BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Persalinan
2.2.1 Karakteristik Ibu Bersalin
Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khusus sesuai dengan perwatakan tertentu (Daryanto,1997). Anderson dalam Notoatmodjo (2007) menggambarkan model sistem kesehatan, dimana terdapat 3 kategori utama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan salah satunya karakteristik predisposisi.
Karakteristik predisposisi digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin, umur dan lain-lain. b. Struktur sosial, seperti tingkatan pendidikan, pekerjaan, kesukuan.
c. Pengetahuan tentang manfaat pelayanan kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.
Ibu harus mendapat informasi yangg adekuat sebelum persalinan untuk memastikan pemahamannya tenang berbagai perubahan yang akan terjadi akibat persalinan. Informasi ini juga diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk menentukan pilihannya sendiri berdasarkan pada data yang benar dan tanpa bias. Pengalaman fisik, psikologis, dan emosional yang kompleks pesalinan akan memengaruhi setiapwanita dengan cara yang berbeda, dan bidan harus memiliki pengetahuan yang baik dan juga berbagai pengalaman yang berbeda untukmemstikan bahwa ibu memiliki kontrol terhadap kelahiran bayinya. Dalam persalinan, ibu harus dianjurkan untuk mempercayai nalurinya sendiri, mendengarkan tubuhnya sendiri, dan mengungkapkan perasaannya untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan (Fraser, 2009).
1. Umur
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur adalah jumlah tahun hidup seseorang sejak lahir sampai ulang tahun yang terakhir dihitung berdasarkan tahun. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, serta sifat resistensi (Siagian, 1995). Untuk menentukan risiko kehamilan, bila usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, risiko kehamilan tinggi. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat. Umur dalam hubungannya dengan pemanfaatan Jampersal berperan sebagai faktor intrinsik.
Umur berkaitan dengan pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Semakin tua umur seseorang maka pengalamannya akan semakin banyak begitu juga dengan pengetahuannya akan semakin meningkat. Dengan melihat dan mendengar informasi yang berkaitan dengan Jampersal baik yang diperoleh dari media elektronik, media cetak maupun dari orang lain dapat meningkatkan pengetahuan. Semakin banyak pengalaman seseorang dengan melihat dan mendengar informasi mengenai Jampersal maka pengetahuan tentang Jampersal semakin baik. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut.Semakin tua umur seseorang semakin meningkat pula kedewasaan teknisnya, demikian pula psikologisnya serta menunjukkan kematangan jiwa.Usia yang semakin meningkat akan meningkat pula pengetahuannya serta kemampuannya dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap pandangan orang lain sehingga berpengaruh terhadap sikapnya (Siagian, 1995).
2. Pendidikan
pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi khususnya mengenai Jampersal sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Laksmono, 2009).
Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
Pendidikan yang bermutu dapat meningkatkan kematangan seseorang dan merupakan faktor penting dalam penyerapan informasi, peningkatan wawasan dan cara berpikir yang selanjutnya akan memberikan dampak terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku yang akan menentukan seseorang dalam mengambil keputusan atas tanggung jawabnya terhadap kesehatannya.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya pemanfaatan Jampersal. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap pemanfaatan Jampersal. Namun bisa dijelaskan secara sederhana bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak pula informasi yang bisa didapatkan mengenai jampersal. Sehingga secara otomatis semakin banyak pula pengetahuannya mengenai langkah-langkah dalam
memanfaatkan jampersal. Makin rendah pendidikan ibu, resiko gangguan kesehatan ibu dan bayi makin tinggi (Depkes, 1996).
Responden yang berpendidikan tamat SD cenderung menggunakan jampersal dalam persalinan dibandingkan responden yang berpedidikan SMP dan SMA. Hal ini kemungkinan dikarenakan ibu yang berpedidikan SMP dan SMA merasa lebih tahu akan kondisi tubuhnya dalam persalinan.
Herdiana (2005) mengungkapkan adanya hubungan langsung antara tingkat pendidikan ibu dan tingkat kesehatan keluarganya, karena taraf pendidikan mempengaruhi ibu dalam mengambil sikap dan keputusan. Ibu yang berpendidikan rendah lebih bergantung pada orang lain dalam mengambil keputusan. Di samping itu sering ditemukan bahwa persepsi masyarakat dengan pendidikan rendah tentang masalah kesehatan tidak selalu sama dengan provider, hal ini hanyalah faktor daya serap informasi. Sedangkan menurut Barus (1999), bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu kelompok determinan konstektual/ jauh penyebab kematian ibu. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya, yang memungkinkan wanita lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya.
Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar.
3. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dapat memberikan gambaran seberapa aktifnya ia diluar rumah. Seseorang yang bekerja akan lebih sering terpapar dengan berbagai aktifitas atau sumber informasi, termasuk informasi mengenai jampersal. Sehingga dapat diasumsikan bahwa seseorang yang bekerja lebih mempunyai akses terhadap informasi yang luas dari pada yang tidak bekerja sehingga menambah pengetahuan. Bila ibu memiliki pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka ia akan berusaha untuk melakukan tindakan dalam hal ini memeriksakan kehamilannya (Siagian, 1995).
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Pekerjaan sangat mempengaruhi tingkat ekonomi, dalam prakteknya sangat nyata dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kesehatan reproduksi. Pekerjaan ibu yang berat baik fisik maupun mental akan membahayakan kehamilannya (Depkes, 1996).
Menurut undang-undang wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan (Sofian, 2011). Kebanyakan ibu yang bekerja kurang memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, ibu yang bekerja akan meningkatkan pendapatan keluarga sehingga tersedia cukup dana dalam persalinan dan tidak menggunakan
jampersal dibanding ibu yang tidak bekerja lebih cenderung menggunakan jampersal karena gratis.
4. Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan variabel penting dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Status ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendapatan, pengeluaran, atau tingkat kepemilikian (Sukmara, 2000). Ibu yang hidup dalam kemiskinan cenderung mengalami ketidakadilan dalam perawatan kesehatan dan memiliki angka mortalitas maternal dan perinatal yang lebih tinggi (Fraser, 2009).
5. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).
Simon-Morton dkk (1995), pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overbehaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003).
6. Sikap Ibu
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Notoadmojo (2007) menyatakan sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. LaPierre dalam Azwar (2007) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Menurut Azwar (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhui sikap terhadap obyek sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada giliranya konsep tersebut mempengaruhui sikap.
6. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalah frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme petahanan ego.
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan sikap dan perilaku akan mengganggu kesehatan. Misalnya pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa mungkin terjadi (Depkes, 1996).
6. Dukungan Keluarga
Menurut Friedman dalam Setiadi (2008) dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
Kane yang dikutip oleh Setiadi (2008) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalan intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Menurut Gottlieb dalam Kuncoro (2002) dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Di dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena diperhatikan.
7. Sumber Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima (Kristanto, 2003). Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diambil ibu hamil dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan sangat tergantung dari informasi yang diterima.
8. Kondisi Persalinan Ibu
Persalinan adalah suatu proses alami ditandai dengan terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. Dalam menolong persalinan, perlu melihat kembali pelayanan antenatal untuk mempelajari kembali keadaan ibu dan janinnya selama kehamilan.
Persalinan yang disertai risiko tinggi adalah persalian yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan persalinan dan nifas normal.
Seksio sesaria merupakan prosedur operatif, yang dilakukan di bawah anastesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus. Ada empat indikator utama untuk seksio sesaria adalah adanya seksio sesaria sebelumnya. Persalinan macet, presentasi bokong dan indikasi seperti