• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Tinjauan Puastaka .1 Komunikasi Massa

1.5.1.2 Karakter Komunikasi Massa

Penemuan mesin cetak pertama di kota Mainz, Jerman oleh John Guttenberg pada tahun 1455 dianggap sebagai awal lahirnya istilah komunikasi massa. Karena dengan teknologi yang satu ini manusia akhirnya dapat memperbanyak pesannya kepada khalayak luas dengan mengandalkan salah satu sifat komunikasi massa yakni perbanyakan pesan melalui perbanyakan media.

Pada dasawarsa awal abad ke-20, komunikasi massa semakin meluas ketika adanya radio mulai digunakan secara masal. Kemudian disusul dengan televisi pada dekade berikutnya. Pada awal masa adanya televisi sebagai konsumsi publik secara umum, masyarakat di berbagai penjuru dunia merasakan dampak dari media massa yang ada pada saat itu, dengan munculnya pesan-pesan propaganda dari negara-negara yang maju melalui media kepada semua masyarakat yang ada di penjuru dunia. Saat ini, kita memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan komputer.

1.5.1.2 Karakter Komunikasi Massa

Seabagai bentuk komunikasi massa media massa memiliki karakter yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

a. Publisitas

Bahwa media massa adalah produk pesan dan informasi yang disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak, massa;

Adanya pesan dan informasi yang menarik tidak akan lepas dari media massa, karena dengan pesan-pesan inilah media massa menjadi sumber dan

14 pencarian informasi bagi masyarakat luas atau khalayak. Semakin menarik isi pesan media massa, semakin banyak khalayak yang menikmatinya serta akan semakin banyak pula pemasukan media massa tersebut dari dana sponsor yang menyokong keuangannya.

b. Universalitas

Bahwa pesannya bersifat umum dan tidak dibatasai pada tema-tema khusus, berisi segala aspek kehidupan, dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum);

Karakter universalitas dalam media massa menjadikan media massa itu sendiri seolah tidak terbatas ruang dan waktu, karena dengan tidak adanya tema khusus media massa bebas untuk menggali informasi apapun itu tak terkecuali dari benda-benda mati sekalipun. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan manusia tidak terbatas pada sesuatu yang bernyawa, benda mati juga memiliki sisi unik yang mampu di pelajari serta fenomena alam yang muncul tidak henti-hentinya membuat penasaran banyak orang. Masih ada alam semesta yang misterius dan tak terbatas jaraknya, khalayak luas dalam hal ini masih terus menunggu – nunggu penemuan fenomena baru yang ada di luar angkasa yang belum banyak di ketahui oleh manusia.

c. Perioditas

waktu terbit atau tayangnya bersifat tatap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. Perioditas membuat media massa memiliki penikmat tersendiri, karena hal inilah yang semakin menambah nilai

15 penasaran dan ingin tahu. Contohnya majalah olahraga khusus sepak bola yang hanya terbit pada hari rabu, menjadikan penikmat majalah tersebut akan menunggu dengan rasa penasaran sampai pada hari rabu selanjutnya untuk dapat menikmati informasi tentang sepak bola.

d. Kontinuitas

Artinya berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan periode tayang, mengudara atau jadwal tebit serta jadwal yang jelas dan tayangan menarik tak akan lepas dari media massa, karena tanpa ada jadwal tayang atau terbit yang jelas periodenya membuat penikmat media massa akan berpindah untuk menikmati media massa lainnya yang lebih jelas periodenya. Periode tayang ini juga yang menggambarkan nilai profesionalitas media massa tersebut, hal ini dikarenakan masyarakat tidak akan merasa di permainkan jika jadwal tayang atau terbit jelas periode waktunya.

e. Aktualitas

Berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.

Aktualitas menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu oleh khalayak. Hal ini dikarenakan khalayak tidak ingin tertinggal dalam hal informasi terbaru, jika media massa tidak mempublikasikan hal-hal yang tidak baru dapat membuat penikmatnya bosan dan terkesan monoton karena informasi yang disajikan sudah terlebih dahulu diketahui (Soyomukti. 2012:199).

16 1.5.1.3 Efek komunikasi Massa

Rata - rata orang menghabiskan lebih banyak waktu dengan menggunakan media daripada tidak menggunakan media (Veronis, Suhler, Stevenson dalam Biagi, 2010:5). Dengan permintaan konsumsi media yang cukup besar, efek timbul akibat perpindahan informasi atau konten media dari komunikator kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek dapat melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis dari mengkonsumsi media massa.

Komunikasi massa diklasifikasikan menjadi efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect) dan efek konatif atau yang sering disebut sebagai efek behavioral (Rakhmat, 2003:318). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Ketika khalayak tidak mengetahui bahwasanya gelaran empat tahunan piala dunia diselenggarakan di negara Brasil, berita pada media cetak atau elektronik mengabarkan hal tersebut. Sehingga khalayak tidak merasa kebingungan tentang kapan dan dimana piala dunia diselenggarakan, bahkan informasi yang diterima akan semakin lengkap dengan pembahasan dari sisi-sisi lain dari penyelenggaraannya. Arus informasi tidak hanya merujuk pada satu hal saja, namun meliputi seluruh aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, agama, sosial budaya dan sebagainya. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain: berita, tajuk rencana, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya.

17 Efek afektif berkaitan dengan perasaan, efek ini diakibatkan karena mengkonsumsi media massa seperti menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran atau majalah, sehingga muncul perasaan tertentu dari khalayak. Efek perasaan yang timbul akibat media massa seperti ketakutan sehingga merinding, lucu sehingga tertawa terbahak - bahak, sedih sehingga mengeluarkan air mata dan lain - lain. Adapula perasaan yang muncul di dalam hati, misalnya: perasaan benci, kesal, kecewa, marah, sinis, gemas, sayang dan sebagainya. Perasaan yang timbul ketika mengkonsumsi sebuah media merupakan dampak yang pasti terjadi, karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak luas baik melalui suara, gambar, tulisan, maupun foto. Contoh media konten media massa yang dapat mempengaruhi khalayak dan menimbulkan efek afektif antara lain: drama film, foto, cerita bergambar, sajak, sandiwara radio, drama televisi dan lain-lain.

Efek konatif bersangkutan dengan niat, upaya, tekat, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Hubungannya dengan efek behavioral karena efek konatif berbentuk perilaku, sehingga sering terdengar bahwa efek konatif sama dengan efek behavioral. Efek konatif muncul setelah efek kognitif dan efek afektif, artinya efek konatif tidak berdampak secara langsung ketika khalayak mengkonsumsi media massa, melainkan diawali oleh efek kognitif dan efek afektif.

18 1.5.1.4 Televisi Sebagai Media Massa

Televisi sebagai media massa artinya televisi merupakan tontonan umum yang dapat dinikmati oleh semua orang. Khalayak yang menikmati televisi tidak terbatas oleh usia, jadi semua orang baik tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan dapat menikmati tontonan yang ditayangkan oleh televisi.

Daya tarik dari televisi sangat kuat, sehingga memiliki pengaruh paling tinggi dibandingkan dengan pengaruh dari radio serta media cetak. Penyampaian dalam televisi itu sendiri merupakan perpaduan antara suara, gambar bergerak, serta warna dan efek pendukung yang muncul secara bersamaan dan saling mengisi dan melengkapi antara satu dengan sama lain. Sehingga khalayak penonton tidak membutuhkan lagi daya imajinasi untuk memahami apa yang sedang ditayangkan didalamnya. Televisi juga dapat dinikmati hanya dari dalam rumah saja tanpa harus kita bepergian, sehingga menonton televisi dapat dilakukan dengan suasana nyaman dan seaman mungkin di rumah dengan berbagai acara hiburan di dalamnya.

Selain banyaknya keunggulannya, televisi juga memiliki kelemahan. Pesan yang disampaikan dalam televisi bersifat sepintas saja. Hal ini karena ketika kita telah menonton televisi, belum tentu kita mendapatkan konten yang sama persis dengan apa yang ditonton pada sebelumnya. Karena tayangan dalam televisi akan selalu berubah-ubah dengan sesuatu yang lebih baru dan jarang sekali untuk mengulangi apa yang telah ditayangkan sebelumnya.

19 Banyak alasan yang melatar belakangi seseorang untuk menikmati tayangan yang disajikan oleh televisi sebagai media massa. Adapun alasan mengapa seseorang menonton televisi menurut McQuail (2011: 175) yaitu: a. Pengalihan: Melarikan diri dari rutinitas atau masalah sebagai pelepasan

emosi.

b. Hubungan personal: Kegunaan sosial, Pertemanan.

c. Identitas pribadi: rujukan-sendiri, eksplorasi realitas, penguatan nilai. d. Pengawasan: (bentuk pencarian informasi).

Televisi sebagai media massa sangat dirasakan fungsinya oleh masyarakat Indonesia beberapa waktu yang lalu yaitu ketika proses kampanye untuk memperebutkan kursi presiden republik Indonesia periode 2014 - 2019. Stasiun televisi pada saat itu beramai-ramai menayangkan berita maupun informasi berupa profil dari kandidat calon presiden mulai dari pendidikan, garis keturunan, dan jenjang karir dari calon presiden.

Berita dan informasi meupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa (Nurudin, 2007:101). Tak hanya itu, Iklan kampanye yang muncul juga tidak ada henti-hentinya menghiasi layar kaca televisi untuk mengajak masyarakat dari Sabang sampai Merauke memilih salah satu calon presiden.

Ketika proses kampanye televisi sebagai media massa sangat dirasakan penting ketika untuk pertama kalinya diadakan dialok serta penyampaian visi dan misi dari setiap calon presiden melalui acara depat kebangsaan. Khalayak luas baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri bisa secara langsung

20 mendengarkan dan mengamati program-program yang akan di laksanakan calon presiden ketika nantinya telah terpilih.

Banyak opini-opini yang muncul ketika tayangan dialog, iklan, dan acara debat selesai ditayangkan di televisi. Opini maupun tanggapan dari masyarakat luas yang bermunculan inilah semakin membuat dinamika perpolitikan di Indonesia membuka babak baru dengan televisi sebagai media massa sebagai motor penggeraknya. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia kini menjadi turut aktif dalam dunia politik contohnya seperti banyaknya postingan yang muncul pada blog-blog pribadi setelah menonton calon presiden menyampaikan visi-misi dan ditayangkan di televisi.

Hal ini dapat diartikan bahwasanya masyarakat sudah sangat kritis menanggapi tayangan yang muncul dilayar kaca televisi, televisi dapat mengkontruksi aspek kehidupan baik dari sikap sampai dengan tingkah laku.

Dokumen terkait