• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4 Kandungan Kimia Strawberry

Fitokimia yang terkandung dalam tanaman strawberry di antaranya hydrolyzable tannins (ellagitannins, gallotannins, dan asam ellagic), antosianin, flavonols, turunan asam hidroksisinamat dan esternya, dan flavanols (katekin)

Flavonol buah strawberry mengandung kuersetin rutinosida, kuersetin glukosida, kuersetin glukoronida, dan kaempferol glukoronida. Buah strawberry mengandung beberapa senyawa antosianin yaitu pelargonidin diglukosida, sianidin glukosida, pelargonidin glukosida, pelargonidin rutinosida (Seeram et

al., 2006). Beberapa kandungan kimia strawberry adalah sebagai berikut:

a. Asam Ellagic

Asam ellagic merupakan senyawa fenolik ilmiah yang berfungsi sebagai antioksidan, ditemukan dibeberapa famili tanaman, seperti Roseceae, Fagaceae,

Saxifragaceae, Cunomirutceae dan Myrotharnnaceae. Jenis tanaman yang banyak

mengandung ellagic acid diantaranya strawberry dan apel. Pada strawberry, senyawa tersebut terdapat pada biji, daun, dan daging buah. Senyawa fenolik ini juga dikenal secara alami sebagai antimutagen, antikarsinogen dan anti inflamasi.

Ellagic acid dalam strawberry berkisar 0,43-4,46 mg per gram berat kering

(Astawan, 2008).

Asam ellagic, mempunyai kemampuan antioksidan, anti mutagenik dan anti kanker. Penelitian telah menunjukan aktivitas anti kanker pada sel-sel kanker pada payudara, oesophagus, kulit, colon, prostat dan pancreas. Lebih spesifik, asam ellagic mencegah penghancuran gen P53 oleh sel-sel kanker. Asam ellagic dapat berikatan dengan molekul penyebab kanker, kemudian membuat molekul tersebut inaktif. Efek pemberian asam ellagic pada hepar tikus dan mukosa esophagus terjadi melalui proses dalam sitokrom P450 dan enzim fase II, dimana asam ellagic menyebabkan penurunan pada aktivitas sitokrom mukosa jaringan hepar dan peningkatan aktivitas enzim fase II hepar, kemudian memacu

kemampuan target jaringan untuk mendetoksifikasi metabolit reaktif (Ahn et al., 1996).

Berdasarkan bukti klinis bahwa asam ellagic dapat mengahambat kanker prostat dan servik. Penelitian sebelumnya menunjukan asam ellagic muncul di jaringan servik setelah pemberian secara oral raspberry merah. Asam ellagic tidak hanya mencegah kanker. Golongan beri juga dapat mencegah terjadinya serangan jantung karena kandungan senyawa salisilat alami seperti yang terkandung dalam aspirin (Nixon, 2003).

Asam ellagic, secara farmakologis aktif, telah dibuktikan dapat mengkontrol perdarahan pada hewan dan manusia. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena kemampuan asam ellagic untuk mengaktifvasi faktor Hageman. Pada hewan coba menunjukan bahwa raspberry merah yang kaya akan asam ellagic dapat mengurangi kadar glukosa darah, sehingga mungkin dapat membantu penanganan diabetes. Elligitannin juga dipercaya oleh para herbalist juga efektif dalam mengobati diare, mual, muntah dan morning sickness pada kehamilan (Nixon, 2003).

b. Antosianin

Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos” yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Senyawa ini merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut di dalam air dan tersebar sangat luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Senyawa ini adalah penyebab hampir semua warna merah, oranye, ungu, dan biru. Warna ini biasanya tidak dibentuk oleh satu pigmen, namun seringkali dibentuk oleh lebih dari satu

kombinasi atau sistem dari pigmen atau senyawa tersebut. Sebagai contoh

blueberries terdiri dari 10-15 pigmen yang berbeda. Umumnya buah-buahan dan

sayur-sayuran terdiri dari 4-6 pigmen (Kumalaningsih, 2007).

Antosianin adalah pigmen yang memberi warna merah, biru, ungu, violet dan merah keunguan pada buah beri juga pada buah lain, sayuran dan biji. Seperti flavanoid yang lain, antosianin terdapat secara alami dalam buah dan sayuran sebagai glikosid (Seeram et al., 2006).

c. Vitamin C

Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air. Secara alami bentuk vitamin C adalah isomer-L, isomer ini memiliki aktivitas lebih besar dibandingkan dengan bentuk isomer-D. Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja dengan menjadi donor electron, dengan cara memindahkan satu electron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia interseluler dan ekstraseluler. Vitamin C dapat menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer electron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorbsi logam dalam saluran pencernaan (Winarsi, 2007)

Antioksidan vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas, kemudian mengubahnya menjadi radikal askorbil. Senyawa radikal ini akan segera berubah menjadi askorbat dan dehidroaskorbat. Asam askorbat dapat bereaksi dengan oksigen teraktivasi, seperti anion superoksida dan radikal hidroksil (Winarsi, 2007).

d. Ellagitannin

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed tannins) dan tanin terhidrolisiskan (hydrolysable tannins). Tanin terhidrolisiskan merupakan derivat dari asam galat yang teresterkan. Berdasarkan strukturnya, tanin ini dibedakan menjadi dua kelas yaitu, gallotanin dan ellagitanin. Perbedaan struktur keduanya adalah adanya ester asam galat pada gallotanin dan ester asam heksahidroksidifenat (HHDP) pada ellagitanin. Kedua ester asam tersebut berikatan dengan glukosa. Ellagitanin yang dihidrolisis akan menghasilkan asam elagat. Oksidasi perangkaian (oxidative

coupling) pada gugus galoil dari gallotanin akan menghasilkan ellagitanin

(Mullen et al., 2002).

Secara alami ellagitanin banyak terkandung pada buah, herba, dan biji. Kandungan ellagitanin yang melimpah banyak ditemukan pada buah-buahan jenis beri seperti strawberry, raspberi, dan blackberi (Hannum, 2004). Ellagitanin yang terkandung pada buah strawberry terbukti memiliki efek antivirus terhadap HBV dengan mekanisme penghambatan sekresi antigen HBV pada infeksi hepatosit. Galloilasi (penambahan gugus galloil), perbedaan ikatan interflavan, dan sifat stereokimia dari gugus hidroksil berpengaruh secara kuat terhadap aktifitas penghambatan pertumbuhan virus. Efek penghambatan ini berkaitan dengan pencegahan terbentuknya komplek enzim-asam nukleat (Talwar et al., 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Nutan (2013) dari National Institute of Immunology New Delhi, diketahui bahwa ellagitanin yang terkandung pada tanaman Lagostremia sp memiliki aktivitas sebagai inhibitor terhadap enzim HIV Reverse Transkriptase. Penelitian lain juga menunjukkan hasil yang sama yaitu aktivitas ellagitanin yang terkandung pada daun Terminalia triflora dan Cammelia

sinensis sebagai inhibitor terhadap enzim HIV Reverse Transkriptase (Martino, et al., 2009).

Dokumen terkait