• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Data

4.2.1 Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa

4.2.1.1 Kalimat Tunggal

Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat tunggal paling banyak digunakan. Dalam karangan guru-guru tersebut, terdapat empat jenis kalimat tunggal, yakni (a) kalimat tunggal dengan predikat verba, (b) kalimat tunggal dengan predikat nomina, (c) kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dan (d) kalimat tunggal dengan predikat numeralia.

A. Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba

Kalimat tunggal dengan predikat verbal dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur muncul sebanyak 100 kali. Dari 100 kalimat itu, guru-guru menggunakan enam pola kalimat dasar. Keenam kalimat dasar yang digunakan guru-guru tersebut yakni 1) P, 2) P-O, 3) P-Pel, 4) P-K, 5) S-P-O-Pel, dan 6) S-P-O-K. Berikut ini contoh kalimat tunggal dengan predikat frasa verba.

1) Pola Dasar S-P

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat frasa verbal dengan pola S-P dapat dicermati pada kutipan (82) dan (83) di bawah ini.

(82) Kebiasaan buruk ini sudah diperingati (Kr 5.1.5)

S P

(83) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri (Kr 4.2.1)

Kalimat (82) dan (83) ini hanya terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) dan predikat (P). Unsur subjek pada kalimat (82) diisi oleh frasa nomina kebiasaan buruk ini dan unsur predikat diisi dengan frasa verbal intransitif sudah diperingati. Kalimat (82) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Unsur subjek pada kalimat (83) di atas diisi oleh frasa nomina yang pertama sedangkan unsur predikatnya diisi dengan frasa verba menjaga kebersihan diri sendiri. Kata adalah dalam kalimat (83) hanya berfungsi untuk mengawali unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (82) dan (83) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 7.5.2), (Kr 12.4.2), (Kr 13.3.2), (Kr 14.4.2) (Kr 19.1.1), dan (Kr 20.2.1)

2) Pola Dasar S-P-O

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-O dapat dicermati pada kutipan (84) dan (85) di bawah ini.

(84) Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan

S P

terserangnya berbagai penyakit (Kr 6.1.3). O

(85) Air yang tergenang mengapa dapat menimbulkan penyakit?

S kt tanya P O (Kr 1.3.4) Kalimat (84) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan objek (O). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif akan menyebabkan. Predikat dengan verba aktif transitif membutuhkan kehadiran objek. Objek pada kalimat (84) diisi dengan frasa nomina terserangnya

berbagai penyakit. Objek ini pada bentuk pasif dapat berubah posisi menjadi subjek. Kalimat (85) memiliki struktur yang sama dengan kalimat (84). Unsur pengisi subjek pada kalimat (85) diisi oleh frasa nomina dan predikatnya diisi dengan frasa verba sedangkan objeknya diisi dengan nomina. Pola dasar tidak hanya berbentuk deklaratif atau berita tetapi juga bisa berbentuk kalimat interogatif seperti kalimat (85). Kalimat (84) dan (85) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh kedua kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 5.1.1), (Kr 5.1.2), (Kr 8.3.1), (Kr 12. 1.2), (Kr 12.1.4), dan (Kr 14.4.4).

3) Pola Dasar S-P-Pel

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(86) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang

S P Pel (Kr 14.3.2)

(87) Sampah organik bisa kita olah menjadi hal yang berguna untuk

S P Pel

lingkungan rumah (Kr 10.1.3) Ket peruntukan

Kalimat (86) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek diisi oleh nomina hutan dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif tidak lagi menjadi. Predikat dengan verba intransitif biasanya dapat diikuti oleh unsur pelengkap. Berbeda dengan objek, pelengkap pada bentuk pasif tidak bisa berubah menjadi subjek. Pelengkap pada kalimat (86), yakni tempat hidup tumbuhan dan binatang. Kalimat (86) ini

disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Kalimat (87) merupakan perluasan dari pola dasar S-P-Pel. Perluasan pola kalimat dasar ini diperluas dengan unsur keterangan peruntukan yakni untuk lingkungan rumah. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (86) dan (87) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (14.2.3), (Kr 15. 3.1), (Kr 16.3.1), (Kr 18.2.2), (Kr 19.2.2 ) dan (Kr 19.3.1).

4) Pola Dasar S-P-K

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(88) Sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah

S P Ket tempat

pabrik hingga pada air yang tergenang (Kr 1.3.3)

(89) Bukan hanya itu, lingkungan kotorpun terdapat di pemukiman padat,

Konj S P Ket tempat

padat pabrik, padat pariwisata serta kontrakan sekalipun (Kr 1.2.1) Kalimat (88) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan keterangan (Ket). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sumber penyakitpun dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif terdapat. Keterangan pada kalimat (88) yakni pada penumpukan sampah. . . Kalimat (89) ini juga memiliki struktur yang sama dengan kalimat (88). Pola kalimat (89) yakni K-S-P-K. Unsur subjek pada kalimat (89) diisi dengan frasa nomina sedangkan unsur predikat diisi dengan frasa verba serta unsur objek diisi dengan frasa preposisi. Kalimat (88) dan (89) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (88) dan

(89) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 2.2.1a), (Kr 5.2.3), (Kr 6.1.1), (Kr 6.3.1), (Kr 7.5.1), (Kr 9.2.1a), (Kr 12.1.3), (Kr12.4.3), (14.4.5) (Kr 15.3.2), (Kr 11.2.4), dan (Kr 19.4.4).

5) Pola Dasar S-P-O-Pel

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(90) Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, S

memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu P O Pel bersih (Kr 4.2.2)

(91) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai

S P O

macam penyakit seperti diare, demam berdarah, tipus dan lain-lain

Pel (Kr 3.3.1)

Kalimat (90) dan (91) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek pada kalimat (90) dan (91) diisi oleh frasa verba yang dinominalkan yakni menjaga kebersihan diri sendiri. . . dan membuang sampah sembarangan. Masing-masing unsur predikat kalimat (90) dan (91) diisi dengan frasa verba aktif transitif akan membuat dan juga akan menimbulkan. Unsur objek dan pelengkap pada masing-masing kalimat dapat hadir bersamaan setelah unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (90) dan (91) ini dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 4.3.2) dan (Kr 10.3.2).

6) Pola Dasar S-P-O K

Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini.

(92) Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita

Ket peruntukan S

harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan P O Ket tempat (Kr 3.1.1) (93) Seringkali Baim membuang sampah di sembarang tempat (Kr 5.1.3) Ket waktu S P O Ket tempat

(94) Akibat dari kejadian tersebut banyak hal buruk menimpa-nya

Ket akibat S P O (Kr5.3.1) Kalimat (92), (93), dan (94) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket). Pada kalimat (22), unsur subjek diisi pronomina kita dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif harus membuang. Predikat aktif transitif dapat diikuti objek yakni sampah. Letak unsur keterangan paling fleksibel di antara unsur-unsur lain karena keterangan dapat hadir mendahului subjek ataupun setelah objek. Dalam kalimat (92) unsur keterangan hadir di awal dan di akhir kalimat, yakni keterangan peruntukan dan keterangan tempat. Hal ini dapat dilihat pula pada kalimat (93) dan (94). Unsur keterangan muncul di awal kalimat pada kalimat (93) dan (94). Meskipun demikian, hal itu tidak mengubah pola dasar kalimatnya. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (92), (93) dan (94) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 8.1.1), (Kr 12.2.5), (Kr 16.1.1), (Kr 17.1.2), (Kr18.1.5), (Kr 18.2.3), (Kr 12.1.5), (Kr 1.3.5), (Kr 19.1.2), dan (Kr 19.4.5).

7) Pola Kalimat Inversi

Selain keenam pola dasar kalimat yang telah disebutkan, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan pola kalimat dasar sebelumnya. Secara umum, pola kalimat dalam bahasa Indonesia yakni subjek, predikat, objek (jika ada), dan, pelengkap (jika ada). Akan tetapi, ada satu pola kalimat yang predikatnya selalu mendahului subjek. Pola kalimat ini dalam TBBBI (2010: 282) disebut sebagai kalimat inversi. Kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ada yang menggunakan pola inversi. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat berikut ini.

(95) Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling

Ket tempat P S

hidup berdampingan (Kr 14.1.2)

Kalimat (95) di atas menunjukkan bahwa unsur predikat terdapat terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dahulu lalu subjek mengikutinya. Dua unsur inti di atas juga dapat diikuti dengan unsur lain seperti contoh di atas. Keterangan tempat hadir sebelum predikat. Hal ini tidak menjadi masalah karena sifat unsur keterangan yang fleksibel. Fenomena seperti kalimat (95) di atas dapat ditemukan dalam lapiran dengan kode (Kr 5.2.1), (Kr 10.1.2), (Kr 11.1.1), dan (16.1.3).

B. Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina

Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa nominal ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola P-S dan P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (96) dan (97) di bawah ini.

1) Pola dasar P-S (Inversi)

(96) Demikian cara hidup bersih yang bermanfaat yang bisa kita

P S

dapatkan(Kr 4.4.1) 2) Pola Dasar P-S-K (Inversi)

(97) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita (Kr 14.1.4)

P S Ket peruntukan

Kalimat (96) terdiri dari P dan S. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk pronomina (nomina) yakni demikian. Kalimat (97) pun hanya memiliki satu klausa dengan struktur predikat (P)- subjek (S)- keterangan (K). Kalimat (97) ini menunjukkan bahwa unsur pengisi predikat berupa nomina. Pada umumnya, urutannya adalah frasa nomina yang pertama merupakan subjek dan frasa nomina kedua adalah predikat. Namun, kalimat tersebut terdapat kata hutan

yang dibubuhi partikel –lah. Oleh karena itu, kata hutanlah menjadi predikat. Hal ini disebabkan karena dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel

–lah umumnya menandai predikat (TBBBI, 2010:359). Kedua kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek.

C. Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva

Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa adjektival ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola S-P-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (98) dan (99) sebagai berikut.

(98) Lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah S Ket tempat

teduh dan nyaman (Kr 11.2.3) P

(99) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr 14.1.1) Ket waktu S P

Kalimat (98) terdiri dari S, K dan P. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa adjektival yakni teduh dan nyaman. Kalimat (99) terdiri dari K, S dan P dengan unsur pengisi predikatnya berbentuk frasa adjektival, yakni

sangat lestari dan indah. Meskipun unsur-unsur dua kalimat di atas tidak sama susunannya, kedua kalimat tersebut memiliki unsur yang sama yakni subjek (S), predikat (P) dan keterangan (Ket).

D. Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral

Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat numeral ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu berpola K-P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (100) di bawah ini.

(100) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di

Ket tempat P S

sembarang tempat (Kr 2.1.1) Ket tempat

Kalimat (100) terdiri dari K, P, S dan K. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa numeral, yakni masih banyak. Frasa numeral pada kalimat (100) termasuk frasa numeral taktentu, sehingga tidak dapat diikuti kata penggolong (TBBBI, 2010: 360). Kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek.

Dokumen terkait