• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Tinjauan Pustaka 1 Bahasa Jurnalistik

1.5.2 Karakteristik Bahasa Jurnalistik

Dalam bukunya Bahasa Jurnalistik, Sumadiria (2006:13) membagi 17 karakteristik bahasa jurnalistik, yaitu:

1. Sederhana

Selalu memilih kata dan kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang heterogen, baik dari segi intelektual ataupun karaketeristik demografis dan psikoligisnya. Kata dan kalimat yang sederhana akan lebih mudah dalam penyampaian maksud pesan, sehingga apa yang akan disampaiakan dapat diterima oleh khalayaknya. Kata dan kalimat yang rumit akan dipahami maknanya oleh orang-orang tertentu saja, hal tersebut mengurangi minat khalayak dalam menikmati media. Dapat dikatakan kalimat yang yang rumit dengan intelektualitas tinggi tabu digunakan balam bahasa Jurnalistik.

2. Singkat

Kalimat yang dugunakan harus langsung pada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar dan tidak memboroskan waktu khalayak dengan terbuang percuma. Ruangan yang tersedia dalam kolom dan halaman media cetak sangat terbatas sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Radio dan televisi memiliki waktu yang tidak cukup banyak dengan berbagai informasi dan iklan yang akan disampaikan. Dengan menggunakan

14

bahasa Jurnalistik yang singkat maka akan membantu media massa dalam menyampaikan informasi secara maksimal.

3. Padat

Padat dalam dunia jurnalistik berarti sarat akan informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis sarat informasi penting dan menarik untuk dibaca khalayak. Setiap siaran radio dan televisi mengandung pesan yang dibutuhkan oleh khalayaknya. Hal ini menjadi penegas yang membedakan kalimat singakat dan kalimay padat, namun dalam bahasa Jurnalistik, kedunya saling berhubungan. Singkat tidak berarti memuat banyak infomasi. Tetapi kalimat singkat yang padat akan sesuai dengan karakter bahasa Jurnalistik, karena keduanya memiliki kedudukan yang sama untuk saling mengisi.

4. Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu dan tidak membingungkan serta menghindari eufimisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak. Hal ini sangat tidak diinginkan oleh media massa manapun, kebingungan khalayak akan menyebabkan perbedaan persepsi, prosentase khalayak meninggalkan media yang memdingungkan juga lebih besar. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti sehingga tidak ada penafsiran lain terhadap arti dan makna dari kata dan kalimat yang digunakan.

5. Jelas

Kalimat yang jelas adalah kalimat yang mudah dimengerti maksud yang ada dibaliknya. Tidak kabur dan berbasa-basi. Kalimat jelas sangat dituntut dimedia massa manapun. Kejelasan akan meningkatkan loyalitas secara tidak langsung kepada khalayaknya, karena semakin jelas memberikan informasi maka semakin fokus dengan informasi yang disampaikan.

15

6. Jernih

Dalam arti yang sebenarnya jernih berarti bening, tembus pandang dan transparan. Dalam bahasa jurnalistik jernih merujuk pada hal yang bersifat jujur, tulus, tidak mengada-ada dan tidak menyembunyikan maksud negatif dalam menyampaikan informasi. Jernih dalam kata dan kalimat juga tidak ada agenda tersembunyi dibalik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali fakta dan kebenaran serta kepentingan publik. Hal ini sering disalah gunakan, tidak jarang berita dengan muatan propaganda atau pembelaan terhadap golongan tertentu sering di beritakan. Jelas sekali hal ini tidak memiliki karakter jernih dalm bahasa jurnalistik dan hal itru menyalahi kaedah dan prisnsip jurnalistik.

7. Menarik

Bahasa jurnalistik yang digunakan dalam media harus menarik. Menarik dalam hal ini adalah mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak dan meningkatkn selera baca, dengar dan lihat khalayaknya. Sekeras apapun bahasa jurnalistik yang digunakan, ia tidak akan membangkitkan kebencian serta permusuhan dari pembaca dan pihak manapun. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi tetap merujuk pada kaidah norma yang berlaku, tidak lantas semana-mena dan semaunya sendiri.

8. Demokratis

Bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta atau perbedaan dari pihak antara komunikator ataupun komunikan. Khalayak yang bersifat heterogen akan sama kedudukannya dalam bahasa Jurnalistik. Bahasa Jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar, karikator, siaran, dan juga lainnya yang masih berhubungan dengan isi informasi dalam media massa. Idealnya, bahasa jurnalistik melihat setiap

16

individu memiliki kedudukan yang sama didepan hokum sehingga orang tersebut tidak diperkenankan mendapat perlakuan yang berbeda atau dispesialkan.

9. Populis

Setiap kata, istilah dan kalimat dalam bahasa lisan ataupun tulisan jurnalistik diwajibkan akrab ditelinga, dimata dan dibenak pikiran khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa. Bahasa Jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan dari populis adalah elitis, maksudnya bahasa yang dimengerti dan dipahami hanya oleh sebagian orang yang memiliki intelektualitas diatas rata-rata dan kedudukan serta pendidikan yang tinggi.

10. Logis

Semua yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Bahasa Jurnalistik harus memberikan nalar yang dapat diterima pikiran, sehingga hokum logika berlaku dalam hal ini. Sebagai contoh: Hingga berita kecelakaan pesawat ini diturunkan, 576 penumpang yang dianggap tewas belum juga melapor. Kalimat berita tersebut sudah jelas tidak masuk akal, karena sangat tidak mungkin korban tewas dapat melapor.

11. Gramatikal

Kata, istilah dan kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa yang baku. Bahasa baku dalam hal ini adalah bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan. Bahasa baku merupakan bahasa yang paling besar pengaruhnya dan paling tinggi wiabawanya disetiap lapisan masyarakat.

17

Kata tutur adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari- hari secara informal. Kata tutur biasa digunakan dengan mencampur bahasa inonesia dengan bahasa daerah, atau bahasa yang biasa digunakan dengan menambah kata-kata khas daerah masing-masing.

13. Menghindari kata dan istilah asing

Berita ditulis untuk dibaca dan didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang terkadang terdapat bahasa asing didalamnya, selian tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan khalayak yang tidak mengerti bahasa tersebut. Kata atau istilah asing dalam hal ini tidak lantas bahasa dari negara lain. Bisa saja wartawan atau penulis menyisipkan kata dari daerah tertentu dalam kalimat yang akan menjadi berita. Hal ini tidak dibenarkan karena bahasa daerah yang satu dengan daerah yang lain berbeda. Khalayak memiliki sifat heterogen dan majemuk. Tidak saling mengenal, terdiri atas berbagai suku, latar belakang sosial, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal.

14. Pilihan kata yang tepat

Setiap kata dalam bahasa Jurnalistik tidak hanya diwajibakan bersifat produktif tetapi juga tidak boleh keluar darai efektivitas. Artinya setiap kata yang dipilih memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak. Pilihan kata atau diksi dalam bahasa Jurnalistik tidak semata-mata sebagai variasa ataupun gaya, Pilihan kata dan diksi yang digunakan akan diputuskan sebagai suatu keputrusan yang didasarkan kepada pertimabangan matang guna pencapaian optimal dari pesan yang disampaikan.

18

Kalimat aktif akan lebih mudah dimengerti dan dipahami, khalayak juga lebih nyaman dengan penggunaan kalimat aktif. Bahasa Jurnalistik harus jelas susunan katanya dan kuat maknanya. Kalimat aktif lebih mempermudah pengertian dan penjelasan pemahaman. Contohnya: /presiden mengatakan…/ dengan /dikatakan oleh Presiden…/, Kalimat lebih sederhana, lebih nayaman ditelinga dan tidak boros kata. Sebaliknya kalimat pasif terdengat bertele-tele dan terlalu panjang.

16. Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk umum maka hindari kata atau istilah teknis. Kata atau istilah teknis hanya digunakan untuk kelompok tertentu atau khalayak yang sifatnya homogeny. Semua hal yang sifatnya homogen tidak akan membantu bila diterapkan pada khalyak yang heterogen. Bila dipaksakan akan terjadi kesalahpahaman makna pesan. Sebagai contoh, istilah teknis kedokteran tidak efektif bila digunakan dalam pesan yang akan disampaikan kepada khalayak. Walaupun isi pesan berkenaan dengan dunia kedokteran, sebisa mungkin gunakan kata atau istilah umum. Namun bila isi pesan mengharuskan mengenakan kata atau istilah tersebut, maka beri penjelasan singkat terhadap kata atau istilah tersebut.

17. Tunduk kepada kaidah etika

Salah satu segi postif yang dapat dikembangkan dalam dunia media massa adalah unsure edukatif. Edukatif tidak hanya merujuk pada isi pesan, laporan gambar, artikel dan juga bahasannya, namun juga terealisasi dalam bahasanya. Pada dasarnya, bahasa tidak hanya mencerminkan pikiran dan karakter seseorang tetapi juga menunjukkan aetika orang yang menulis atau

19

membacanya. Dalam etika berbahasa, pers tidak diperkenankan menggunakan kata yang vulgar, mengandung unsur pelecehan dan pornografi.

Dokumen terkait