• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Data

4.2.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa

4.2.1.2 Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk banyak digunakan. Ada tiga jenis kalimat majemuk berdasarkan hubungan antarklausanya yakni (a) kalimat majemuk setara, (b)kalimat majemuk bertingkat, dan (c) kalimat majemuk campuran.

A. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara memiliki hubungan koordinasi ataupun hubungan setara antarklausanya, baik tanpa maupun menggunakan konjungsi. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat pada karangan tersebut hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, perlawanan, lebih, dan perurutan. Penggunaan kalimat majemuk setara dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu yakni, sebanyak 23 kalimat. Berikut ini dipaparkan contoh kalimat majemuk setara berdasarkan hubungan penanda konjungsinya.

1) Majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan

Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah delapan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (101) dan (102) di bawah ini.

(101) Maka semoga ke depan kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi

Modalitas S P Konj P

masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat apalagi

S Ket tempat

(102) Musim kemarau telah berlalu dan musim hujan pun menghadang di S P Konj S P depan mata. (Kr 20.2.2)

Ket tempat

Kalimat (101) dan (102) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (101) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan P-S-K sedangkan kalimat (102) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P-K. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian penjumlahan, yakni dan. Oleh karena itu, hubungan antarklausa pada kalimat (101) dan (102) adalah penjumlahan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 9.3.1), (Kr 10.3.1), (Kr 16.1.3), (Kr 16.3.2), (Kr 20.1.1a), dan (Kr 20.2.2).

2) Majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan

Peneliti menemukan enam buah kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kalimat di bawah ini.

(103) Penyakit tak datang dengan sendirinya melainkan (penyakit) dari S P Ket cara Konj (S) P lingkungan yang kotor (Kr 1.3.1)

(104) Banyak orang mengklaim dirinya pecinta lingkungan hidup tetapi

S P O Konj

bila berhadapan dengan sampah nyalinya tak dapat berbuat banyak

Kalimat (103) dan (104) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (103) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P sedangkan kalimat (104) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-O dan K-P-K-S-P. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perlawanan yakni melainkan dan tetapi. Dengan demikian, hubungan antarklausa pada kalimat (103) dan (104) adalah perlawanan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (103) dan (104) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 12.2.4), (Kr 17.1.1), (17.1.3), dan (19.4,2).

3) Majemuk setara dengan pertalian semantik lebih

Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik lebih ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan (105) dan (106) di bawah ini.

(105) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak

S Ket cara P

asing lagi bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi

konj P S P

ciri khas warga kota (Kr1.1.1) Pel

(106) Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat S P Ket cara Konj P berkembangnya (Kr 1.3.2)

Kalimat (105) dan (106) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (105) terbentuk dari klausa dengan struktur S-K-P dan P-S-P-Pel, sedangkan kalimat (106) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan P-S. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian lebih, yakni bahkan. Hubungan pertalian lebih maksudnya adalah klausa pertama kalimat tersebut mendapatkan penegasan dari klausa kedua.

4) Majemuk setara dengan pertalian semantik perurutan

Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu dipaparkan pada kutipan (107) di bawah ini.

(107) Andi berhenti sejenak lalu (Andi) berpikir (Kr18.1.3) S P K.wkt Konj (S) P

Kalimat (107) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada kalimat (107) tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (107) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perurutan yakni lalu.

5) Majemuk setara tanpa konjungsi

Peneliti menemukan empat buah kalimat majemuk setara tanpa konjungsi. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.

(108) Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap S P Ket waktu S P

(Kr12.3.2)

(39) Lukman duduk termenung di atas atap rumahnya, melepaskan

S P Pel Ket tempat P

pandangannya ke sekeliling (Kr12.4.1) O Ket arah

Kalimat (108) dan (109) adalah kalimat majemuk setara, karena terdiri dari dua klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat tetapi tidak dihubungkan dengan konjungsi. antarklausa pada kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan tanda baca koma. Kalimat (108) terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat (109) terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-Pel-K dan (S)-P-O-K. Pada kalimat (109), unsur subjek klausa kedua dapat dilesapkan karena unsur subjeknya sama dengan subjek klausa pertama. Hal ini biasa ditemui pada hubungan koordinatif ataupun subordinatif jika subjek klausa kedua sama dengan subjek klausa pertama. Kedua klausa tersebut tidak dihubungkan dengan konjungsi tetapi dihubungkan dengan tanda baca koma (,). Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (108) dan (109) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 8.3.3) dan (Kr 20.1.5).

B. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki hubungan antarklausa tidak sederajat yang biasanya disebut dengan hubungan subordinatif. Dalam kalimat majemuk bertingkat, ada satu klausa yang menjadi bagian dari klausa yang lain. Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak klausanya. Kalimat majemuk bertingkat ada 13 macam. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk bertingkat hanya ada delapan macam. Delapan jenis anak kalimat tersebut, yakni anak klausa dengan keterangan akibat, komplementasi, waktu, sebab, syarat, tujuan, penjumlahan dan konsesif. Berikut ini contoh kalmat majemuk bertingkat.

1) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Akibat

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat ditemukan berjumlah 13 kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (110), (111) dan (112) di bawah ini.

(110) Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa P S Ket tempat Konj Ket S P

memanfaatkan lagi (Kr 14.3.5) Ket akibat

(111) Sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal S P Konj P S (Kr14. 3.3)

Ket akibat

(112) Di Indonesia masih banyak masyarakat kurang memperhatikan tempat

Ket tempat S P O

membuang sampah sehingga ada sungai yang tercemar oleh sampah (Kr 9.1.1) Konj P S Ket.agentif

Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Hal ini dapat dilihat dari dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif. Dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif ini menunjukkan klausa yang satu terikat dengan klausa yang lain. Dengan kata lain, klausa yang satu merupakan anak klausa dari klausa induk.

Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada ketiga kalimat tersebut. Kalimat (110) dan (112) menggunakan konjungsi sehingga untuk menghubungkan dua klausanya sedangkan kalimat (111) menggunakan konjungsi akibat untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (110), (111), dan (112) masing-masing memiliki struktur

atau pola yakni P-S-K �

�−�−�

,

S-P�−�

,

dan K-S-P-O�−�−�

.

Struktur ketiga

kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (110), (111), dan (112) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (1.1.3), (8.1.4), (8.3.2), (9.1.1), (9.1.2), (10.2.2), (11.3.3), (14.3.5), (15.1.2), dan (19.3.4).

2) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Isi

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen ditemukan berjumlah enam kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (113) dan (114) di bawah ini.

(113) Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah Ket S P Konj S

Ket komplemen sembarangan dapat menyebabkan terjadi banjir (Kr 7.2.2)

P Pel

(114) Ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya

S P Ket tujuan

bahwa dulu kehidupan masyarakat sangatlah mudah (Kr11.2.2)

Konj Ket S P

Kalimat (113) dan (114) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen atau isi. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (113) dan (114) menggunakan konjungsi bahwa untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (113) dan (114) masing-masing memiliki pola, yakni K-S-P-K �

�−�−��� dan S-P−��−�−�

.

Struktur kalimat (43) dan (44) hanya merupakan pengembangan

dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (113) dan (114) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (2.1.2), (7.2.2), (11.2.2), dan (18.1.6).

3) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Waktu

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu ditemukan berjumlah sembilan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.

(115) Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan

Konj P O S P O Ket

Ket waktu

depan rumahnya (Kr5.1.4) tempat

(116) Usai mengambi air, Lukman pun kembali ke rumah (Kr 12.2.6) Konj P O S P Ket tujuan

Kalimat (115) dan (116) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (115) dan (116) menggunakan konjungsi ketika dan usai untuk menghubungkan dua klausanya. Kata usai memiliki padanan kata dengan kata setelah, sehingga usai dapat dikategorikan sebagai konjungsi waktu. Kalimat (115) dan (116) masing-masing memiliki pola,

yakni �

(�)−�−�S-P-O-K dan

(�)−�−� S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat (115) dan (116) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kedua kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat ataupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola

kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (115) dan (116) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (7.4.1), (12.2.6), (12.3.1), (13.2.2), (20.2.3), (20.3.2) dan (20.3.5).

4) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Sebab

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab ditemukan berjumlah tiga kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (117) dan (118) di bawah ini.

(117) Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit S P Ket tempat Konj P Pel diare dan demam berdarah. (Kr 5.3.4)

(118) Permasalahan-permasalahan tersebut timbul karena ulah manusia S P Konj S

tidak mampu berterimakasih atas nikmat yang telah alam ini berikan.

P Pel

Ket sebab (Kr 7.1.2)

Kalimat (117) dan (118) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kedua kalimat tersebut menggunakan konjungsi karena untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat-kalimat itu

masing-masing memiliki pola yakni S-P-K �

(�)−�−��� serta S-P � �−�−���.

Subjek anak klausa pada kalimat (117) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kalimat (117) dan (118) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar.

Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (20.1.1b).

5) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Syarat

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan (119) dan (120) di bawah ini.

(119) Jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus maka seluruh komponen

Konj S P Pel S

Ket syarat

hidup yang ada di dalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar P Ket.akibat (Kr 7.3.2)

(120) Jika kita membuang sampah sembarangan maka kita semua akan Konj S P O Pel S P

Ket syarat

terkena dampaknya yaitu banjir. (Kr 8.1.3) Pel

Kalimat (119) dan (120) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (119) dan (120) menggunakan konjungsi jika untuk menghubungkan dua klausanya. Adanya konjungsi maka pada kedua kalimat di atas dapat dihilangkan. Penggunaan konjungsi lebih dari satu pada dua klausa majemuk bertingkat akan membuat kerancuan. Hal ini disebabkan klausa yang diawali dengan konjungsi merupakan anak klausa. Jika

masing-masing klausa dalam satu kalimat diawali dengan konjungsi, kalimat tersebut tidak memiliki induk klausa. Kalimat (119) dan (120) masing-masing

memiliki pola kalimat yakni �

�−�−���S-P-K serta

�−�−�−��� S-P-Pel. Kalimat (119) dan (120) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar.

6) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Tujuan

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan ditemukan berjumlah tujuh kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini.

(121) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar

S P Ket tempat Konj

tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2) P O Ket tempat

Ket tujuan

(122) Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam di dalam tanah

S P Ket tempat

supaya tidak mencemari lingkungan (Kr 10.2.1)

konj P O

Ket tujuan

Kalimat (121) dan (122) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (121) menggunakan konjungsi karena dan kalimat (122) menggunakan konjungsi supaya untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (121) dan (122) masing-masing memiliki pola kalimat

yakni, S-P-K �

(�)−�−�−� serta S-P-K

(�)−�−�. Subjek anak klausa pada kalimat (121) dan (122) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Pola kedua kalimat tersebut hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (4.4.2), (6.2.2), (20.1.2), (12.4.4), dan (13.3.1).

7) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Penjumlahan

Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan ditemukan berjumlah dua kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (123) di bawah ini

(123) Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan

Konj P Pel S

Ket penjumlahan

juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. (Kr 14.1.3)

P Ket peruntukan

Kalimat (123) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan .Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (123) menggunakan konjungsi selain untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (123) memiliki pola kalimat

yakni �

(�)−�−��� S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat (123) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Kalimat (123) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr4.3.1).

8) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Konsesif

Peneliti menemukan satu kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif dalam karangan para guru. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat (124) di bawah ini.

(124) Hingga sekarang ini masih banyak masyarakat belum memahami

Ket waktu S P

betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan walaupun mereka

O Konj S

sudah mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak menjaga

P O

lingkungan. (Kr 18.3.2)

Kalimat (124) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (124) menggunakan konjungsi walaupun untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (124) memiliki pola

yakni, K-S-P-O �

�−�−�. Kalimat (124) ini hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang

menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya.

C. Kalimat Majemuk Campuran

Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kedua jenis kalimat majemuk yang lain. Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ditemukan sebanyak sembilan kalimat. Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, masih ada penggunaan konjungsi yang keliru sehingga mengakibatkan tidak adanya induk klausa. Berikut ini contoh kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu.

(125) Ketika datang musim penghujan, meluaplah sampah-sampah yang

Konj P S P S

bertumpuk di sugai, di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibatkan banjir(Kr2.2.1) Konj S P O

(126) Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi

Konj S P S P

sehat dan tidak akan mudah terserang penyakit (Kr4.2.3)

Pel Konj P Pel

(127) Sampah organik diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman di S P Pel P Ket peruntukan sekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau (Kr 10.1.4)

Kalimat (125) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan subordinatif (bertingkat) antara anak klausa pengisi keterangan waktu dan induk kalausanya. Anak klausa pengganti keterangan waktu pada kalimat (125) memiliki unsur predikat dan subjek. Hal ini ditandai dengan adanya konjungsi subordinatif ketika di awal klausa. Induk klausa pada kalimat (125) juga memiliki hubungan koordinatif (setara) dengan ditandai dengan konjungsi koordinatif dan. Kalimat majemuk campuran juga merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar yang lebih kompleks. Pola majemuk campuran dikatakan lebih kompleks karena dalam satu kalimat ada dua hubungan

yakni, hubungan subordinatif dan koordinatif. Pola kalimat (125) ini adalah � �−� P-S, S-P-O.

Lazimnya pada sebuah kalimat majemuk bertingkat, klausa yang didahului dengan konjungsi subordinatif merupakan anak klausa. Namun, pada kalimat (126) ini, konjungsi subordinatifnya ada tiga. Hal ini menyebabkan kebingungan untuk memilih induk klausa. Harus ada penghilangan dua konjungsi untuk menentukan induk klausanya sehingga konjungsi maka dan sehingga harus dihilangkan. Jika kedua konjungsi tersebut sudah dihilangkan, induk klausa pada kalimat (126) menjadi tubuh kita akan menjadi sehat. Anak klausa pada kalimat (126) menjadi kebersihan telah didiapat dengan diawali konjungsi subordinatif jika.Kalimat (126) juga terdapat hubungan koordinatif antarinduk klausa dengan ditandai konjungsi dan. Kalimat tersebut juga hanya pengembangan dari pola

kalimat dasar. Pola kalimat (1266) di atas adalah �

�−�S-P-Pel, (S)-P-Pel. Pada kalimat (126), subjek klausa kedua hubungan koordinatif mengalami pelesapan karena subjek klausanya sama dengan subjek klausa sebelumnya.

Kalimat (127) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan koordinatif (setara) dan dihubungkan dengan tanda hubung koma (,). Pada kalimat (127) salah satu klausanya mengalami perluasan unsur keterangan tujuan. Perluasan unsur keterangan pada kalimat (127) di atas diawali dengan konjungsi supaya. Kalimat (127) tersebut juga hanya pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat (127) di atas

adalah S-P-Pel, (S)-P-K �

�−�

.

Fenomena seperti kutipan (55), (56), dan (57) dapat dilihat pada lampiran dengan kode (Kr 3.2.1), (Kr 3.2.2), (Kr 7.3.1), (Kr 18.1.4), (20.3.3b) dan (Kr 20.3.4)

Dokumen terkait