). Dengan diangkatnya seseorang menjadi advokat, maka ia telah diberi kewajiban mulia melaksanakan pekerjaan terhormat, dengan hak eksklusif : 23
1) Menyatakan diri pada publik bahwa ia seorang advokat
2) Berhak memberikan nasehat hukum dan mewakili kliennya 3) Menghadap dimuka sidang pengadilan dalam proses perkara
kliennya sehingga hak dan kewajiban istimewa advokat kepada masyarakat diantaranya:
23 Agustinus, Hukum Di Indonesia, 37.
a) Menjaga agar mereka yang menjadi anggota profesi advokat selalu mempunyai kompetensi pengetahuan profesi untuk itu, dan mempunyai integritas melaksanakan profesi terhormat ini b) Bersedia menyingkirkan mereka yang terbukti tidak layak
menjalankan profesi terhormat ini.
4) Pengertian Klien
Istilah klien berasal dari bahasa inggris; client. Di kamus oxford, istilah client definisi klien menurut KBBI:
Pengertian klien dalam hal hukum; orang yang memperoleh bantuan hukum dari seorang pengacara dalam pembelaan perkara di pengadilan.
Pengertian klien dalam hal yang selain hukum (karena di KBBI tidak ditambahkan keterangan); orang yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan secara tetap. 24
Dalam Undang-Undang Advokat Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003, pasal 1 ayat (3):25
“Klien adalah orang,badan hukum,atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari advokat ”.
5) Hubungan Advokat dengan Klien
Hubungan advokat dengan klien diatur dalam Pasal 4 Kode Etik Advokat Indonesia, yaitu: 26
24 http://kangsalim99.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-perbedaan-konsumen-customer-klien-definisi.html.. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2015.
25 Tim Penyusun, Undang-Undang, 3.
a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan damai;
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang ditanganinya akan menang;
d. Dalam menentukan besarnya honorarium advokat wajib mempertimbangkan kemampuan klien;
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu;
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa;
g. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak ada dasar hukumnya;
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara advokat dan klien itu;
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan;
26 Tim Penyusun, Panduan, 41-42.
j. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan tersebut;
k. Hak retensi advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan kerugian kepentingan klien;
Berikut ini hubungan advokat dan klien yang harus dijaga dengan baik:
27
Kepercayaan merupakan hal pokok yang menjadi dasar hubungan klien-pengacara. Klien mempercayakan masalah hukumnya kepada pengacara, agar pengacara dapat mewakili mereka mengurus segala kepentingan hukum guna memenuhi rasa keadilan bagi mereka (klien).
Hubungan kepercayaan klien ini diwujudkan dalam beberapa hal yang harus dipenuhi oleh klien terhadap pengacaranya dalam menyelesaikan suatu kasus. Pertama, pemberian surat kuasa, dimana surat kuasa ini sebagai dasar bagi pengacara untuk bertindak mewakili kepentingan hukum kliennya dalam berhubungan dengan pihak ketiga. Surat kuasa ini menjabarkan batasan-batasan yang dapat dilakukan seorang pengacara.
Kedua, klien berkewajiban memberikan segala informasi yang benar, yang berhubungan dengan permasalahan hukum yang dihadapi kepada pengacaranya agar pengacaranya dapat mengurus masalah tersebut secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pengacara. Ketiga adalah kewajiban bagi klien untuk membayar
27 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1834/perjanjian-jasa-pengacara-terhadap-klien-.
honorarium kepada pengacara yang telah melaksanakan tugasnya. Namun dalam hal tertentu adakalanya seorang pengacara tidak membebankan biaya apapun kepada kliennya bila kliennya itu berasal dari golongan masyarakat yang tidak mampu dan memerlukan bantuan hukum.
Kesadaran untuk menolong masyarakat tidak mampu inilah yang membuat profesi pengacara merupakan profesi yang mulia di mata masyarakat (officium nobile).
Hubungan antara klien dengan pengacaranya biasanya dituangkan dalam bentuk suatu kontrak. Kontrak ini menjelaskan hak dan kewajiban kedua belah pihak serta lingkup kerja yang harus dilakukan oleh pengacara. Didalam Kontrak tersebut juga bisa diatur mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin timbul di kemudian hari antara klien dengan pengacaranya, tentang uang jasa dan kerugian yang mungkin ditanggung oleh klien. Klien dapat menuntut pengacaranya apabila dikemudian hari pengacara tersebut tidak melaksanakan atau lalai dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana ditentukan dalam kontrak sehingga akhirnya mengakibatkan kerugian bagi klien. Begitu juga sebaliknya (ps.1365 dan 1366 KUHPer).
2. Bantuan Hukum dari Advokat
Bantuan hukum dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu golongan yang tidak mampu dalam bidang hukum.28
28 Bambang Sunggono dan Aries Arianto, bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (Bandung:Mandar Maju, 2001), 7.
Advokat wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada warganegaranya yang tidak mampu (Pasal 22 UU Advokat). Hal itu merupakan bentuk pengabdian advokat dalam menjalankan profesinya sebagai salah satu unsur aparat penegak hukum. Perkara yang dapat dimintakan bantuan hukum meliputi perkara dibidang pidana, perdata, tata usaha negara, dan pidana militer, dalam keadaan tertentu berlaku pula bagi perkara non-litigasi. Namun sampai saat ini persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma ini belum diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah sebagaimana diamanatkan oleh UU Advokat.29
Pada dasarnya advokat yang menolak memberi bantuan hukum secara cuma-cuma dapat dikenakan sanksi. Demikian halnya advokat yang tidak sepenuh hati atau setengah-setengah dalam memberikan bantuan hukum dapat dikenakan sanksi. Penjatuhan sanksi terhadap advokat akan dilakukan melalui pemeriksaan atas adanya pengaduan yang diterima oleh organisasi advokat atau Dewan Kehormatan Advokat.30 Sedangkan jika melakukan kelalaian/ kesalahan profesi ia dapat digolongkan “malpraktise penegakan hukum/ peradilan”.31
3. Hak untuk mendapat bantuan hukum
Hak untuk mendapatkan bantuan hukum itu menjadi hak yang wajib diberikan, khususnya untuk tindak pidana tertentu yakni: 32
29 Tim penyusun, Panduan, 45-46.
30 Ibid.
31 Bambang Poernomo, Pola Dasar Teori – Asas Umum Hukum Acara Pidana Dan Penegakan Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1993), 287.
32 Agustinus, Hukum Di Indonesia, 36.
1. Jika sangkaan atau dakwaan diancam dengan pidana mati atau hukuman penjara lima belas tahun lebih
2. Kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan menunjuk penasehat hukum bagi tersangka atau terdakwa, tergantung pada dua keadaan, yaitu tersangka atau terdakwa tidak mampu menyediakan sendiri atau ancaman hukuman pidana penjara selama lima tahun
3. Advokat yang ditunjuk pejabat untuk memberi bantuan hukum adalah cuma-cuma. Dengan ketentuan ini, tersangka, tersangka maupun negara tidak dibebani untuk membayar jasa hukum yang diberikan. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam pasal 22 UU Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan nPasal 7 (h) Kode Etik Advokat Indonesia (KIE), bahwa advokat mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo) bagi orang-orang yang tidak mampu. Tidak dipenuhi kewajibannya ini berarti seorang advokat telah melanggar Undang-Undang dan kode etik advokat. Nilai-nilai khusus dalam etika profesi telah membedakan secara substansi antara bisnis jasa hukum profesional dengan bisnis jasa komersial murni. 33
4. Peran dan Fungsi Advokat
Peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, selain lembaga peradilan dan instansi penegak hukum, merupakan hal yang penting untuk mewujudkan negara hukum. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat menjalankan profesi demi tegaknya
33 Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat (Yogyakarta: Navila Idea, 2008), 25.
keadilan. Jasa hukum merupakan jasa yang diberikan advokat berupa konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Selain dalam proses peradilan, peran advokat terlihat diluar peradilan. Kebutuhan jasa advokat diluar peradilan pada saat ini semakin meningkat, seiring berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat, seperti pemberian jasa konsultasi, negoisasi, maupun pembuatan kontrak dagang. Kepada advokatlah anda dapat menerima bantuan untuk menyelesaikan masalah hukum anda.34
a. Advokat Sebagai Officium Nobile
Sebagai profesi hukum, advokat mengemban tugas menegakkan keadilan dan meningkatkan martabat kemanusiaan, dengan demikian advokat merupakan officium nobile pekerjaan yang luhur. Sebagai profesi yang elegant advokat dituntut untuk dapat bekerja secara profesional yang terikat oleh etika profesi dan tanggung jawab standar keilmuan. Citra advokat sebagai profesi yang “anggun” akan ditentukan oleh etos profesi dalam arti sejauh mana komunitas advokat itu sanggup menerapkan standar etika serta keterampilan tekhnik berprofesi. 35
Keterampilan tekhnik berprofesi bagi advokat dapat diperoleh dari continuing legal education, karena eksistensi komunitas advokat merupakan arena belajar bagi anggota profesi (advokat) untuk bersikap
34 Tim Penyusun, Panduan, 41.
35 Artidjo Alkostar, Peran dan Tantangan Advokat Dalam Era Globalisasi (Yogyakarta: FH UII Press), 151.
dan berperilaku sebagai profesional dalam bidang hukum. Kasus-kasus atau perkara yang dihadapi oleh advokat adalah kaya aneka macam corak dan variasinya sehingga advokat yang baik arena belajar yang tiada henti. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas profesionalnya. 36 Sehingga advokat dituntut untuk memiliki moral kesatria, karena identitas dirinya menyangkut kehormatan, kekuasaan, kebenaran, kejujuran dan keadilan. Advokat yang kesatria akan mengakui kelebihan teman sejawat atau pihak lain dan akan memberikan ucapan selamat kepada lawan perkara atau teman sejawat yang memenangkan perkara secara “ fair” di pengadilan dan dimana dia berada di pihak yang kalah dalam perkara tersebut. Ide dasar dan tujuan utama dari advokat yang memiliki moral kesatria adalah menegakkan keadilan, membela hak-hak dan kepentingan kliennya tersebut menempuh jalan dan cara yang benar, sehingga implikasi etis dalam berjuang menegakkan keadilan adalah menang secara anggun (elegant) dan kalau kalahpun harus secara terhormat. 37
b. Peran Advokat dalam Era Globalisasi
Dalam zaman yang semakin retas batas-batas negara yang satu dengan yang lain, batas antara kawasan yang satu dengan yang lain, misalnya antara Indonesia dengan Singapura dan Malaysia (SIJORI), kawasan Asia Pasifik dengan Amerika Utara, sehingga ada APEC,
36 Ibid.
37 Ibid., 152.
NAFTA, AFTA, UEA, ASEAN dan lain sejenisnya. Dalam hubungan – hubungan antara yang satu dengan yang lain, antara suatu perusahaan dengan individu, antara individu dengan satu negara yang lain semakin menuntut sifat hubungan yang pasti, yaitu hubungan hukum. Dalam era yang semakin global dan rasional, maka kebutuhan masyarakat terhadap bantuan dan jasa profesi advokat tudak bisa dielekkan, karena pada hakekatnya perlindungan hukum dan keadilan merupakan kebutuhan pokok rokhaniah selain kebutuhan ekonomis yang menjadi prasyarat masyarakat atau individu untuk hidup secara martabat. Dengan tegaknya hukum masyarakat akan terhindar dari kehidupan yang “ tanpa hukum”,
“ hukum rimba”, “ penindasan” oleh yang kuat terhadap yang lemah penindasan dilakukan oleh konglomerat atau pejabat nakal kepada pengusaha kecil. 38
HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan penyelesaian perkaranya kepada orang lain. Dengan demikan, pemeriksaan dipersidangan terjadi secara langsung terhadap pihak yang langsung berkepentingan. Namun, para pihak dapat dibantu dan atau diwakili oleh kuasa hukumnya bila dikehendakinya (Pasal 123 HIR, RBg). 39
Hakim akan dapat mengetahui lebih jelas persoalannya, bila pemeriksaan para pihak dilakukan secara langsung. Para pihak yang berkepentinganlah yang mengetahui seluk beluk peristiwa. Bila para
38 Ibid.
39 M.Nasir, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Djambatan, 2003). 19-20.
pihak memberikan kuasa kepada kuasa hukumnya, maka seringkali si kuasa hukum ini kurang mendalami peristiwa yang menjadi sengketa secara rinci, sehingga ia sering siap dengan jawabannya saja. Dalam hal hakim meminta lagi penjelasan secara lebih mendalam, biasanya si kuasa hukum selalu menjawab akan berkonsultasi lagi dengan pihak yang diwakilinya. Itulah sebabnya wewenang untuk mengajukan gugatan dengan lisan tidak berlaku bagi kuasa hukum. 40
Dalam kenyataannya tidak semua orang paham dan mampu tampil dengan menyakinkan dalam suatu persidangan di pengadilan.
lebih-lebih lagi bagi orang yang belum pernah berhubungan dan berpengalaman berperkara di pengadilan, tentu akan mengalami kesulitan besar dalam menjelaskan suatu peristiwa yang dialaminya.
Disinilah letak pentingnya konsultasi dan bantuan hukum dari seorang advokat atau pengacara. Bila kuasa hukum tersebut memahami hukum dan mempunyai iktikad baik, maka hakim jelas akan sangat terbantu dalam memeriksa suatu perkara, karna adanya sumbangan pikiran dalam memecahkan persoalan-persoalan hukum. oleh karna itu kuasa hukum biasanya memehami hukum, maka ia akan mengemukakan peristiwa-peristiwa yang terkait dengan perkara saja sehingga memperlancar jalannya persidangan. Bagi para pihak yang buta hukum yang dapat dijadikan sasaran penipuan atau perlakuan yang tidak pantas,
40 Ibid.
keberadaan seorang wakil atau kuasa hukum akan dapat mencegah dan menghindari hal-hal jelek tersebut.41
5. Akses ke Advokat dan Pelayanan Hukum
Berikut ini akses ke advokat dan pelayanan hukum: 42
a. Semua orang berhak untuk memperoleh pelayanan jasa advokat sesuai dengan pilihannya untuk melindungi dan menegakkan haknya dan membela mereka dalam semua tingkat pemeriksaan perkara pidana b. Pemerintah harus menjamin bahwa prosedur yang efisien dan
mekanisme yang responsif untuk akses yang sana dan efektif terhadap penasehat hukum tersedia bagi semua orang yang berada dalam teritorial dan yuridiksinya, tanpa pembedaan apapun, seperti deskriminasi atas dasar ras, warna kulit, asal etnis, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau keyakinan pendapat lain, kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran, ekonomi atau status lain.
c. Pemerintah harus menjamin ketentuan tentang kecukupan dana dan sumber daya lain untuk pelayanan hukum bagi masyarakat miskin, dan jika diperlukan juga bagi mereka yang tidak mampu atau tidak
41 Ibid.
42 Alkostar, Era Globalisasi, 155.
beruntung. Perkumpulan advokat profesional harus bekerjasama dalam wadah terorganisasi, aturan pelayanan, fasilitas dan sumber daya.
d. Pemerintah dan perkumpulan advokat profesional harus mempromosikan rencana atau program yang menginformasikan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka sesuai dengan hukum yang berlaku dan peranan penting para advokat dalam melindungi kebebasan dan hak-hak dasar mereka sanggup merasa mampu menuntut hak-haknya dan bilamana perlu dengan bantuan dari advokat.43
6. Kewajiban dan tanggungjawab advokat
Kewajiban dan tanggungjawab advokat sebagai berikut: 44
a. Para advokat harus selalu menjaga kehormatan dan martabat profesinya, mereka para advokat sebagai pelantar dari administrasi keadilan
b. Kewajiban advokat terhadap kliennya harus meliputi:
1) Memberi nasehat kepada kliennya tentang hak-hak hukum dan tanggungjawabnya, sehingga bekerjanya sistem hukum memiliki relevansi dengan hak dan kewajiban kliennya.
2) Membantu kliennya dengan jalan benar dan melakukan upaya hukum demi untuk melindungi kepentingan kliennya.
43 Ibid., 156.
44 Ibid., 157-158.
3) Membela kliennya di muka sidang pengadilan atau dalam berhadapan dengan instansi pemerintah dimana perlu secara pantas.
c. Advokat dalam melindungi hak-hak kliennya dan dalam menegakkan keadilan harus berupaya menegakkan hak asasi manusia dan kebebasan dasar yang diakui dalam hukum nasional dan international dan selalu bersikap mandiri dan penuh ketekunan sesuai dengan hukum serta standart dan etika profesi hukum
d. Advokat harus selalu menghormati dan loyal terhadap kepentingan kliennya.
e. Peran Advokat Dalam Peradilan HAM
Prasyarat adanya kebebasan dalam menjalankan profesinya bagi advokat, maka advokat mempunyai kewajiban moral untuk memainkan peran sebagai pelantar (agent) dari pembaharuan masyarakat. hal ini untuk membedakan dengan pekerjaan lain yang tidak memiliki kebebasan dan terikat oleh hierarki kekuasaan dan terbelenggu oleh komando atasan. Peran pembaharu sosial yang dapat dimainkan oleh advokat mengacu pada sifat altruistik (mengabdi kepada kepentingan umum ) dari advokat dalam relasi sosial kehidupan masyarakat. Kewajiban asasi dari advokat dalam menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM) berkorelasi dengan visi dan misi seorang advokat. Semakin jelas “profesional altruism” (altrisme profesi) seorang advokat, akan semakin helas
kredibilitas dan identitas seorang advokat. Altruisme advokat yang mengacu pada komitmen penegakan hak asasi, keadilan dan demokrasi, berkorelasi denagn bobot peran advokat dalam proses peradilan HAM. Seoarang advokat akan menjadi “aneh” dan tersaing dalam komunitas profesinya yang rasional, jika dia memainkan peran yang antagonis dan tidak konsisten dengan nurani kemanusiaannya. 45
Peran advokat yang bergumul dengan proses demokratisasi dan penegakan HAM akan menjadi “minyak pelumas” roda demokrasi agar berjalan dinamis dan tidak menyimpang dari jalur konstitusi dan hukum yang rasional. Dalam arti pula peran advokat yang optimal dapat memberikan kontribusi terjadinya sofistikasi ritme politik yang estetik dan proses demokrasi yang elegan. Langgam politik yang kaku, kasar, pengap dan arogan pada masa Orde Baru tidak lepas dari absennya peran advokat dalam proses demokratisasi dan penegakan hukum. Selama Orde Baru fenomena penegakan hukum yang tidak bermartabat dan pelanggaran HAM seperti penculikan, peradilan rekayasa, penahanan yang sewenang-wenang, penyiksaan, penghilangan nyawa orang secara paksa, pembunuhan karakter, penghilangan hak perdata dan lain sejenisnya, menjadi indikator adanya praktek pelaksanaan kekuasaan politik dan ekonomi yang korup. Advokat yang secara individual maupun institusi yang terkooptasi oleh kekuasaan pemerintah akan kehilangan relevansi
45 Ibid., 171-174.
peran sosialnya. Suatu profesi (advokat) kata Corr Saunder dan Wilson seperti dikutip Terence J. Johnson, akan tetap merupakan kekuatan sosial penting yang akan membebaskan manusia dari ketergantungan dan perbudakan binatang raksasa yang bernama negara. Untuk memainkan perannya secara anggun, advokat harus membuat jarak yang “pas” dengan kekuasaan negara, agar dapat merasakan denyut nadi tuntutan keadilan masyarakat yang sekaligus merupakan kewajiban asasinya para advokat.46
Peradilan HAM yang diatur dalam Pasal 104 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, merupakan upaya rasional dan manusiawi dalam proses penyelenggaraan pemerintah. Sehingga untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat lalu dibentuk Pengadilan HAM di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan HAM yang akan dibentuk dengan Undang-Undang paling lama 4 tahun sejak tahun 1999, dan sebelum terbentuk Pengadilan HAM, maka kasus-kasus pelanggaran HAM diadili oleh pengadilan yang berwenang. Peradilan HAM yang diatur dalam UU No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan Hak Asasi Manusia, merupakan upanya rasional dan manusiawi dalam proses penyelenggaraan pemerintah. Sehingga untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat lalu dibentuk Pengadilan HAM.
Pengadilan HAM dalam era globalisasi saat ini meiliki korelasi dengan dunia ekonomi dan politik luar negeri, karena HAM sudah menjadi
46 Ibid.
simbol universal dalam tata pergaulan manusia beradab. Untuk itu, jika profesi hukum akan mengambil peran dalam peradilan HAM, maka diperlukan adanya paradikma baru dari peran profesional hukum agar tidak terbelenggu dalam kapsul dokmatika Undang-Undang. Tidak mungkin ada peran profesional hukum bersikap “apolitik”. Tetapi dituntut untuk dapat menguak nilai-nilai kemanusiaan baik dalam hukum nasional maupun dalam konvensi-konvensi internasional.
Untuk itu, profesional hukum dituntut untuk memiliki predikat kompetensi yaitu knowlegde, legal skill, character, capasibility dan management. Lebih dari itu, karena profesi profesional hukum adalah
“profesional” dan bukan “technician”, maka orientasinya bukan beriorentasi pada kepentingan pribadi, tetapi beriorentasi pada nilai kemanusian dan keadilan. 47
Dalam peradilan HAM internasional, seperti ICTY (international Criminal Tribunal for Farmer Yugoslavia), ICTR (International Criminal Tribunal for Rwanda) diatur dengan jelas tentang Code of Profesional Conduct for Defence Caunsel. Antara lain:48
1. As legal practitioners, caunsel must maintain high standards of profesional counduct.
2. The role of counsel as specialist advokates in the administration of justice requirers them to act honestly , fairly, shilfully and courageusly.
47 Ibid.
48 Ibid.