• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah

1. Pengertian Kompetensi

Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris Competency yang

berarti kecakapan, kemampuan, dan wewenang. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja suatu

keahlian, selaras dengan bidangnya.1 Pengertian ini memberikan arti

bahwa seseorang yang belum atau tidak menguasai kecakapan bekerja suatu keahlian yang selaras dengan bidangnya dapat dikatakan sebagai orang yang belum atau bahkan tidak kompeten.

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil

kerja nyata yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.2 Pengertian

ini memberikan arti bahwa kompetensi itu perlu pendidikan dan pelatihan serta senantiasa dipraktikkan agar bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

Kompetensi dapat juga diartikan sebagai komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang

ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.3 Pengertian ini

memberikan arti bahwa kompetensi merupakan sebuah tuntutan yang perlu dipenuhi oleh suatu profesi tertentu. Dalam penerapan suatu kompetensi harus ada prosedur dan pengawasan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

1

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar, (Bandung: CV

Alfabeta, 2009), Cet. ke-1, h. 28

2

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar

Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. ke-2, h. 29

3

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Rusman, bahwasanya kompetensi adalah perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau

kemampuan.4

Mengacu pada berbagai definisi kompetensi di atas, maka kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan maka kompetensi bukanlah satu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan berkelanjutan. Artinya, kompetensi

membuat seseorang untuk belajar sepanjang hayat (lifelong learning

process).

2. Standar Kompetensi Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK)

Kualifikasi kepala sekolah/madrasah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D4)

kependidikan atau non kependidikan pada Perguruan Tinggi yang terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai Kepala Sekolah berusia

setinggi-tingginya 56 tahun;

c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun

menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi Pegawai Negeri Sipil

(PNS) disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh Yayasan

atau lembaga yang berwenang.5

4

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet ke-6, h. 70

5

Muhaimin, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana

Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. ke-4, h. 39-40

9

Sedangkan kualifikasi khusus untuk Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut.

a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK;

b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan

c. Memiliki sertifikat Kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga

yang ditetapkan Pemerintah.6

Dengan demikian, menjadi kepala sekolah bukanlah hal yang mudah, harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan tugas kepala sekolah yang begitu banyak dan peran kepala sekolah yang begitu penting yaitu sebagai tokoh sentral pendidikan. Kepala sekolah SMK harus berstatus sebagai guru SMK dan memiliki sertifikat pendidik sehingga ia mengerti dengan baik bagaimana menjadi seorang guru, apa saja masalah yang dihadapi seorang guru, dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Pengertian Kewirausahaan

Menurut Mulyasa, kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan

inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif.7 Pengertian ini memberikan

arti bahwa setiap orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta berpikir kreatif dan inovatif.

Kewirausahaan adalah sikap hidup yang selalu ingin berprestasi, ingin maju dan mandiri dalam kehidupan sehari-hari di tempat/lingkungan

kerja dalam institusi/organisasi bisnis maupun nirlaba.8 Pengertian ini

memberi arti bahwa kewirausahaan mendorong seseorang untuk selalu berprestasi dan mandiri dalam kehidupannya. Hal ini merupakan hal positif sehingga setiap orang perlu memiliki sikap kewirausahaan.

6

Ibid, h. 41

7

Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,

2011), Cet. ke-1, h. 189

8

Menurut Johar Permana dan Darma Kesuma:

Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus menerus dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah untuk menciptakan sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan risiko, mewujudkan kesejahteraan (benefits) dan mendatangkan keuntungan finansial (profits). Benefits

dan profits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-guru, kepala sekolah, staf, orang tua, pemerintah dan masyarakat

sekitar atau masyarakat yang lebih luas lagi.9

Berbicara kewirausahaan menurut Hisrich & Peters adalah

berbicara mengenai “perilaku”, yang mencakup pengambilan inisiatif,

mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial dan ekonomi terhadap sumber dan situasi ke dalam praktek, dan penerimaan risiko atau

kegagalan.10

Dari uraian di atas, penulis setuju dengan pendapat Mulyasa yang menyatakan bahwa kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang bisa memiliki karakteristik kewirausahaan dan perlu adanya suatu lingkungan yang mendukung penerapan kewirausahaan agar karakter tersebut bisa terinternalisasi di dalam setiap individu. Seseorang dapat dikatakan sebagai wirausahawan jika ia mampu membaca dengan cermat peluang-peluang, mengombinasikan sumber daya, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya dan juga memperkenalkan perubahan, inovasi, dan perbaikan untuk mewujudkan kesejahteraan dan mendatangkan keuntungan finansial

9

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2011), Cet. ke-4, h. 354

10

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

11

bagi seluruh pihak. Seorang wirausahawan harus pandai melihat ke depan dengan mengambil pelajaran dari pengalaman di masa lampau, ditambah dengan kemampuan menerima serta memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada di sekelilingnya. Mereka harus mampu mengkoordinasi dan mendayagunakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Karakteristik Seorang Wirausahawan

Menurut Steinhoff, karakteristik kepribadian seorang

wirausahawan adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, kerja keras,

mandiri, dan memahami bahwa risiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan.

b. Memiliki kreatifitas diri (self creativity) yang tinggi dan kemampuan

mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatannya melalui kewirausahaan.

c. Memiliki pikiran positif (positive thinking), dalam menghadapi suatu

masalah atau kejadian, dan melihat aspek positifnya.

d. Memiliki orientasi pada hasil (output oriented), sehingga hambatan

tidak membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi.

e. Memiliki keberanian untuk mengambil risiko, baik risiko terhadap

kecelakaan, kegagalan, maupun kerugian.

f. Memiliki jiwa pemimpin, yang selalu ingin mendayagunakan orang

dan membimbingnya, serta selalu tampil ke depan untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan, dan tidak membebankan atau menyalahkan orang lain.

g. Memiliki pikiran orisinal, yang selalu punya gagasan baru, baik untuk

mendapatkan peluang maupun mengatasi masalah secara kreatif dan inovatif.

h. Memiliki orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman

masa lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaannnya.

i. Menyukai tantangan, dan menemukan diri dengan merealisasikan

ide-idenya.11

Hal tersebut memberikan makna bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki karakteristik kewirausahaan jika ia memiliki kepercayaan diri

11

yang tinggi, kreatif, berpikir positif, selalu berorientasi pada hasil, memiliki keberanian mengambil risiko, memiliki jiwa pemimpin, berpikir orisinal, memiliki orientasi ke depan, dan menyukai tantangan.

Senada dengan pernyataan di atas, Meredith et. al. terjemahan Asparsayogi mengungkapkan bahwa profil seorang wirausahawan adalah

sebagai berikut.12

Tabel 2.1

Profil Seorang Wirausaha

Ciri-Ciri Watak

Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas,

optimisme. Berorientasi

tugas dan hasil

Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba,

ketekunan dan ketabahan. Tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif.

Pengambil risiko Berani dan mampu mengambil risiko, suka pada

tantangan.

Kepemimpinan Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul

dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

Keorisinilan Inovatif, kreatif, fleksibel, punya banyak sumber,

serba bisa, mengetahui banyak.

Berorientasi ke

masa depan Pandangan ke depan (prospektif) dan perseptif.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik seorang wirausahawan adalah selalu percaya diri, berpikir positif, tidak mudah menyerah, berani dalam mengambil risiko, inovatif, kreatif, dan pekerja keras. Seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan kewirausahaan harus mampu menjadi manajer yang handal (tepat dan berguna, efektif dan efisien), berwatak merdeka lahir batin, jujur, berbudi luhur, menghargai hak-hak asasi manusia, dan bertanggung jawab. Dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk menolong sekolah untuk keluar dari kesulitan yang dihadapainya termasuk mengatasi persaingan mutu yang semakin ketat dan kesejahteraan guru yang tidak

12

13

memadai, sehingga kinerja sekolah tetap optimal dengan mendayagunakan potensi sumber daya yang tersedia.

5. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah terdapat lima dimensi kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Setiap dimensi kompetensi memiliki kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang kepala sekolah/madrasah. Adapun kompetensi dasar pada dimensi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah/madrasah adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah/madrasah.

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.13

Berikut ini akan diuraikan mengenai lima indikator pada dimensi kompetensi kewirausahaan.

1. Inovasi

Ada berbagai macam pengertian inovasi. Menurut Hikmat dalam bukunya Manajemen Pendidikan, pengertian inovasi adalah sebagai berikut.

Inovasi mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

13

Redaksi Sinar Grafika, UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL (UU RI No. 20 Tahun

Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan

sebagai dampaknya, kepercayaan pelangggan menjadi hilang.14

Pengertian tersebut memberikan arti bahwa inovasi memiliki risiko yang positif dan negatif sehingga para pengambil kebijakan harus memikirkan secara matang mengenai inovasi yang akan dilakukan. Jika tidak, inovasi yang dilakukan akan berisiko negatif. Dalam melakukan inovasi seorang pemimpin harus menciptakan lingkungan yang mendukung terlaksananya inovasi tersebut karena inovasi memiliki dimensi individual dan dimensi organisasional. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Uhar Saputra dalam buku Administrasi Pendidikan:

Inovasi merupakan suatu hasil kreativitas individu, baik ide barunya berasal dari diri sendiri maupun dari luar, yang kemudian diterapkan dalam konteks lingkungan tertentu seperti lingkungan organisasi. Inovasi mempunyai dimensi individual dan dimensi organisasional, artinya di samping kompetensi individu, juga diperlukan kondusivitas organisasi yang akan membawa pada tumbuh dan

berkembangnya suatu inovasi.15

Agar kepala sekolah bisa lebih inovatif dalam mengembangkan sekolahnya, ia perlu lebih berfokus pada lima hal, yaitu sebagai

berikut.16

a. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara konsisten.

b. Mengembangkan inovasi pembelajaran.

c. Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif.

d. Mengembangkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan.

e. Menggalang partisipasi masyarakat.

14

Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), h. 292

15

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010).

Cetakan Pertama, h. 288

16

Maya H., Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan,

15

Dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam menyelesaikan tugas. Seorang kepala sekolah harus bisa melakukan inovasi di sekolah yang ia pimpin. Untuk melakukan inovasi di sekolah, seorang kepala sekolah membutuhkan dukungan dari seluruh warga sekolah agar ide kreatif yang ia dimiliki dapat terlaksana. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bisa menjaga hubungan baik dengan seluruh warga sekolah dan harus bisa mempengaruhi warga sekolah agar setuju dengan ide kreatif yang ia miliki.

2. Kerja Keras

Kerja keras ialah kegiatan maksimal yang banyak menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Kepala

sekolah perlu bekerja keras untuk mencapai keberhasilan

sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.17

Apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah, Kepala Sekolah harus:

a. Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat

memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf, dan para siswa;

b. Melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja

dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap para guru, staf, dan siswa dengan cara:

- Meyakinkan (persuade), berusaha agar para guru, staf, dan

siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar.

- Membujuk (induce), berusaha meyakinkan para guru, staf dan

siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.18

Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah harus bekerja keras dalam menyesaikan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah. Dalam menyelesaikan tugasnya, kepala sekolah dapat memberikan wewenang

17

Direktorat Tenaga Kependidikan, op. cit., h. 34-35

18

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

kepada wakil-wakilnya sesuai dengan tugas pokok dari wakil-wakil tersebut.

3. Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti

“bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”.19

Pengertian ini memberikan arti bahwa motivasi mendorong seseorang untuk bergerak atau melakukan sesuatu. Hal ini senada dengan apa

yang diungkapkan oleh Husaini Usman dalam buku Manajemen: Teori,

Praktik, dan Riset Pendidikan:

Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Dalam memotivasi bawahannya, manajer atau

leader berhadapan dengan dua hal yang mempengaruhi orang dalam bekerja, yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan dapat diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan kemampuan dapat

diatasi dengan mengadakan diklat.20

Dengan demikian setiap orang bisa memberikan motivasi kepada orang lain, namun motivasi yang dapat bertahan lama adalah motivasi yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Sorang kepala sekolah harus memiliki motivasi yang tinggi agar para bawahannya mencontohnya, dengan motivasi yang tinggi seseorang akan bekerja dengan lebih giat dan semangat. Kepala sekolah yang memiliki motivasi diri yang kuat dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang luar biasa. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Sudarwan Danim dalam buku Kepemimpinan Pendidikan.

Kepala sekolah yang luar biasa memiliki motivasi diri yang kuat. Istilah motivasi diri pemimpin paling tidak memuat enam unsur

esensial. Pertama, tujuan yang ingin dicapai dalam proses

kepemimpinannya. Kedua, spirit atau obsesi pribadinya untuk

mencapai tujuan institusional. Ketiga, kemauan tiada henti untuk

mewujudkan cita-cita dan harapannya atas capaian proses dan hasil

pembelajaran tingkat tinggi. Keempat, ketiadaaan putus asa atau

19

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 209

20

Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi

17

berhenti sebelum tujuan yang ingin dicapainya benar-benar terwujud

atau benar-benar tidak akan menjadi kenyataan. Kelima, spirit untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif di sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Keenam, aneka proses

kreatif, inovasi, dan alternatif yang dijalankan olehnya untuk mencapai

tujuan institusional yang terbaik. 21

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua macam jenis

motivasi, yaitu motivasi intern dan motivasi ekstern. Motivasi intern

adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu sedangkan

motivasi ekstern adalah motivasi yang berasal dari luar individu. Enam

unsur esensial dalam motivasi diri seorang pemimpin adalah tujuan

yang ingin dicapai dalam proses kepemimpinannya, spirit atau obsesi

pribadinya untuk mencapai tujuan institusional, kemauan tiada henti untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya atas capaian proses dan

hasil pembelajaran tingkat tinggi, ketiadaaan putus asa atau berhenti

sebelum tujuan yang ingin dicapainya benar-benar terwujud atau

benar-benar tidak akan menjadi kenyataan, spirit untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif di sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, serta aneka proses

kreatif, inovasi, dan alternatif yang dijalankan olehnya untuk mencapai tujuan institusional yang terbaik.

4. Pantang Menyerah

Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan permasalahan, menghadapi tantangan dan kendala yang

ada di sekolahnya.22

21

Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 119

22

Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah dengan menguatkan hati diri sendiri dan warga sekolah agar tidak mudah putus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan dan selalu

menjaga kesehatan jiwa dan raga agar tidak mudah letih atau sakit.23

Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar selalu optimis dalam menyelesaikan permasalahan serta mampu menghadapi tantangan dan kendala yang ada di sekolah. Salah satu tantangan kepala sekolah adalah meyakinkan warga sekolah untuk mau melakukan perubahan. Tidak semua orang bisa beradaptasi dengan perubahan sehingga kepala sekolah harus bisa meyakinkan seluruh warga sekolah bahwa perubahan merupakan hal abadi yang mau tidak mau suka tidak suka harus dilalui.

5. Naluri Kewirausahaan

Naluri atau jiwa kewirausahaan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Setiap kepala sekolah harus memiiki naluri kewirausahaan dan memberikan contoh dengan menerapkan

sifat-sifat atau karakteristik wirausaha.24

Kepemimpinan kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan harus mampu menerapkan beberapa hal sebagai berikut.

a. Berpikir kreatif dan inovatif.

b. Mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan.

c. Menunjukkan nilai lebih dari komponen setiap persekolahan yang

dimiliki.

d. Menumbuhkan kerjasama tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan,

dan hubungan yang solid dengan segenap warga sekolah.

e. Membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan

sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih.

f. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang

digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan ilmu ilmiahnya. 23 Ibid, h. 42 24 Ibid, h. 66

19

g. Menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu

dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen

sistem informasi dan teknologi modern.25

Dapat disimpulkan bahwasanya naluri kewirausahaan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan. Kepala sekolah perlu memiliki naluri kewirausahaan agar ia bisa membaca peluang usaha dan berani untuk mengembangkan kewirausahaan di sekolah yang ia pimpin. Kepala sekolah juga perlu membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih. Harus ada usaha untuk mempertahankan yang sudah baik dan memperbaiki yang belum baik.

B. Strategi Mengembangkan Kewirausahaan di Sekolah

Keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan kewirausahaan ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut.

1. Kemampuan dalam mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai.

2. Kesiapan terhadap risiko yang akan diterima, baik tenaga, uang, maupun

waktu.

3. Keyakinan akan kemampuan membuat rencana, mengorganisasi,

mengkoordinasi, melaksanakan, dan mengawasinya.

4. Komitmen terhadap kerja keras dan cerdas sepanjang waktu, serta merasa

penting atas keberhasilan kewirausahaannya.

5. Kreativitas dan keyakinan dalam mengembangkan hubungan baik dengan

pelanggan, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat, dunia usaha yang berpengaruh terhadap kegiatan sekolah.

6. Kemampuan menerima tantangan dengan penuh tanggung jawab atas

keberhasilan dan kegagalannya.

7. Keterbukaan dalam manajemen keuangan sekolah.26

Dari uraian di atas, terlihat bahwa kepala sekolah tidak bisa mengembangkan kewirausahaan di sekolah sendirian. Ia perlu bekerja sama dengan seluruh warga sekolah. Dalam mengembangkan kewirausahaan di sekolah harus ada perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.

25

Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan dan Kepala Sekolah, op. cit., h. 197-198

26

Perencanaan dibuat bersama-sama dengan seluruh warga sekolah, baik guru,

tenaga kependidikan, dan stakeholders lainnya. Sehingga pada tahap

pelaksanaan, semua warga sekolah siap dengan perubahan yang akan dilakukan. Kepala sekolah harus mengawasi pelaksanaan kewirausahaan di sekolah, apakah sudah berjalan sesuai rencana atau belum, bila belum maka perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan

Dokumen terkait