• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGUJIAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pemahaman Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi kata Pemahaman berasal dari kata ”paham” yang berarti mengerti benar atau memahami benar.1 Sedangkan secara terminologi, para ahli pendidikan memberikan definisi pemahaman, diantaranya:

Elizabeth B. Hurcock dalam bukunya perkembangan anak, bahwa pemahaman adalah ”kemampuan untuk menangkap sikap, arti atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas atau lengkap tentang hal tersebut.”2

Menurut Anas Sudjiono pemahaman adalah ”kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan”3

1

Peter Salim, Kamus Populer Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet.1, h. 1075

2

Elizabeth B. Hurcock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1992) Cet. 2, h. 38 3

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 4, h. 50

Menurut Daryanto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, Kemampuan Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Menerjemahkan (Translation), yaitu bukan saja pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

b. Menginterpretasi (interpretation) yaitu, kemampuan untuk mengenal dan memahami.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation) yaitu, lebih tinggi sifatnya dari menerjemahkan dan menafsirkan, ia memenuhi kemampuan intelektual yang lebih tinggi.4

Dengan pengetahuan, seseorang belum tentu memahami sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar mengetahui tanpa bisa menangkap pemahaman, seseorang yang memiliki pemahaman tidak hanya bisa menghapal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk menangkap makna dari sesuatu yang dipelajari dan mampu memahami konsep dari pelajaran tersebut.

Dalam ajaran Islam banyak sekali mengandung konsep dan prinsip. Yaitu muslim, mukmin, takwa, syahadat, zakat, puasa, haji, syarat, rukun, adalah sebagian dari sekian banyak konsep yang dimaksud.5

Konsep-konsep dalam ajaran Islam memang harus diketahui dan dipahami. Konsep-konsep dalam ajaran Islam tidaknya penting dilihat dari sudut sistem pengetahuan, tetapi juga penting dilihat dari sudut sistem pengalaman. Pemahaman yang benar tentang konsep itu dapat membantu benarnya pengamalan ajaran Islam.

Dari berbagai pendapat di atas, indikator pemahaman pada dasarnya sama, yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat menjelaskan, mempertahankan, memperaktekkan, membedakan, menduga,

4

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 6, h. 106 5 Daryanto, Evaluasi Pendidikan…h. 116

menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam dari pengetahuan.

Setelah mengetahui beberapa definisi mengenai pemahaman, penulis akan menjelaskan beberapa pengertian mengenai pendidikan. Pendidikan dapat diartikan dari sudut pandang bahasa dan istilah.

Dalam bahasa yunani pendidikan (Paedagogike) adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata ”paes” yang berarti anak dan kata ”Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi ”paedagogik” berarti aku membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar dalam bahasa yunani disebut ”paedagogos”.6

Dalam bahasa Arab disebut ”tarbiyah” dengan kata kerja Rabba. Kata kerja rabba memiliki arti mendidik dan telah digunakan pada zaman Nabi. Dalam bentuk kata benda, rabba juga digunakan untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara. Kata lain yang mengandung arti pendidikan adalah addaba, dan allama.7

Mengenai pengertian pendidikan secara istilah yang dikemukakan oleh para tokoh yaitu:

Jhon Dewey tokoh pendidikan terkemuka menyatakan bahwa pendidikan adalah ”Proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional, kearah alam sesama manusia”.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa ” Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakat”.8

6

Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2001), Cet. Ke 2, h. 70.

7

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. Ke-2, h. 25 8

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), Cet.1, h. 4.

Menurut Al-Ghazali pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri pada Allah sehingga menjadi manusia yang sempurna.9

Dapat diambil suatu kesimpulan atas semua pendapat di atas, bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang bersifat bimbingan yang dilakukan secara sadar dan memiliki tujuan untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Sedangkan pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia muslim yang mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah Swt, baik kepada Sang Pencipta, sesama manusia, dan sesama makhluk lainya.10

Dari pengertian pemahaman, dan pendidikan agama Islam dapat disimpulkan bahwa pemahaman pendidikan agama Islam adalah seseorang yang mampu memahami arti atau konsep ajaran-ajaran agama, sehingga ajaran-ajaran agama itu benar-benar menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam pribadinya, di mana ajaran-ajaran agama itu benar-benar difahami, diyakini kebenarannya, diamalkan, menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol bagi perbuatan-perbuatannya, pada pemikirannya dan sikap mentalnya.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin dicapai dengan pendidikan. Masalahnya adalah manusia yang bagaimanakah yang ingin

9

Abidin Ibn Rush, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Cet. Ke-1, h. 56.

10

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 1998), h. 41.

dibentuk melalui pendidikan. Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Abd. Halim Soebahar menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Menurutnya, bahwa tujuan demikian identik dengan tujuan hidup setiap orang muslim. Adapun tujuan hidup seorang muslim adalah menghamba (Ibadah) kepada Allah.

Dalam Firman-Nya:















”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”.(QS Adz Dzariat: 56) 11

Abidin Ibnu Rusn dalam bukunya mengatakan bahwa Al- Ghazali merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut:

1. Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadraan diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah 2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.

3. Mewjudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya.

4. Membentuk manusia berakhlak mulia suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.

5. Mengemangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manusiawi.12

Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama bertujuan memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang ajaran agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga semua manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.13

11

Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam mulia, 2002)), Cet.1, h. 17-20

12

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet.1, h. 60

13

Kurikulum GBPP/SLTP. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Departemen Agama RI, 1999), h. 1

Dalam kurikulum berbasis kompetensi untuk pendidikan agama Islam, ditetapkan standar kompetensi yaitu kemampuan dasar yang harus dimiliki para siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran yang meliputi: 1. Beriman kepada Allah Swt. Dan lima rukun iman yang laib dengan

megetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal horizontal.

2. Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat-ayat Al-quran serta mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikannyan ke dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mampu beribadah dengan baik sesuia tuntunan syariat Islam, baik ibadah wajib maupun ibadah sunat.

4. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, para sahabat , tabi’in, serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam untuk kepentingan hidup sehari-hari masa kini dan masa depan.

5. Mampu mengamalkan sistem muamalah Islam dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 14

c. Ruang Lingkup dan Materi Pendidikan Agama Islam

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain adalah:

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT (Hablum Minallah) 2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia (Hablum Minannas) 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri (Hablim min Nafsi) 4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya

(Hablum Minal Alam).15

Pada tingkat sekolah dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur pokok yaitu: keimanan, ibadah, Al-Quran, dan Akhlak. Sedangkan pada sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMU) disamping keempat unsur pokok tersebut diatas maka unsur muamalah dan syari’ah semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan pendidikan.

14

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 142 15

Kurikulum GBPP/SLTP. Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Departemen Agama RI, 1999), h. 3

Materi merupakan salah satu unsur dalam tujuan pendidikan. Materi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan anak didik memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman yang disampaikan seorang pendidik.

Secara garis besar materi bidang pendidikan agama itu terdiri dari bidang Aqidah, Ibadah dan Akhlak.

1. Bidang Aqidah: ini merupakan bidang yang sangat prinsipil bagi ajaran Islam, yaitu bertugas untuk mengajarkan makhluk untuk percaya (iman) kepada Allah.

2. Bidang Ibadah: bidang ini merupakan implementasi dari pengakuan (iman) seorang hamba kepada Tuhannya dan cenderung untuk diartikan sebagai bagian ritual (ibadah mahdah/langsung) bentuknya berupa shalat, puasa, zakat, dan haji.

3. Bidang Akhlak: bidang ini menekankan pada ketinggian perilaku moral seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari dimana hal ini dapat dikatakan sebagai cermin dari kualitas iman seseorang.16

Dari seluruh materi pendidikan agama Islam diharapkan bahwa peserta didik dapat meyakini, memahami, serta mengamalkan segala ajaran Islam dan menjauhi segala larangannya. Dan diharapkan bahwa mereka dapat menjadi manusia yang berprilaku dan bersikap sesuai dengan ajaran Islam.

2. Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam

a. Pengertian Ketaatan Menjalankan Ajaran Agama Islam

Ketaatan berasal dari kata taat, yang diberi awalan ke dan akhiran

an. Taat mempunyai pengertian yang sama dengan takwa, akar katanya adalah w.q.y., artinya antara lain: takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban.17

16

Dirjen Bimbaga, Buku Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1998) h.4

17

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.3, h.361

Takwa ialah keadaan yang diliputi rasa takut kepada Allah Swt. Takwa ialah keadaan yang mendorong seseorang menjauhi dosa dan kesalahan.18 Karena itu orang yang bertakwa adalah orang yang patuh menjalankan aturan agama, terutama ibadah seperti: shalat, puasa, membayar zakat, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama, dan memenuhi kewajiban.

Takwa tidaknya seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. Bagi orang yang takwa segala ajaran yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadits Nabi dilaksanakan dengan baik, sehingga tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya. Seseorang yang takwa mampu mengontrol dan memerangi hawa nafsunya.

Glock dan Stark19 berpendapat, untuk melihat tingkat ketakwaan seseorang dalam menjalankan ajaran agama dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu:

1. Keterlibatan Ritual (Ritual Involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. 2. Keterlibatan ideologis (ideological Involvement), yaitu tingkatan

sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing.

3. Keterlibatan intelektual (Intellectual Involvement), yaitu sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya.

4. Keterlibatan pengalaman (Experiential Involvment), yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.

18

Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menyukseskan Pergaulan Anda, Ter. Dari Kaifa

Tata’amal Ma’a an-Nas Oleh Ahmad Subandi, (Jakarta: Lentera, 1998), h. 45 19

Djamaludin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1989), h.11

5. Keterlibatan secara konsekuen (Consequential Involvment), yaitu mengukur sejauh mana seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa individu yang taat ialah menjalankan segala ajaran agama yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadits Nabi dilaksanakan dengan baik, sehingga tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya. Dan seseorang yang taat tidak saja dapat dilihat dan dianalisis dari aspek ibadah saja, seperti shalat, puasa, membayar zakat, melainkan juga dari aspek-aspek yang lain, seperti tingkah lakunya sehari-hari apakah mencerminkan nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya.

Mengenai pengertian agama, Menurut Harun Nasution kata agama dikenal juga dengan kata din dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Salah satu pendapat mengatakan bahwa kata agama tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun temurun. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Karena memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya. 20

Zakiah Darajat mengatakan bahwa agama yaitu keyakinan kepada ajaran agama yang meliputi akidah dan syari’ah serta kesediaan mengamalkan ajarannya. Tanpa agama, hidup itu akan rusak dan tidak beres menurut keyakinan yang diajarkan Islam.21

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang

20

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 2008), h. 1.

21

Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1996), Cet.1, h. 75.

nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya.

Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer, sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan prilaku manusia yang menuju kepada keridhaan Allah (Akhlak).22

Dapat disimpulakan bahwa agama Islam adalah Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad, untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (Aqidah) dan ketentuan-ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah), dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

Sedangkan mengenai pengertian Islam, Moh. Toriquddin mengatakan bahwa Islam (bahasa arab) adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). Di dalam Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah dikatakan Islam berarti tunduk dan menyerah atau penyerahan diri. Dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat, yakni tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah itu tertuang dalam ajaran Islam.23

Dari segi terminologi, Harun Nasution mengatakan bahwa ”Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia”.24

22

Abu Ahmadi & Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. 4, h. 4.

23

Moh. Toriquddin, Spekularitas Tasawuf, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet.1, h. 60.

Menurut Abudin Nata Islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah Swt. Nama Islam itu memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negeri. Kata Islam adalah nama yang diberikan Tuhan sendiri.25 Hal tersebut dapat dipahami dari petunjuk ayat Al-Quran yang ditunjukan oleh Allah Swt. Dalam surat Al- Imran Ayat 19 yang berbunyi:











...

”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam”. (Q.S Al-Imran: 19)26

Dari pengertian ketaatan (ketakwaan) serta pengertian agama Islam, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang taat menjalankan ajaran agama Islam dapat dilihat dari aspek ibadah saja, seperti shalat, puasa, membayar zakat, selain itu melainkan juga dari aspek-aspek yang lain, seperti tingkah lakunya merupakan realisasi dari ajaran yang dianutnya, . Seseorang yang takwa mampu mengontrol dan memerangi hawa nafsunya.

b. Nilai-nilai Dalam Ajaran Islam

Ajaran Islam bersifat universal dan berlaku setiap zaman. Keabadian dan keaktualan Islam telah dibuktikan sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan peradaban manusia senantiasa dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui Al-quran sebagai landasannya. Keuniversalan ajaran Islam pada hakikatnya terwujud dari hal yang paling mendasar dan pokok dari seluruh konsep Islam, yaitu keyakinan akan keesaan Allah.

25

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ,(Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2003), cet.8. h.65.

26

Sebagai sumber nilai, agama Islam memberikan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia dalam menciptakan dan mengembangkan budaya serta memberikan pemecahan terhadap segala persoalan hidup dan kehidupan. Di dalamnya mengandung ketentuan-ketentuan keimanan, ibadah, mu’amalah dan pola tingkah laku dalam berhubungan dengan sesama makhluk yang menentukan proses berfikir, merasa dan pembentukan kata hati.

Di dalam Islam terdapat beberapa aspek penting yang mendasari nilai-nilai sebagai pedoman umat manusia selaku penerimanya, yaitu aqidah, Ibadah dan akhlak. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai aqidah, ibadah dan akhlak.

1. Aqidah

Dari segi bahasa, Aqidah berasal dari al ’aqdu yang berarti ikatan, kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan. Sedangkan menurut istilah, terdapat dua pengertian yaitu pengertian secara umum dan secara khusus:

a. Secara umum, aqidah adalah hukum yang qath’i tanpa keragunan lagi, baik berdasarkan syar’i (naqli) maupun hasil pemikiran yang sehat (aqli), seperti i’tikad yang benar atau salah.

b.Secara khusus, aqidah adalah pokok-pokok ajaran din Islam dan hukum-hukumnya yang qath’i.27 Seperti mengimani terhadap enam hal yang lazim disebut dengan rukun iman, yang tertuang dalam firman Allah dalam surat Annisa ayat 136 sebagai berikut:



























































.

27 Saefuddaulah & Ahmad Basyuni, Akhlak (Ijtima’iyyah),(Jakarta: PT Pamator, 1998), h. 5

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat

sejauh-jauhnya.(Q.S An-Nisa:36) .28

Dengan demikian, aqidah itu meliputi Rukun Iman yang enam yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada Qada’ dan Qadar.

Aqidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya yang diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah.

Aqidah dalam Islam selanjutnya harus berpengaruh ke dalam aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktivitas tersebut bernilai ibadah. Dalam hubungan ini Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa iman ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan tidak bercampur syak atau ragu, serta memberi pengaruh pada pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.29

2. Ibadah

28

Al-quran dan terjemahannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), cet.5, h 101 29

Abudin Nata, Metodologi Study Islam, (Jakarta: PT Raja Grifindo Persada, 2004), Cet. 9, h. 84

Allah Swt menciptakan manusia bukannya tanpa tujuan, Dia telah menjelaskan tujuan penciptaan manusia yaitu untuk menyembah-Nya atau beribadah kepada-Nya. Dalam Firman-Nya :















Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.(QS Adz Dzariyat:56).30

Ibadah adalah kata masdar dari ’abada yang berarti: memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut ’abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan. Inilah pengertian ibadah menurut lughawi.

Adapun Ibadah menurut istilah agama Islam adalah Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni: Bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan-Nya dan senantiasa memohonkan rahmat dan karunia-Nya.31

Menurut Harun Nasution yang di kutip oleh Abdullah Karim. Manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan material. Sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual. Pendidikan jasmani manusia harus di sempurnakan dengan pendidikan rohani.

Dalam Islam, ibadahlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadah seperti, shalat, puasa, zakat dan haji, bertujuan membuat roh manusia senantiasa dekat pada Allah Swt.

Keadaan senantiasa dekat pada Allah sebagai zat Yang Mahasuci dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem bagi hawa nafsu untuk melanggar nilai-nilai moral.

30

Al-quran dan terjemahannya, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), cet.5. h. 700 31

M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Ciputat : PT Mitra Cahaya Utama, 2008), Cet. 1, h. 16

Peraturan dan hukum yang berlaku dalam memenuhi keinginannya.32 Jadi seseorang yang tidak mneyempurnakan pendidikan jasmani dengan pendidikan rohani akan membuat hidupnya berat sebelah dan kehilangan keseimbangan. Orang yang demikian akan menghadapi kesulitan-kesulitan

Dokumen terkait