• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ini berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam penelitian.19 Kajian teori ini akan membahas tentang Kurikulum 2013 dan Penilaian Hasil Belajar.

Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kebijakan Kurikulum sebagai upaya agar terlaksananya pendidikan yang baik sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Perubahan Kurikulum yang ada di Indonesia diatur dalam Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum 2013 diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.20 Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam Kurikulum 2013, terdapat beberapa standar yang mengalami perubahan yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian.

19Tim penyusun, Pedoman Penulisan, 75

20 Presiden Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, 2

1. Kurikulum 2013

Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Perancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), dan seterusnya.21

Pengertian kurikulum secara terminologis adalah sebagai berikut :

a. J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a squence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in grup ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik.22

b. J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school’s effort to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school.

Maksudnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman

21 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), 3

22Ibid., 4

melainkan semua upaya sekolah untuk mempengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.23

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.24

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang dijadikan pedoman dalam mendidik peserta didik di lingkungan sekolah agar tercapainya tujuan pendidikan tertentu.

Secara filosofis, terdapat beberapa aliran filsafat modern yang mempengaruhi pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013, yaitu Progresivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. Aliran progresivisme memandang bahwa proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang amaliah, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Sedangkan aliran Humanisme lebih menekankan secara signifikan pada keunikan peserta didik secara perorangan dan pencarian makna personal dalam eksistensi manusia.25

23Arifin, Konsep dan Model, 4

24Undang-undang Sisdiknas No. 20 Th. 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), 5

25Praswoto, Pengembangan Bahan Ajar, 155

Selain ketiga aliran tersebut, terdapat beberapa aliran lainnya yang turut mempengaruhi pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013, yaitu teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Kedua aliran belajar ini sudah banyak mempengaruhi pendidikan di Indonesia sudah sejak lama dan berkembang sampai saat ini. Aliran behaviorisme menekankan pada pembentukan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar, teori ini biasanya dikenal dengan teori stimulus-respon, respon akan muncul apabila menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan.

Sedangkan menurut aliran kognitivisme belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan.26

Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 dianggap tidak relevan dan menghasilkan pembelajaran yang kurang optimal bagi peserta didik.

Berdasarkan kebijakan terbaru dalam Kurikulum 2013 terdapat empat Standar Nasional Pendidikan yang mengalami perubahan, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, serta Standar Penilaian Pendidikan. Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

26 Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta, Ar-ruzz Media, 2010), 87

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.27

Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis pendidikan tertentu dirumuskan dalam Standar Isi untuk setiap mata pelajaran. Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian, kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan kompetensi tersebut.

Ketiga kompetensi tersebut memiliki proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk melalui aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas:

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.28

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter. Hal ini dapat diketahui dengan adanya istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah kompetensi inti. Lahirnya kompetensi inti diawali dari kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap dikelompokkan lagi menjadi dua

27Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, 2

28Ibid., 3

yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Isi dari sikap spiritual dan sosial berasal dari butir-butir pendidikan karakter yang telah disosialisasikan sejak 2010. Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum 2013 sarat dengan pendidikan karakter.29

Kurikulum 2013 selain dimaknai dengan pendidikan karakter, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi.

Kurikulum berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.30

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menekankan pada pendidikan karakter dan kompetensi peserta didik. Dengan adanya kurikulum 2013 diharapkan peserta didik memiliki bekal yang cukup untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memperbaiki moral bangsa serta mampu bersaing di kancah internasional.

a. Karakteristik kurikulum 2013

Karakteristik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :31 1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,

pengetahuan dan keterampilan, serta menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan madrasah.

29Ahmad Yani, Mindset Kurikulum 2013, (Bandung : Alfabeta, 2014), 55

30 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), 68

31 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.

2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

5) Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

6) Mengembangkan kompetensi dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan memperkaya antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

b. Tujuan kurikulum 2013

Dilaksanakannya perubahan terhadap Kurikulum pendidikan di Indonesia dikarenakan pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah, berpengetahuan luas, serta memiliki kompetensi sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.32

Tujuan kurikulum ini sejalan dengan konsep kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi.

32Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 57 Tahun 2014.

2. Penilaian hasil belajar

Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh mengenai proses dan hasil yang telah dicapai siswa.33 Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.34 Mamat S. menjelaskan bahwa penilaian pembelajaran adalah usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan maupun perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran.35

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh.

Artinya, penilaian yang baik adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus, bukan diawal saja atau diakhir saja dan dilakukan pada setiap aspek perkembangan peserta didik, yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

33Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 4

34Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 23 tahun 2016, 2

35Praswoto, Pengembangan Bahan Ajar, 401

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, terdapat beberapa model penilaian hasil belajar siswa. Salah satunya adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejulah bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara antara lain penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.36 Berdasarkan pengertian tersebut, penilaian berbasis kelas hampir sama dengan penilaian autentik. Hal tersebut dikarenakan penilaian autentik merupakan bagian dari penilaian berbasis kelas.

Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pecil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil karya/kerja peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.37 Beberapa teknik penilaian ini mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan penilaian sikap dan penilaian diri. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian tertulis (paper and pecil

36Moh. Sahlan, Penilaian Berbasis Kelas, (Jember: Center for Society Studies, 2007), 4

37Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012), 72

test). Sedangkan penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan penilaian proyek, penilaian produk, serta penilaian portofolio.

Dalam Kurikulum 2013 dikenal istilah penilaian proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.38

Pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang Standar Penilaian Pendidikan agar pendidikan di Indonesia terlaksana dengan baik. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.39

Berdasarkan hal tersebut, berikut akan dijelaskan mengenai lingkup, tujuan, prinsip, bentuk, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

a. Lingkup penilaian

Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :40

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan 3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah

38Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses, 13

39Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 23 tahun 2016, 2

40Ibid., 3

Penelitian ini difokuskan hanya pada penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik agar penelitian bisa lebih mendalam dan lebih luas cakupan bahasannya.

Lingkup penilaian berkaitan dengan objek penilaian itu sendiri. Objek penilaian yang dibahas dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik. Maka dari itu lingkup penilaian hasil belajar peserta didik meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Setiap aspek disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, yaitu sebagai berikut :

1) Aspek pengetahuan (kognitif)

Aspek kognitif menitik beratkan pada proses intelektual peserta didik. Dengan kata lain, aspek kognitif ini mencakup semua tujuan yang bersangkutan dengan proses intelektual peserta didik.

Bloom mengemukakan jenjang-jenjang tujuan kognitif mulai dari tingkatan yang paling kompleks sebagai berikut: (a) Pengetahuan (knowledge), merupakan tingkat terendah, yakni jenjang pengetahuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. (b) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan untuk memahami arti suatu bahan pengetahuan atau ide tanpa perlu melihat seluruh implikasinya, seperti menerjemahkan, menafsirkan, merangkum, dan membaca grafik.

(c)Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. (d)Analis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur

organisasinya mudah dipahami dan jelas, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.

(e)Sintesis (synthesis), kemampuan untuk mengkombinasikan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru dan asli, yang menitik beratkan pada tingkah laku kreatif dengan cara mempormulasikan pola dan struktur baru berdasarkan atas berbagai informasi atau fakta. (f) Evaluasi (evaluation), merupakan tingkatan tertinggi yang berhubungan dengan kemampuan menguraikan perilaku dimana penilaian diadakan terhadap bahan atau metode yang digunakan. Kriteria dapat ditentukan oleh peserta didik sendiri atau orang lain.

Misalnya menentukan mutu karangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.41

2) Aspek sikap (afektif)

Aspek afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.42

Aspek afektif berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, nilai-nilai, interest, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Karthwohl mengembangkan aspek ini secara hirarki adalah sebagai berikut : (a) Penerimaan (receiving), sebagai tingkatan paling rendah yang berhubungan dengan suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih. (b)Merespon (responding), berkaitan dengan penerimaan untuk menanggapi kepada peran serta aktif dalam kegiatan tertentu. (c) Menilai atau menghargai (valuing), berkaitan dengan penerimaan terhadap nilai tertentu.

(d)Pengorganisasian (organzation), merupakan penerimaan individu terhadap bermacam-macam nilai yang berbeda-beda dari sesuatu sistem nilai tertentu

41Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, 20

42Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 22

yang sifatnya lebih tinggi. (e)Pengkarakterisasian dari nilai atau kelompok nilai (characterization by value complex), merupakan tingkatan domain afektif tertinggi. Tingkatan ini merupakan kemampuan individu memiliki sistem nilai untuk menyelaraskan perilaku individu sesuai dengan sistem nilai tertentu.

Seperti bersikap objektif.43 3) Aspek keterampilan (psikomotor)

Aspek psikomotor yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Aspek ini berkaitan dengan keterampilan (skill) dalam melakukan sesuatu yang bersifat umum, manual, motorik, misalnya bermain biola, mengetik dan sejenisnya.

Dengan kata lain, kecakapan yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah.44

Domain ini mempunyai tingkatan sebagai berikut : (a)Persepsi (perception), sebagai tingkatan terendah yang berhubungan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan tertentu. (b) Kesiapan (set), berkaitan dengan kesiapan seseorang untuk mengerjakan suatu kegiatan tertentu. Kesiapan ini meliputi kesiapan mental, jasmani atau emosi dalam melakukan tindakan. (c)Mekanisme (mechanism), respon fisik yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan. Gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. (d)Respon terbimbing (guided response), berkaitan dengan peniruan seseorang dengan kegiatan tertentu. (e)Respon yang komplek (complex overt response), berhubungan dengan penampilan motorik dengan keterampilan penuh, cepat, dan dengan hasil baik. Seperti kemahiran menyetir mobil. (f) Penyesuaian

43Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, 22-23

44Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 23

(adaptation), berkenaan dengan keterampilan individu yang sudah berkembang sehingga orang yang bersangkutan dapat merubah pola gerakannya dengan situasi baru. (g)Penciptaan (organization), sebagai tingkatan tertinggi dalam aspek psikomotorik yang menunjukkan penciptaan pada gerakan batu untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu, dimana gerakan tadi biasanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keterampilan tinggi. Misalnya menciptakan lagu, tari, pencipta mode, dan sejenisnya.45

b. Tujuan penilaian

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.46

Secara umum, tujuan penilaian hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut :47

1) Mendeskripsikan kecakapan belajar peserta didik sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi yang ditempuhnya.

2) Mengetahui keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan keterampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya.

4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.

45Sahlan, Evaluasi Pembelajaran, 23

46Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 23 tahun 2016, 4

47Sarwan, Belajar dan Pembelajaran, (Jember : STAIN Jember Press, 2013), 148

c. Prinsip penilaian

Prinsip dapat diartikan sebagai asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya); dasar.48 Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya dalam pelaksanaan penilaian hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :49

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

48Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 896

49Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Permendikbud No. 23 tahun 2016, 4-5

d. Teknik Penilaian

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara (kepandaian dan sebagainya) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni.50 Dalam menilai hasil belajar peserta didik terdapat beberapa teknik, antara lain:

1) Penilaian kompetensi sikap

Teknik dan instrumen penilaian sikap adalah sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi merupakan proses pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis mengenai perilaku dan proses kerja peserta didik, baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.51

Penilaian kompetensi sikap melalui observasi dapat dilakukan dengan menggunakan daftar centang (checklist) dan rating scale.

(1) Daftar centang (checklist)

Penilaian menggunakan daftar centang merupakan cara yang paling sederhana dalam mengamati perilaku siswa. Siswa akan mendapat skor jika ia menunjukkan sikap yang sesuai daftar centang.

Jadi metode daftar centang hanya memberikan dua

50Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga, 906

51Sahlan, Evaluasi pembelajaran, 107

kategori penilaian, misalnya “diamati” atau “tidak diamati”.52

(2) Rating scale

Skala lajuan adalah instrumen pengukuran yang menggunakan prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang lain. Biasanya rating scale berisi seperangkat pernyataan tentang karakteristik atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta pasangannya yang berbentuk semacam cara menilai yang menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki oleh sesuatu yang diukur tersebut.53

b) Penilaian diri

Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan terhadap kemajuan proses belajar peserta didik.

Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan pada konsep belajar mandiri (autonomous learning).54

52 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta:

Bumi Aksara, 2015), 208

53Sahlan, Evaluasi pembelajaran, 110

54Sani, Pembelajaran Saintifik, 213

c) Penilaian teman sebaya

Jika guru merasa kesulitan melakukan penilaian sikap, penilaian oleh teman sejawat dapat menjadi solusi dalam melakukan penilaian sikap dalam rentang waktu tertentu.

Rubrik penilaian sikap dengan indikator atau kriteria yang sama dapat diisi oleh guru dan teman sebaya. Jika dijadikan sebagai lembar penilaian oleh teman sebaya dalam satu kelompok, nama teman yang dinilai harus dicantumkan.55

d) Penilaian jurnal

Jurnal merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa di dalam dan luar kelas. Jurnal merupakan catatan yang berkesinambungan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru dalam rentang waktu tertentu.56

2) Penilaian kompetensi pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai penggunaan dan jenis-jenis tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

55Sani, Pembelajaran Saintifik, 216

56Ibid., 218

a) Tes tertulis

Bentuk soal tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan nonobjektif. Tes objektif sering disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar dan salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pernyataan atau pernyataan yang belum sempurna.57

Bentuk tes tertulis dapat berupa :58 (1) Pilihan ganda

Tes pilihan ganda menggunakan soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pada umumnya, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).

(2) Dua pilihan (benar-salah)

Tes dengan dua pilihan jawaban lebih mudah ditulis daripada tes pilihan ganda. Namun, probabilitas menebak dengan benar cukup besar (50%) karena pilihan jawabannya benar atau salah, ya atau tidak.

Bentuk soal seperti ini tidak dapat digunakan untuk menguji sebuah konsep secara utuh.

57Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 135

58Sani, Pembelajaran Saintifik , 221-227

(3) Menjodohkan

Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan, yang diletakkan pada dua lajur.

Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal. Sementara itu, kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan biasanya merupakan pernyataan jawaban.

(4) Isian singkat

Soal isian singkat menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat dengan cara mengisi bagian yang tidak lengkap dengan kalimat singkat, kata, frasa, angka, atau simbol. Tes ini dapat mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif.

(5) Uraian

Soal uraian dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siwa secara mendalam. Peserta didik dituntut untuk menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan dengan menggunakan kalimat sendiri.

b) Tes lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Tes lisan bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, memeriksa penguasaan pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif.59 Dengan demikian dapat diketahui bahwa tes lisan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

59Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Panduan penilaian, 13

Dokumen terkait