• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Demografi

Kecamatan Medan Tembung ……… 27 5.1.2. Distribusi Pengetahuan Keluarga Lansia Dikelurahan Indra

Kasih Kecamatan Medan Tembung ………. 29 5.1.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Kebutuhan

Pada Lansia Dikelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan

Tembung ……….. 31 5.1.4. Distribusi Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan

Pada Lansia Dikelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan

Judul : Pengetahuan Keluarga Lansia Tentang Insomnia Di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010

Nama : Netty T Simanjuntak Nim : 091121029

Fakultas : Keperawatan USU Tahun : 2011

ABSTRAK

Di Kelurahan Indra Kasih, Kecamatan Medan Tembung terdapat 260 orang jumlah lansia, yang sebagian diperkirakan menderita insomnia. Keluarga menganggap insomnia merupakan hal yang biasa ataupun lumrah Serta masih dijumpai keluarga yang tidak menyadari faktor penyebab gangguan tidur, sehingga lansia sering sekali mengkonsumsi kafein dan alkohol.

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. tahun 2010. Jenis penelitian ini deskriptif, Sampel dalam penelitian sebanyak 52 orang lansia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli Tahun 2010. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi, jenis kelamin laki- laki 40,4 % dan perempuan 59,6 %.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia sebagian besar kurang yaitu 32 orang (61,5%). Pengetahuan keluarga lansia tentang kebutuhan lansia sebagian besar kurang yaitu 30 orang (57,7%). Pengetahuan keluarga tentang perawatan pada lansia sebagian besar kurang yaitu 29 orang (55,8%).

Untuk itu di sarankan bagi keluarga lansia agar mengetahui kebutuhan dan perawatan lansia sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia secara optimal dan dapat memberikan lansia menjadi lansia yang mandiri.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan menjadi kebutuhan manusia yang penting, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain- lain. Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya, sehingga mengantuk (insomnia) merupakan faktor risiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Kita menggunakan sekitar sepertiga waktu dalam hidup kita untuk tidur. Itu berarti bahwa sebagian besar orang hidup hampir 3.000 jam per tahun, untuk banyak orang. Tidur bersifat memberikan energi, baik secara mental maupun fisik, sayangnya sebagian besar orang tidak mendapatkan tidur yang cukup (V.Mark Durand & David H. Barlow, 2002).

Pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia merupakan pengetahuan keluarga yang diharapkan lebih mengerti ataupun mengetahui kondisi tentang pola tidur yang tidak teratur pada lansia.dan keluarga adalah orang yang terdekat pada lansia, sehingga lansia selalu melibatkan keluarga dalam mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Peran keluarga dalam perawatan lansia merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesetannya dalam merawat lansia dengan insomnia dengan menjaga dan merawat lansia dan mempertahankan kondisi kesehatan, sehingga lansia dapat lebih produktif untuk melakukan perawatan dirinya sendiri (Hardywinoto dan Setia budi, 1999).

Kelopok lanjut usia usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Searah dengan bertambahnya usia, mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun mental (Hardywinoto dan Setia budi, 1999). Persentase individu yang mengeluh masalah tidur meningkat saat mereka menjadi orang dewasa muda dan dikalangan orang dewasa yang berumur 55 sampai 64 tahun 26% mengeluhkan masalah tidur. dan menjadi 21% bagi mereka yang berumur 65 sampai 84 tahun (Nugroho, 2003).

Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit / lebih pendek waktu tidur nyenyaknya. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang Indonessia tidur rata-rata pukul 22.00 WIB dan terbangun dipagi hari 05.00 WIB. Dari penelitian “ The Gallup Organization” didapatkan 50% penduduk Amerika pernah mengalami sulit tidur dan 12% mengatak sulit tidur. Prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% pada wanita dan di Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut (Rafknowledge, 2004).

Berdasarkan survey awal didapat data di Kelurahan Indra Kasih, Kecamatan Medan Tembung sebanyak 260 orang jumlah lansia dan sebagian besar keluarga di Kelurahan Indra kasih yang mempunyai lansia dengan insomnia menganggap masalah pada lansia tersebut adalah hal yang biasa ataupun lumrah, dikarenakan kurangnya pengetahuan keluarga tentang Insomnia pada lansia, karena masih dijumpai pada keluarga yang tidak menyadari faktor penyebab gangguan tidur, dengan sering sekali dikomsumsi oleh lansia, misalnya makanan dan minuman yang

menyebabkan gangguan tidur (kafein dan alkohol), sedangkan peran keluarga pada lansia sangatlah penting demi memenuhi kemandirian pada lansia.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

1.2 . Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia di Kelurahan Indra kasih Kecamatan Medan Tembung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia di Kelurahan Indra Kasih.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Pelayanan kesehatan

Bagi pelayan kesehatan diharapkan penelitian ini memberikan informasi

tentang pentingnya pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia dalam bidang kesehatan yang telah diberikan sehingga dapat meningkatkan

1.4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberi informasi untuk menambah

wawasan dalam bidang keperawatan gerontik tentang pengetahuan keluarga lansia tentang insomnia di Kelurahan Indra kasih.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau sumber data bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan usaha pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang di bidang gerontik yang terkait dengan masalah insomnia pada lansia.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1. Defeni

Menurut Notoadmojo, (2003), mendefenisikan pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan adalah dua hal yang mempunyai arti yang berbeda, hasil kerja pikir atau penalaran yang merubah tidak tau menjadi tau dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara ( Budi. 2009).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan ini dapat dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagian pengingat suatu materi tidak dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang diprlajari antara lain menyebutkan, mengutarakan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami

Memahami merupakan suatu kemampaun untuk menjelaskan secara benar,

tentang objek yang diketahui dan dapat dijelaskan, menyebutkan contoh , menyimpulkan dan sebagainya

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengutarakan materi yang telah

dipelajari pada kondisi real atau sebenarnya. Aplikasi ini diartikan sebagai aplikasi / penggunaan hukum – hukum rumus, metode dan prinsip.

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi memahami oleh suatu struktur organisasi. Dan masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan (membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya)

5) Sintesis

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, dapat meringkas dan sebagai nya terhada teori atau rumusan - rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkata dengan kemampuan untuk melakukan klasifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilain ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.

2.1.3. Pengetahuan Keluarga

Menurut Bambang Joni karjono, Rejeki Andani (2009) Pengetahuan (edukasi) yang dapat diberikan baik kepada penderita maupun keluarga, meliputi :

1) Tunggu sampai terasa angat mengantuk sebbelum naik ketempat tidur.

2) Hindarkan pengguaan kamar tidur untuk kerja membaca atau menonton televisi.

3) Bangun tidur pagi hari pada jam yang sama, tidak perduli sudah berapa lama tidur.

4) Hindarkan minum kopi atau merokok

5) Lakukan olahraga ringan setiap pagi setelah bangun pagi

6) Kurangi tidur siang lakukan kegiatan / hobby yang menyenangkan

7) Kurangi jumlah minum setelah makan malam , hindari minuman alkhokol 8) Pelajari teknik reklasasi atau lakukan meditasi

9) Hindari gerakan badan yang berlebihan saat ditempat tidur 10) Lakukan doa sebelum tidur.

2.2 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawacara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur dan disesuikan dengan tingkatan tersebut diatas ( Notoadmojo, 2003).

2.3 Defenisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis Psiloklogi dan sosial (Donna Iknatius, 1999). Lansia adalah seseorang yang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari- sehari dan menerima nafkah dari orang lain (UU.no 4 tahun 1999).

Menurut WHO, lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) dampak usia 45 – 49 tahun b. Lanjut usia ( elderly ) = 60 dan 70 tahun

c. Lanjut uia tua (old ) = antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old ) = diastas 90 tahun ( Nugroho, 2000)

2.3.1 Dampak Insomnia

Insomnia dapat memberikan dampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan.serta pada kondisi yang parah, dampaknya bisa lebih serius. Orang dengan insomnia lebih muda menderita depresi dibandingkan mereka yang biasa tidur dengan baik. Kekurangan tidur akibat insomnia memberi kontribusi pada timbulnya suatu penyakit termasuk penyakit jantung. Dampak mengantuk / ketiduran disiang hari dapat memberikan dampak waktu tidur malam susah. Tidur yang buruk , dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi tugas harian serta kurang menikmati aktivitas hidup.

2.3.2. Efek Insomnia

Efek dari insomnia pada lansia , yaitu 1. Kurangnya energi

2. Sulit berkonsentrasi untuk berpikir. 3. Lalai karna kurang tidur (mengantuk)

4. Timbulnya penyakit – penyakit kronis seperti : Artritis, osteoporosis, kanker, penyakit parkinson, demensia, katarak

2.4 Konsep Insomnia 2.4.1.Defenisi Insomnia

Insomnia merupakan kesulitan tidur, tidur tidak tenang, kesulitan menahan tidur dan seringnya terbangun tengah malam, dan seringnya terbangun lebih awal, Imsomnia adalah kesulitan untuk masuk, mempertahankan dan memperoleh manfaat tidur, tidak berhubungan dengan masalah medis maupun psikologis (Rafknowledge, 2004 )

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada individu dewasa yaitu, ketidak mampuan tidur berdasarkan kualitas maupun kuantitas tidur (Potter dan perry, 2005).

2.4.2 Etiologi Gangguan Tidur

Kebanyakan gangguan perubahan pola tidur pada lansia seiring bertambahnya usia (Radknowledge,2004):

a. Perubahan tidur seiring perubahan

b. Orang Syang lebih tua cenderung mengalami kondisi yang berlawanan dengan mutu dan durasi tidurnya.

c. Tidur malam lebih mudah terganggu.

d. Orang yang lebih tua cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang yang lebih besar dibandingkan orang muda.

Insomnia primer adalah kesulitan untuk masuk, mempertahankan, dan memperoleh manfaat tidur, tidak berhubungan dengan masalah medis maupun psikologis ( Durand & Barlow,2003 ).

Gangguan tidur primer terdiri atas :

1. gangguan tidur karena gangguan pernapasan 2. sindrom kaki kurang tenang

3. gangguan prilaku REM.

Insomnia kronis lebih kompleks lagi dan sering kali diakibatkan faktor gabungan, termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental.

Bagaimanapun, insomnia tidak karena faktor prilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, atau obat-obatan berbahaya lainnya.

Insomnia idiopati merupakan insomnia yang sudah terjadi sejak dikehiddupan dini. Terkadang gangguan tidur ini sudah ada sejak lahir dan berlangsung sampai lansia. Penyebabnya tidak diketahui, ada dugaan yang mengatakan ada

ketidakseimbangan neorokimia otak di formasia retikulari batang otak atau disfungsi forebrain.

2.4.3 Jenis-jenis Insomnia :

1. Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh stres, suasana ramai/berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping pengobatan.

2. Insomnia kronis berlangsung lama dan seumur hidup disebabkan oleh kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes sakit ginjal, atritis atau penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur, insomnia kronis biasanya memerlukan intervensi psikiatri atau medis.

2.4.4 Faktor – faktor Penyebab Insomnia

Stres atau kecemasan dan kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan pemikirkan masalah yang sedang dihadapi. depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan. Keinginan terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi. Kurang berolahraga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.

Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi – kondisi spesifik :

a. usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun.

Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh : a. stres

b. suasa ramai / berisik. c. perbedaan suhu udara

d. perubahan lingkungan sekitar

e. masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur f. efek samping pengobatan.

Menurut Rafknowledge, 2004, munculnya gejala-gejala insomnia dimulai dengan munculnya :

1. kesulitan jatuh tertidur (tidak tercapainya tidur nyenyak) keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu, atau lebih.

2. merasa letih saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. mereka yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah tertidur sama sekali.

3. sakit kepala di pagi hari. Ini sering disebut ’efek mabuk’ padahal, nyatanya orang tersebut tidak minum-minum dimalam itu.

4. kesulitan berkonsentrasi 5. mudah marah

6. mata memerah

2.4.5 Penatalaksanaan Insomnia Pada Lansia

Ada 10 kiat–kiat yang membantu mendapatkan tidur yang higienis, menurut Rafknowledge, ( 2004 ):

1. Tentukan jadwal terarur untuk tidur dan bangun pagi

2. Usahakan mendapat tidur yang cukup, biasanya sekitar 8 jam 3. Tidurlah diruang dan tempat tidur yang sama setiap malam

4. Jaga agar tempat tidur bebas dari kebisingan dan gangguan, seperti telepon atau televisi

5. Ubah letak jam dinding

6. Jangan makan, minuman kafein dan minuman keras, atau merokok dalam tempo 2 atau 3 jam menjelang tidur.

7. minumlah segelas susu bila anda merasa lelah 8. lakukan olahraga di pagi hari

9. cobalah untuk membaca atau mendengarkan rekaman cara relaksasi di saat menjelang tidur

10.Bila anda terus terjaga dimalam hari, hindari waktu yang terang.

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur (timbul dikala saluran nafas tersumbat oleh lidah atau langit- langit, sehingga membuat orang tersebut kekurangan oksigen dan akibatnya menjadi terjaga) yang mengancam kehidupan, kondisi pasien memerlukkan rehabilitas melalui tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan yang tersumbat dimulut dan hal yang mem pengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat- pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk mengevaluasi gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, biasanya berkaitan dengan

lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik diotak atau obstruksi pernafasan. Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitas lansia sehingga dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.

Faktor- faktor medis yang memberi pengaruh untuk mempertahankan kenormalan pada tidur :

1) pergi tidur hanya jika mengantuk

2) gunakan tempat tidur hanya untuk tidur ; jangan membaca, menonton televisi, atau makan ditempat tidur

3) jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah keruangan lain. Bangun sampai benar- benar mengantuk, kemudian baru kembali ketempat tidur. Jika masih tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur.Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.

4) Siapkan alarm dan bangun diwaktu yang sama setiap pagi tanpa mempedulikan berapa banyak tidur di malam hari. hal ini membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.

2.3.6 Intervensi Keperawatan

Setelah mengetahui beberapa data tentang lansia mengalami insomnia maka tindakan – tindakan yangdapat dilakukan keluarga ataupun perawat antara lain sebagai berikut ( Bahr, 2004 ) :

a. Tidur hanya disaat sudah mengantuk hal ini bisa mengurangi saat-saat terjaga ditempat tidur.

b. Mandilah dengan air hangat

c. Istirahatlah dan rileks merupakan cara yang sangat baik. Tetapi jangan berlebihan. d. Lakukan pemijatan, guna memijat sebelum tidur supaya menghilangkan ketengangan pada otot - otot dan memudahkan tidur.

e. Minum susu hangat sebelum tidur dapat menenangkan sistem saraf, dan membuat rileks.

f. Makanlah makanan ringan. dengan sedikit makan ringan yang rendah protein dan tinggi karborhidrat, dan kue yang disantap kira- kira sejam sebelum waktu tidur, akan membantu anda tertidur lebih segera.

g. Hindari kafein, alkohol, dan tembakau ini sudah sangat jelas. Mengomsumsi kafein, alkohol, dan tembakau, dapat menganggu usaha tidur.

h. Tidur diruangan yang berventilasi baik, udara segar dan ruangan yang bersuhu normal memberi kontribusi pada perolehan tidur yang baik.

i Tidur dengan posisi yang benar tidur posisi terlentang mungkin posisi terbaik untuk rileks dan memungkinkan organ-organ istirahat dengan benar. Jaga jadwal tidur teratur.

k. Jangan tidur terlalu lama,bangunlah pada jam yang sama setiap hari.

l. Membuat rileks jari- jemari kaki. keadaan tubuh yang rileks adalah hal penting untuk perolehan tidur nyenyak.

Jika tindakan–tindakan ini gagal memperbaiki kualitas tidur, obat- obatan dapat bermanfaat untuk sementara waktu, tetapi hanya boleh menjadi upaya terakhir. Menurut Rafknowledge (2004), obat- obatan dapat membantu tidur, perawat yang terampil harus memiliki kewaspadaan yang tinggi berkaitan dengan penggunaan obatan untuk lansia. Jika terdapat bukti–bukti adanya kondisi pada lansia, obat-obatan harus dihentikan secara bertahap dan dilakukan non farmakologi.

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan bahwa semangkin bertambahnya usia seseorang akan semakin mengalami penurunan sejumlah sel-sel tubuh baik bentuk maupun jumlahnya, yang akan menimbulkan berbagai penyakit pada lansia . dan insomnia adalah salah satu penyakit yang sangat rentan terjadi pada lansia, untuk itu peran keluarga dalam merawat lansia sangat berperan aktif. serta pengetahuan keluarga dalam merawat lansia dengan insomnia sangat dibutuhkan dirumah.

Adapun defenisi kerangka pengetahuan keluarga adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderan suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Defenisi dalam perawat adalah suatu upaya atau tindakan - tindakan yang diberikan oleh keluarga pada lansia tersebut (Barh, 2004).

3.1 Kerangka Konseptual Pengetahuan Keluarga Lansia Tentang Insomnia 3.2 Definisi Operasional

1. Faktor pengetahuan

Faktor pengetahuan mencakup segala sesuatu yang diketahui keluarga dan upaya dari keluarga untuk merawat lansia dengan insomnia yang dilakukan diKelurahan Indra Kasih, Kecamatan medan tembung. Dengan kuesioner No. 1-5, peneliti memberikan kuesioner kepada para anggota keluarga lansia baik itu anaknya maupun cucu dari lansia untuk mengisi kuesioner yang diadakan pada arisan–arisan keluarga.

2. pengetahuan kebutuhan pada lansia

Memahami atau hasil tahu keluarga dalam merawat lansia tentang insomnia dengan kebutuhan - kebutuhan lansia yang dapat diupayakan keluarga dalam merawat lansia, pada kelurahan Indra Kasih. Dengan kuesioner No. 5-10, peneliti memberikan kuesioner kepada para anggota keluarga lansia baik itu anaknya maupun cucu dari lansia untuk mengisi kuesioner yang diadakan pada arisan–arisan keluarga.

3. Perawatan Lansia dengan

insomnia

Pengetahuan keluarga diKelurahan Indra Kasih :

• Faktor pengetahuan

• Pengetahuan kebutuhan pada lansia • Perawatan - Baik - Cukup - Kurang

Suatu tindakan dan pengetahuan keluarga dalam perawatan yang dilakukan dirumah serta bagaimana cara memberikan kenyamanan dan kebutuhan pada lansia yang bertujuan untuk memberikan perawatan lansia yang mandiri.

Dengan kuesioner No. 10-15, peneliti memberikan kuesioner kepada para anggota keluarga lansia baik itu anaknya maupun cucu dari lansia untuk mengisi kuesioner yang diadakan pada arisan–arisan keluarga.

BAB 4

METOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tentang pengetahuan keluarga dalam merawat lansia yang mengalami insomnia di Kelurahan Indra Kasih.

4.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang merawat lansia dirumahnya (jika dalam satu keluarga merawat lebih dari satu orang lansia, yang didata adalah cukup satu orang lansia saja).

Dari data yang didapat pada kelurahan Indra kasih, terdapat jumlah lansia sebanyak 260 orang lansia.

b. Sampel

Berdasarkan populasi di atas dalam penentuan besar sample, menurut Nursalam (2003) untuk pengambilan sample, bila subjek kurang dari 1000 orang maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, dan dalam penelitian ini diambil 20 % . Dari populasi yang didapat maka jumlah sample yang diambil sebesar 52 orang dari 260 lansia yang ada di Kelurahan Indra Kasih. Yang dapat digolongkan sebagai sampel keluarga yang memiliki lansia yang mengalami insomnia.

Atau populasi dalam sample ini adalah : 20 x 260 = 52 orang

100

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random samling yaitu , setiap elemen diseleksi secara acak. Jika sample framenya kecil, nama bisa ditulis disecarik kertas ,diletakan di dalam kotak, diaduk dan diambil secara acak setelah semuanya terkumpul.

Cara yang digunakan dalam sample ini adalah dengan cara mengundi populasi dengan cara teknik undian. (Nursalam, 2003). Dengan kriteria sebagai berikut:

1) Keluarga ( suami dan istri atau anak yang berusia ≥ 21 tahun ) yang terlibat dalam pengawasan pada lansia.

2) Dapat membaca dan menulis

3) Dapat berbahasa Indonesia dengan baik 4) Bersedia dalam penelitian

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung, yang memilikik lansia. Dengan alasan bahwa dikelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. masih ditemukannya susah tidur pada lansia karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang lansia.

Waktu pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 18 juli 2010. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

Dokumen terkait