• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan kajian yuridis kemudahan perpajakan bagi investor di kawasan ekonomi khusus sebagai upaya peningkatan sektor penanaman modal Indonesia, maka ada beberapa saran yang dapat penulis berikan, yaitu:

1. Selain menetapkan kebijakan dasar penanaman modal Indonesia, seharusnya pemerintah pusat dan daerah semakin aktif dalam mewujudkan berbagai program konkret yang diarahkan bagi percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan menumbuhkan sektor potensial yang dimiliki tiap-tiap daerah demi pemerataan pembangunan di Indonesia, sehingga perekonomian tidak hanya berpusat di Pulau Jawa tetapi juga bergerak ke daerah lain sehingga peningkatan perekonomian dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. 2. Keberadaan 8 KEK di Indonesia yang belum signifikan beroperasi dan kurang menarik investor seharusnya menyadarkan pemerintah daerah untuk turut aktif mendorong potensi daerahnya untuk dapat menjadi KEK, tidak sekedar pada tahap pembentukannya saja peran pemerintah daerah juga diperlukan dengan

menerbitkan berbagai regulasi yang mendukung terselenggaranya KEK. Selain itu, semakin memantapkan peran kawasan ekonomi khusus bagi perekonomian, seharusnya pemerintah tidak hanya fokus pada pemberian insentif atau kemudahan baik fiskal maupun non fiskal tetapi juga harus menajamkan rencana dan arah pengembangan KEK, serta menyinergikan hal itu dengan perencanaan pembangunan nasional dan strategi pembangunan industri nasional secara komprehensif dan terintegrasi

3. Seharusnya pengawasan terhadap pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut harus semakin ditingkatkan oleh institusi yang mempunyai kewenangan dengan menerapkan budaya kerja yang independen untuk menjamin kepastian hukum bagi investor atas pemberian fasilitas dan kemudahan tersebut, hal ini juga penting dilakukan mengingat banyaknya kemudahan perpajakan yang ditawarkan bagi para investor oleh pemerintah melalui PP No. 96 tahun 2015 sehingga tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) dalam pemberian kemudahan perpajakan.

BAB II

KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL INDONESIA

A. Asas, Manfaat dan Tujuan Penanaman Modal Indonesia

1. Asas-asas penanaman modal

Paul Scholten dalam risalahnya, Rechts-beginselen menyatakan bahwa asas-asas hukum itu adalah “tendensi-tendensi yang disyaratkan kepada hukum oleh paham kesusilaan kita (tendenzen, welke ons zedelijk oordeel aan het recht

stelt). H.J. Hommes dalam “Algemene rechts-beginselen voor de praktijk”

berpendapat bahwa asas-asas hukum yang konkrit, melainkan perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk (rishtnoer) bagi hukum yang berlaku38

Sebagai hukum positif Indonesia, UU Penanaman Modal juga mengandung asas hukum yang menjadi pedoman atas kaidah hukum yang tertuang dalam pasal-pasal dalam Undang-undang tersebut. Adapun asas-asas hukum tersebut adalah:

. Menurut Eikemma Hommes, asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

39

38

O. Notohamidjojo, Soal-soal pokok Filsafat Hukum (Salatiga:Griya Media, 2011) hlm 23

39

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Penjelasan Pasal 3 ayat (1)

a. asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

b. asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal

c. asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan

d. asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal dari negara asing lainnya

e. asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

f. asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing g. asas berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang

h. asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup

i. asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi j. asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas

yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional

2. Manfaat penanaman modal

Hadirnya Investor dalam kegiatan penanaman modal di suatu negara diharapkan dapat membawa manfaat bagi pembangunan ekonomi di suatu negara, baik penanaman modal yang dilakukan oleh investor asing maupun investor dalam negeri. Namun beberapa literatur mencatat bahwa manfaat penanaman modal asing selalu menjadi pembahasan utama mengingat bahwa kegiatan penanaman modal asing berkaitan dengan masuknya modal asing ke dalam negeri. Menurut Gunarto Suhardi, “Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio karena investasi langsung lebih permanen.” Selain itu manfaat investasi langsung adalah sebagai berikut:40

a. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.

40

b. Mempunyai kekuatan penggandaan ekonomi local.

c. Memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi.

d. Bila di produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha local di samping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara.

e. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.

f. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena baik investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.

Manfaat penanaman modal asing juga dikemukakan secara sistematis oleh William A. Fennel dan Joseph W. Tyler, serta Eric M.Burt. Manfaat tersebut meliputi:41

a. memberi modal kerja;

b. mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar;

c. meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional (multinational enterprise atau MNE);

d. penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru;

e. negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi resiko ketika PMA yang masuk ke negerinya, ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang diterimanya;

41

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta:Rajawali Press, 2014), hlm 87

f. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara- negara penerima;

3. Tujuan penanaman modal

Menurut Yusnan, UU Penanaman Modal bertujuan untuk beberapa hal diantaranya, pertama, sebagai bentuk kepastian terhadap berbagai ketidakpastian yang terkait dengan kegiatan investasi; kedua, untuk memperbaiki image investasi dalam negeri sehingga menjadikan Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi produk-produk asing tetapi tempat yang layak untuk melakukan investasi dan setidak-tidaknya dengan diterbitkannya Undang-undang ini terlihat ada respon positif yang ditunjukkan dari angka statistic persetujuan investasi dan realisasi investasi42

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. .

Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UU Penanaman Modal, disebutkan mengenai tujuan diselenggarakannya penanaman modal, antara lain:

b. Menciptakan lapangan pekerjaan.

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. d. Meningkatkan kemajuan daya saing usaha nasional.

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

42

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan perbaikan koordinasi antarinstansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.43

B. Faktor Pendorong Penanaman Modal

Berbagai studi tentang penanaman modal asing menunjukkan bahwa motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari keuntungan.44

1. Upah buruh murah

Dalam berbagai literatur dikemukakan, bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi investor asing ingin menanamkan modalnya di suatu negara. Para ahli pada umumnya berpendapat selain faktor biaya produksi di negaranya cukup mahal, juga ingin memperluas jaringan usaha. Menurut Sujud Margono, motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara didorong oleh berbagai faktor, antara lain:

Untuk menekan biaya produksi, perusahaan negara-negara maju melakukan investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan untuk mendapatkan upah butuh yang murah, harapan ini didukung oleh karena kebanyakan negara berkembang memiliki tenaga kerja yang melimpah, dengan

43

Dhaniswara. K Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007) hlm 107

44

tingkat upah yang jauh lebih murah dibandingkan upah buruh untuk pekerjaan yang sama di negara-negara maju.

2. Dekat dengan sumber bahan mentah

Bahan mentah merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi. Kebanyakan negara-negara maju memiliki bahan mentah yang sangat terbatas, sedangkan negara-negara berkembang memiliki bahan mentah yang belum dieksploitasi. Untuk itulah negara-negara maju melakukan penanaman modal dengan memindahkan industrinya ke negara-negara berkembang.

3. Menemukan pasar yang baru

Negara-negara maju berusaha menanamkan modal di negara lain dengan tujuan untuk menjaga pasar hasil produksinya. Berkaitan dengan upaya menemukan pasar yang baru, paling tidak ada 3 (tiga) alasan mengapa investor datang ke suatu negara, yaitu:45

a. mengamankan komoditi ekspor dan mengambil keuntungan dari rendahnya upah buruh dalam menghasilkan produk-produk teknologi yang rendah;

b. memperoleh akses terhadap pasar konsumen yang lebih besar;

c. mengambil keuntungan sendiri dari struktur sosial, politik dan ekonomi yang unik yang tidak mudah ditiru oleh orang lain.

4. Royalti dari alih teknologi

Penanaman modal asing, seringkali diikuti dengan alih teknologi. Negara investor akan mendapatkan keuntungan dari proses transfer teknologi melalui

45

penjualan hak merek, paten, rahasia dagang, desain industry. Transfer teknologi meliputi product, production process, machinery.

5. Penjualan bahan baku dan suku cadang

Investor asing juga dapat memperoleh keuntungan dari penjualan bahan baku. Hal ini terkait dengan ciri negara berkembang yaitu belum dapat memproduksi bahan baku yang memadai yang dapat dijadikan barang jadi, sehingga penjualan suku cadang di negara berkembang menjadi suatu hal yang menguntungkan bagi investor, misalnya penjualan suku cadang di bidang industry otomotif.

6. Fasilitas dan Insentif

Pemberian Fasilitas dan insentif merupakan salah satu daya tarik investor dalam menanamkan modalnya

Faktor pendorong terjadinya penanaman modal yang telah disebutkan diatas hanya dapat terjadi apabila didukung oleh keadaan di negara tujuan investasi sekaligus sebagai faktor penarik terjadinya penanaman modal. Menurut Erman Rajagukguk, untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya dibutuhkan tiga syarat yang harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu:46

1. Syarat adanya kesempatan ekonomi (Economic Opportunity)

Untuk menarik modal asing dibutuhkan adanya kesempatan ekonomi bagi investor, seperti dekat dengan sumber daya alam, tersedia bahan baku, ketersediaan lokasi untuk mendirikan pabrik yang cukup, tersedianya tenaga kerja

46

murah dan tersedianya pasar yang prospektif.47 David Ricardo berdasarkan Teori Keunggulan Komparatif menyebutkan bahwa keunggulan komparatif adalah keunggulan relatif suatu barang dalam perdagangan internasional yang diukur berdasarkan ratio nilai tukar suatu barang terhadap barang lain yang diproduksi suatu negara dibandingkan dengan nilai tukar barang-barang yang sama yang diproduksi negara lainnya48

Ditinjau dari aspek ekonomi, Indonesia secara umum masih memiliki keunggulan komparatif dan alamiah mengingat Indonesia adalah negeri yang sangat luas dengan diberkahi kelimpahan kekayaan alam, selanjutnya jumlah penduduk yang sangat besar juga berpotensi membentuk pasar dan potensi tenaga kerja yang murah.

. Hal tersebutlah yang mendasari suatu negara

melakukan kegiatan perdagangan Internasional dan Investasi.

49

2. Syarat stabilitas politik (political stability)

Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya ke suatu negara adalah kondisi politik di negara tujuan investasi, apakah kondisi politiknya stabil atau tidak. Sebab dengan tidak adanya kestabilan politik sulit untuk memprediksi kebijakan apa yang akan diambil oleh pemerintah yang berkaitan dengan dunia usaha50

47 Ibid. pukul 11:34). 49

Erman Rajagukguk, Op.cit, hlm 41

50

3. Syarat kepastian hukum (legal certainty)

Hukum mempunyai peranan dalam perkembangan ekonomi, dengan menyediakan infrastruktur hukum yang memungkinkan bagi berfungsinya sistem ekonomi. Infrastruktur hukum ini, tidak hanya berupa seperangkat kaidah, tetapi meliputi pula lembaga dan proses mewujudkan berlakunya kaidah tersebut dalam kenyataan51

Untuk mewujudkan sistem hukum yang mampu mendukung iklim investasi diperlukan aturan yang jelas mulai dari izin untuk usaha sampai dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan. Kata kunci untuk mencapai kondisi ini adalah adanya penegakan supresmasi hukum (rule of law)

.

52

C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal Indonesia

. Dengan menciptakan certainty (kepastian), Fairness (keadilan), dan efficiency (efisien) diharapkan mampu memulihkan kepercayaan investor asing untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia.

Berdasarkan Bab III Pasal 4 UU Penanaman modal menyatakan bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:

1. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian; dan

2. mempercepat peningkatan penanaman modal

Namun dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut, pemerintah harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

51

Abdul wahid, “Hukum dan Perkembangan Ekonomi”, dalam Jurnal Arena Hukum, Nomor 9 Tahun 1999, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, hlm 23

52

1. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional, bahwa pemerintah tidak membedakan perlakuan terhadap penanam modal yang telah menanamkan modalnya di Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

3. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi..

Untuk mewujudkan hal tersebut, berdasarkan Pasal 27 UU Penanaman Modal, pemerintah mengoordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antarinstansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia antara instansi pemerintah dengan pemerintah daerah yang dilakukan oleh (BKPM).53

Pertimbangan ditunjuknya BKPM sebagai satu-satunya instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN adalah dalam rangka meningkatkan efektivitas dalam menarik investor untuk melakukan investasi di Indonesia, selama ini pelaksanaan investasi memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang besar. Oleh karena itu, dengan adanya pelayanan pada satu atap atau BKPM, diharapkan nantinya pelayanan

53

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 27 hingga Pasal 29.

terhadap investor akan menjadi lebih cepat dibandingkan pelaksanaan sebelumnya54

Keberadaan lembaga yang mengoordinasikan penanaman investasi di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya investasi yang diinvestasikan oleh investor, baik investasi asing maupun domestic, semakin baik pelayanan yang diberikan kepada investor, akan semakin banyak investor yang tertarik menanamkan investasinya di Indonesia.55

1. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

Tugas dan fungsi BKPM ditentukan dalam Pasal 28 UU Penanaman Modal, yaitu:

2. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

3. menetapkan norma, standard dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal;

4. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha;

5. menyusun peta penanaman modal Indonesia; 6. mempromosikan penanaman modal;

7. mengembangkan sector usaha penanaman modal melalui pembinanaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal;

54

Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm 228

55

8. Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; 9. Mengoordinasikan penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan

penanaman modalnya diatur di luar wilayah Indonesia; 10. Mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan

11. Melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Sebagai tindak lanjut dari amanat UU Penanaman Modal tersebut, kepada Kepala BKPM diberikan wewenang untuk mengeluarkan berbagai peraturan dalam rangka mewujudkan iklim investasi yang kondusif sebagai bentuk penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu demi meningkatkan perekonomian di sector penanaman modal Indonesia, adapun beberapa Peraturan Kepala (perka) BKPM, antara lain:

1. Peraturan Kepala BKPM Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata

Cara Izin Prinsip Penanaman Modal

3. Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal

4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Fasilitas Penanaman Modal

5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 18 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu;

7. Peraturan Kepala BKPM Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2015 tentang Tata Cara Permohonan pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan, dan peraturan lainnya.

Apabila berbicara tentang kebijakan penanaman modal di Indonesia, tentu sangat erat kaitannya dengan bidang usaha yang tertutup dan tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Hal ini terjadi karena pada umumnya host country membatasi dan memberikan syarat terhadap suatu bidang usaha yang bisa ditanami modal asing yang disebut sebagai daftar negatif investasi (negative list), adapun bentuk pembatasan ini dapat berupa:56

1. tertutup sama sekali untuk kegiatan investasi asing;

2. terbuka dengan syarat joint enterprise (pembatasan komposisi pemilikan saham);

3. terbuka dengan syarat khusus (kemitraan, syarat ketenagakerjaan, dan sebagainya).

Adapun prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam penentuan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan Pasal 5 dan

56

Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi (Penanaman Modal), bahan ajar Hukum Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2009

Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Peryaratan Penyusunan Bidang Usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal adalah penyederhanaan, kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional, transparansi, kepastian hukum, kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal.

Pasal 12 ayat (3) UU No. 25 Tahun 2007 mengatur bahwa Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria yang populer dengan sebutan K3LM berdasarkan Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007, dirincikan sebagai berikut:

1. memelihara tatanan hidup masyarakat; 2. melindungi keaneka ragaman hayati; 3. menjaga keseimbangan ekosistem; 4. memelihara kelestarian hutan alam;

5. mengawasi penggunaan Bahan Berbahaya Beracun (B3);

6. menghindari pemalsuan dan mengawasi peredaran barang dan/atau jasa yang tidak direncanakan;

7. menjaga kedaulatan negara; atau

8. menjaga dan memelihara sumber daya terbatas.

Penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,

perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, seta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Pasal 12 Perpres No. 76 tahun 2007 menegaskan bahwa bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan terdiri dari:

1. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK yang hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKM-K).

2. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan terdiri atas bidang usaha yang tidak dicadangkan dan bidang usaha yang tidak dicadangkan dengan pertimbangan kelayakan bisnis.

3. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal untuk memberikan batasan kepemilikan bagi penanam modal asing.

4. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu untuk memberikan pembatasan wilayah administratif penanaman modal.

5. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus dapat berupa apat berupa rekomendasi dari instansi/lembaga pemerintah atau non pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang usaha termasuk merujuk ketentuan peraturan perundangan yang menetapkan monopoli atau harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam bidang usaha tersebut.

Walaupun peraturan presiden telah menentukan pedoman penetapan kriteria bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan, namun penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing bersifat dinamis

Dokumen terkait