• Tidak ada hasil yang ditemukan

GERAKAN SOSIAL KONSERVASI

3.6 Karakter Masyarakat Target Berdasar Hasil Survey

Karakter masyarakat kawasan hutan produksi-lindung Potorono-Gunung Sumbing hasil survey pada pada tanggal 7 – 11 November 2006 dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.6.1 Informasi umum masyarakat

Tingkat pendidikan responden pada umumnya Sekolah Dasar, survey menyebutkan bahwa 51,6% tamat atau pernah ada di tingkat Sekolah Dasar. Pekerjaan utama masyarakat 75,93% adalah petani. Hasil survei dalam bentuk diagram dapat dilihat dalam Gambar 31 dan 32 berikut:

Gambar 31 Tingkat pendidikan (N=378)

Gambar 32 Pekerjaan (N=378)

Frekuensi

3.6.2 Sumber informasi

Secara umum masyarakat target memiliki budaya membaca yang rendah. Hal ini ditunjukkan sebesar 75,66% yang tidak membaca surat kabar. Kurangnya budaya membaca dimungkinkan karena tidak adanya akses surat kabar yang sampai di desa-desa tersebut. Gambar 33 di bawah menggambarkan kebiasaan membaca media cetak.

Gambar 33 Kebiasaan membaca (N=378)

Selain surat kabar, masyarakat di daerah target juga mendapatkan informasi dari Radio. Sedangkan program yang paling banyak didengarkan oleh responden adalah musik kemudian ceramah agama. Dengan demikian dapat disimpulkan secara sederhana bahwa masyarakat desa target cukup mendapatkan informasi dari media elektronik dan cetak.

Hasil survei tentang sumber informasi yang didapat masyarakat dijelaskan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi (N=378)

Tingkat Kepercayaan (%) Sumber Informasi Sangat dipercaya Dipercaya Agak dipercaya Agak tidak dipercaya Tidak dipercaya Sangat tidak dipercaya Tidak tahu Lain-lain Radio 40,5 27,2 17,2 15,1 Koran 25,1 28,8 32 14 Staff desa 15,6 73,8 25,1 1,6 Pemimpin agama 31 49,5 9 1,6 Anggota keluarga 57,1 23 8,5 11,4 Teman 24,9 53,2 9,8 12,2 Guru 11,7 63,1 13 12,2 Pemerintah daerah 13 69,6 12,7 4,8 Majalah 18 37,7 27,1 17,2 Kelompok tani 16,1 56,6 19,8 7,4 Tidak Frekuensi Ya

Selain itu, masyarakat juga memperoleh informasi lain dengan tingkat kepercayaan masyarakat adalah sebagai berikut: lebih dari 80% masyarakat percaya atau sangat percaya kepada staf desa dan kepada pemuka agama. Kurang lebih 74% masyarakat percaya atau sangat percaya terhadap informasi yang diberikan oleh guru termasuk pemerintah daerah dan kelompok tani.

3.6.3 Pengetahuan

Masyarakat desa target umumnya sudah memiliki tingkat pengetahuan mengenai fungsi hutan yang cukup baik serta memahami cara meningkatkan pendapatan ekonomi. Hal tersebut ditunjukkan dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai fungsi hutan dan akibat yang dapat terjadi dari penebangan pohon di hutan. Hasil dari survei menunjukkan 83,62% mengetahui bahwa fungsi hutan adalah untuk menyimpan air, 62,07% mengetahui bahwa hutan menyediakan kayu, 62,37% menyatakan sebagai tempat penghasil pakan ternak, serta 34,49% menyatakan sebagai tempat hidup hewan liar. Pengetahuan masyarakat digambarkan dalam Gambar 34 sebagai berikut;

Gambar 34 Tingkat pengetahuan petani di desa target mengenai manfaat hutan (N=287) 83, 62 63, 07 62, 67 34,49 32,06 19,52 Frekuensi Lain-lain

3.6.4 Sikap

Berkenaan dengan sikap dan persepsi masyarakat terhadap hutan dan upaya perlindungannya, secara umum 46,8% menyatakan bahwa menjaga hutan sangat penting. Masyarakat Desa Sambak menunjukkan tingkat kepedulian terhadap hutan tertingi dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya yaitu 92,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan hutan, sistem pertanian terpadu dan pemanfaatan hasil hutan hutan kayu dan non-kayu di Desa Sambak sudah baik. Di sisi lain, masyarakat di desa Mangunrejo dan Sutopati juga mulai memiliki kepedulian terhadap upaya konservasi hutannya. Sebanyak 75% masyarakat di Mangunrejo dan 71,5% masyarakat di Sutopati menyatakan pentingnya menjaga kawasan hutannya. Tabel 4 berikut menggambarkan persepsi masyarakat terhadap perlndungan hutan.

Tabel 4. Persepsi masyarakat terhadap perlindungan hutan (N=378)

Sa n ga t Pe n t in g Tida k Tida k t a h u La in n y a pe n t in g se be r a pa pe n t in g Nam a Desa 46.8% 48.4% 0.8% 3.7% 0.3% BANJARAGUNG 37,5% 58,3% 4,2% 0% 0% KRUMPAKAN 57,9% 31,6% 0% 10,5% 0% MANGUNREJO 25,0% 75,0% 0% 0% 0% SAMBAK 92,5% 7,5% 0% 0% 0% SUKOMAKMUR 43,2% 43,2% 0% 12,6% 1,1% SUKOMULYO 71,8% 28,2% 0% 0% 0% SUKOREJO 56,5% 39,1% 4,3% 0% 0% SUTOPATI 27,7% 71,5% 0,8% 0% 0%

Selanjutnya, secara umum 40,2% masyarakat menyatakan setuju bahwa kawasan Hutan Kawasan Potorono-Gunung Sumbing, telah dikelola sesuai dengan kondisi lokal, 43,4% menyatakan setuju bahwa sumber mata air juga telah dijaga dengan baik dan 34,4% setuju bahwa program perbaikan lahan telah dijalankan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum melihat adanya upaya-upaya pengelolaan hutan yang benar-benar membawa perubahan. Tabel 5 berikut ini menggambarkan persepsi masyarakat terhadap pernyataan yang berkenaan dengan upaya konservasi.

Tabel 5. Pandangan masyarakat pada upaya konservasi per desa (N=378)* DESA Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak

setuju Tidak yakin Kondisi hutan sehat dan memilki banyak satwa(%)

Sutopati 41,5 43,8 Sukomakmur 51,6 28,4 Sambak 25 70 Sukomulyo 48,7 20,5 Banjaragung 29,2 62,5 Sukorejo 21,7 56,5 Krumpakan 52,6 36,8 Mangunrejo 12,5 87,5

Hutan telah dikelola sesuai dengan kondisi local(%)

Sutopati 45,4 38,5 Sukomakmur 21,1 65,3 Sambak 17,5 67,5 Sukomulyo 71,8 15,4 Banjaragung 12,5 75 Sukorejo 13 73,9 Krumpakan 57,9 31,6 Mangunrejo 12,5 87,5

Sumber mata air telah di jaga dengan baik (%) Sutopati 27,7 61,5 Sukomakmur 24,2 48,4 Sambak 22,5 67,5 Sukomulyo 41 35,9 Banjaragung 29,2 62,5 Sukorejo 43,5 21,7 Krumpakan 42,1 47,4 Mangunrejo 12,5 87,5

Program perbaikan lahan sudah berhasil dilaksanakan(%) Sutopati 27,7 45,4 Sukomakmur 16,8 57,9 Sambak 10 77,5 Sukomulyo 33,3 30,8 Banjaragung 16,7 79,2 Sukorejo 73,9 13 Krumpakan 31,6 36,8 Mangunrejo 25 62,5

3.6.5 Perilaku

Masyarakat target memiliki inisiatif untuk menghutankan kembali area hutan yang gundul. Dalam hal ini, Desa Sambak, Mangunrejo dan Sutopati memiliki persentase tertinggi di antara desa yang lain, masing-masing 92,50%, 87,50% dan 80,77%. Desa Banjaragung terlihat yang paling kecil inisiatifnya dibandingkan desa target lainnya. Inisiatif yang dilakukan masyarakat dijelaskan dalam Gambar 35 berikut;

Gambar 35 Inisiatif menghutankan kembali kawasan hutan yang gundul (N=227) Selanjutnya, setidaknya ada tiga faktor utama yang dianggap masyarakat mampu menjamin keberhasilan rehabilitasi hutan dalam jangka panjang. Faktor tersebut adalah: adanya kerjasama pemerintah, masyarakat dan organisasi lain (79,10%), bantuan bibit dari pemerintah atau organisasi lain (62,96%), bibit yang didiskusikan bersama dengan masyarakat (33,07%), penegakan aturan (30,96%) dan pendidikan lingkungan bagi masyarakat (29,10%) seperti yang digambarkan pada Gambar 36 berikut;

Gambar 36 Faktor yang menentukan keberhasilan program rehabilitasi hutan dalam jangka panjang (N=378)

Lain-lain

Frekuensi (%)

3.6.6 Ancaman

Pengambilan kayu bakar menjadi satu ancaman di kawasan target. Hal ini terutama karena tidak atau belum ada upaya serius untuk menjaga keberlanjutan kayu hutan. Responden di Desa Krumpakan, Banjaragung dan Sukomakmur memberikan kesepakatan tertinggi; berturut-turut 89,47%, 87,5% dan 74,74%; bahwa kebutuhan kayu bakar mendorong pengambilan kayu di hutan. Prosentase pendapat masyarakat tentang kayu bakar sebagai penyebab penebangan kayu dijelaskan dalam Gambar 37 berikut;

Gambar 37 Perhatian masyarakat tentang pengambilan kayu sebagai kayu bakar (N=217)

Ancaman lain yang masih ada di kawasan target adalah alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian. Alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan adalah karena tidak ada lahan (57%), memanfaatkan lahan menganggur (40%), sebagai upaya untuk menjaga hutan (40%), dan memperluas lahan pertanian (33%). Jenis tanaman yang dikembangkan di lahan pertanian masyarakat adalah terutama sayur-sayuran (53%), jagung dan ketela (51%) dan padi (43%). Hanya 24% responden yang menanam tanaman kayu seperti sengon atau albasia di lahan garapannya. Gambaran alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan dan jenis tanaman yang diusahakan dapat dilihat dalam Gambar 38 dan 39.

Gambar 38 Alasan melakukan kegiatan alih fungsi pengelolaan lahan (N=354)

Gambar 39 Tanaman yang dikembangkan masyarakat (N=354)

Dokumen terkait