• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II : Kajian Pustaka

A. Landasan Teoritik

7. Karakter

a. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani kasairo yang berarti cetak biru atau format dasar. Berdasarkan asal katanya karakter dianggap sebagai sekumpulan kondisi yang dimiliki oleh seseorang. Kondisi ini bisa saja bersifat bawaan atau bentukan. Kondisi yang bersifat bentukan inilah yang kemudian melandasi

39

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pedidikan (Cet. V; Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 103

pemikiran bahwa karakter dapat dibentuk yang salah satunya caranya adalah dengan pendidikan.

Karakter menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang berarti dalam diri. Karekter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau kelompok orang. Ahli psikologi memandang karakter sebagai sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.

Berdasarkan konsep ini karakter dapat dipandang sebagai sikap atau perilaku seseorang. Artinya, karakter merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu objek tertentu yang disertai dengan kecenderungan berperilaku dan berperilaku sesuai dengan cara pandangnya tersebut. Tinjauan teoritis perilaku berkarakter secara psikologis merupakan perwujdan dari Potensi Intellegence Quetient (IQ), Emotional Quetient (EQ), Spiritual Quetient (SQ), Dan Adverse

Quetient (AQ) yang dimiliki seseorang.40

Kepribadian adalah ciri atau Karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Misalnya; keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Menurut Paul Gunadi (2005) pada umumnya terdapat lima penggolongan

40Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Karakter (Rafika Aditama. Bandung: 2012 ), hlm. 53.

kepribadian yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut.

1) Tipe Sanguin

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: memiliki banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan, antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Orang bertipe ini sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya, kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke dalam percobaan karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya. Jadi, orang dengan kepribadian Sanguin sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya dan dia kurang bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Oleh karena itu, kelompok ini perlu ditingkatkan secara terus-menerus perkembangan moral kognitifnya melalui tingkat pertimbangan moralnya sehingga dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain mereka menjadi lebih menggunakan pikirannya daripada menggunakan perasaan/emosinya. Peningkatan moral kognitif akan menjadikan pikiran mereka lebih tajam dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang berkaitan dengan orang lain.

2) Tipe Flegmatik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain; cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih introspektif, memikirkan ke-dalam, dan mampu melihat, menatap, dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Mereka seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam, dan pengkritik yang berbobot. Orang bertipe seperti ini nemiliki kelemahan antara lain: ada kecenderungan untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Dengan kelemahan ini, mereka kurang mau berkorban” demi orang lain dan cenderung egois. Oleh karena itu, mereka perlu mendapatkan bimbingan yang mengarahkan pada meningkatnya pertimbangan moralnya guna peningkatan rasa kasih sayang sehingga menjadi orang yang lebih bermurah hati.

3) Tipe Melankolik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan sangat sensitif. Orang yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Oleh karena itu, orang yang bertipe ini tidak mudah untuk terangkat, senang, atau tertawa

terbahak-bahak. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral, kiranya dapat membantu kelompok ini dalam mengatasi perasaannya yang kuat dan sensitivitas yang mereka miliki melalui peningkatan moral kognitifnya. Dengan demikian, kekuatan emosionalnya dapat berkembang secara seimbang dengan perkembangan moral kognitifiya.

4) Tipe Kolerik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. Kelompok ini perlu ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain.

5) Tipe Asctrtif

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. Perilaku mereka adalah berjuang. Seseorang yang termasuk tipe ini

memiliki ciri antara lain: cenderung tenang, mempertahankan hak sendiri, tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain; melibatkan perasaan dan kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka; mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan cara yang terbuka, langsung, jujur, dan tepat. Dikarenakan tipe asertif ini adalah tipe yang ideal maka tidak banyak ditemukan kelemahannya. Oleh karena itu, peningkatan pertimbangan moral kognitif anak didik secara sadar dan terencana diniatkan untuk mencapai model kepribadian tipe asertif ini.

Gregory menegaskan bahwa kepribadian tidak ada hubungannya dengan sikap berpura-pura dan melagak yang diperolehnya dalam pendidikan keluwesan dan kursus-kursus perbaikan diri, atau dari melihat dan menjiplak gaya dan gerak bintang-bintang top di TV karena hal tersebut merupakan mode dan keisengan yang datang dan pergi. Kepribadian adalah sebuah kata yang meNandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri. Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan; dan cara sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang lain.41

41Sjarkawi, Pembentukan Kepribadiaan Anak Peran Moral, Intelektual, Emosional Dan

b. Nilai-Nilai Karakter

Menurut Kemendiknas (2010), nilai-nilai luhur sebagai pondasi karakter bangsa yang dimiliki seseorang di Indonesia ini adalah sebagai berikut:42

NO NILAI DESKRIPSI

1 Religius Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain

2 Jujur Prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan 3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya 4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan

5 Kerja

keras

Prilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7 Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8 Demokrati

s

Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajArinya, dilihat dan didengar

10 Semangat kebangsaa n

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya

11 Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12 Mengharg

ai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain

13 Bersahaba t/komunik atif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan oranglain senang dan aman atas kehadiran dirinya.

42

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 43

NO NILAI DESKRIPSI

15 Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli lingkunga n

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

17 Peduli sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

18 Tanggung jawab

Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masayarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut pencetus utama pendidikan karakter tingkat dunia yaitu Klipatrick dan Licona, pengembangan karakter pada individu akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan jika memperhatikan karakter dasar yang dimiliki individu. Dengan pernyataan lain karakter dasar digunakan sebagai pijakan dalam mengembangkan karakter pada individu, tanpa karakter dasar ini, pendidikan karakter tidak akan memilikki tujuan yang pasti. Beberapa ahli memberikan pandangan yang berbeda mengenai karakter dasar manusia

Karakter dasar yang dikembangkan di Amerika oleh Heritage Foundation yang mengemukakan sembilan karakter dasar yang bisa dikembangkan manusia yaitu; (1) cinta kepada Allah, (2) tanggung jawab, disiplin, mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah (7), keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

Character Counts USA (1992) mengemukakan sepuluh karakter dasar manusia yang bisa dikembangkan , yaitu; (1) dapat dipercaya, (2) rasa hormat dan perhatian, (3) peduli, (4) jujur, (5) tanggung jawab, (6), kewarganegaraan, (7),

ketulusan, (8) berani, (9), tekun, (10) integritas. Setidaknya ada tiga peran utama yang diemban oleh ayah-ibu dalam upaya mengembangkan karakter sukses pada anak. Pernyataan ini seperti yang diungkapkan oleh Gunadi;

1) Ayah-ibu berkewajiban menciptakan suasana yang hangat dan tentram, tanpa adanya ketentaraman akan susah bagi anak untuk belajar apapun dan anak akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan jiwanya. Ketegangan atau ketakutan adalah wadah yang buruk bagi perkembangan anak.

2) Ayah-ibu menjadi panutan yang positif bagi anak sebab anak belajar terbanyak dari apa yang dilihatnya. Karakter orangtua yang diperlihatkan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak.

3) Mendidik anak, artinya mengajarkan karakter yang baik dan mendisiplikan anak agar berprilaku sesuai dengan apa yang telah diajarkan

c. Cara orangtua dalam mengembangkan karakter

Rian mengemukakan setidaknya terdapat sepuluh cara yang dapat dilakukan ayah-ibu untuk melakukan pengasuhan yang tepat dalam rangka mengembangkan karakter yang baik pada anak, yaitu sebagai berikut;

1) Menempatkan tugas dan kewajiban ayah ibu sebagai agenda utama. Ayah-bunda akan meletakkan pembentukan karakter anak sebagai tugas utama

2) Mengevaluasi cara ayah-ibu dalam menghabiskan waktu selama sehari/ seminggu

3) Menyiapkan diri menjadi contoh yang baik

4) Membuka mata dan telinga terhadap apa saja yang sedang mereka serap/alami

5) Menggunakan bahasa karakter. Anak-anak akan sulit mengembangkan karakternya kecuali jika ayah ibu menggunakan bahasa yang jelas dan lugas tentang tingkah laku baik dan buruk dan alasannya

6) Memberikan hukuman dengan kasih sayang 7) Belajar untuk mendengarkan anak

8) Terlibat dengan kehidupan sekolah anak

9) Selalu makan bersama. Makan bersama merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi dengan menanamkan nilai yang baik. Melalui percakapan ringan saat makan anak tanpa sadar akan menyerap berbagai peraturan dan perilaku baik

10) Tidak mendidik karakter melalui kata-kata saja.

Beberapa hal yang perlu dihindari ayah-ibu dalam mengembangkan karakter sukses anak yakni;

1) Memaksakan ambisi-ambisi pada anak, apalagi jika bertentangan dengan karakter dasar anak

2) Berkata atau berbuat kasar pada anak karena berpotensi menimbulkan kataatan sesaat dan karakter pembrontak

4) Tidak terlalu sering berganti-ganti pola asuh karena cenderung mempengaruhi kepribadian anak

5) Tidak melemahkan pola asuh dengan penganiayaan pada anak, baik secara verbal maupun fisik. Biasanya jika penganiayaan ini dilakukan orangtua, pada anak akan timbul sikap curiga berlebihan, menarik diri dan enggan berkomunikasi dengan orangtua 43

Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada maka itu berarti bahwa sebuah bangsa menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah; (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri sendiri, seperti; narkoba, al-kohol, (5) semakin kaburnya pedoman baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayakan ketidak jujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.44

43

Tuhana Taufiq Andrianto, Mengembangkan Karakter Sukses Anak Di Era Cyber, (Jogjakarta: Ar-Ruzzz Media 2011), hlm. 21 & 173.

44Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),hlm . 201.

Dokumen terkait