• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Jalan

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 2-7)

2.2.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Menurut Kelas (Hierarki Jalan) Pengelompokan jalan menurut peranannya adalah (PP No. 34, 2006):

1. Jalan arteri, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan kolektor, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul dan pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal, yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Dihubungkan dengan konsep sistem jaringan jalan, maka dijelaskan lebih lanjutpada (PP No. 34, 2006: 4-6) sebagai berikut:

1. Sistem jaringan jalan primer:

a. Jalan arteri primer, menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

b. Jalan kolektor primer, menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

c. Jalan lokal primer, menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, dan antarpusat kegiatan lingkungan.

d. Jalan lingkungan primer, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan perdesaan.

2. Sistem jaringan jalan sekunder:

a. Jalan arteri sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

b. Jalan kolektor sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga; dan

c. Jalan lokal sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

d. Jalan lingkungan sekunder, menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.

Persyaratan jalan menurut peranan adalah sebagai berikut (PP No.34, 2006: 7-10):

1. Sistem jaringan jalan primer a. Jalan arteri primer:

1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan dengan lebar jalan paling rendah 11 meter.

2) Memiliki kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

3) Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.

4) Jumlah jalan masuk dibatasi sedemikian rupa.

5) Persimpangan dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan.

6) Tidak terputus walaupun memasuki kota.

b. Jalan kolektor primer:

1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 9 meter.

2) Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

3) Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.

4) Tidak terputus walaupun memasuki kota.

c. Jalan lokal primer:

1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan dengan lebar jalan paling rendah 7,5 meter.

2) Tidak terputus walaupun memasuki desa.

2. Sistem jaringan jalan sekunder:

a. Jalan arteri sekunder:

1) Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam dan dengan lebar jalan tidak kurang dari 11 meter.

2) Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

3) Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

4) Persimpangan dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan.

b. Jalan kolektor sekunder, didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 9 meter.

c. Jalan lokal sekunder, didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam dan dengan lebar jalan paling rendah 7,5 meter.

Mempermudah uraian di atas, dibuat tabel mengenai persyaratan jalan menurutperanan dengan parameter kecepatan rencana dan lebar jalan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2. 2Persyaratan Jalan Menurut Peranan Dengan Parameter Fungsi Jalan Kecepatan Rencana

(km/jam)

Lebar Jalan (m)

Arteri Primer 60 11

Kolektor Primer 40 9

Lokal Primer 20 7,5

Arteri Sekunder 30 11

Kolektor Sekunder 20 9

Lokal Sekunder 10 7,5

Sumber: PP No. 34, 2006: 7-10

Gambar 2. 1Sistem Jaringan Jalan Primer

Sumber : SNI 03-6967-2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan Keterangan:

( ) AP = arteri primer ( ) KP = kolektor primer ( ) LP = lokal primer I = Kota Jenjang I II = Kota Jenjang II III = Kota Jenjang III 2.2.2 Tipe Jalan

Berikut klasifikasi tipe jalan luar kota : (MKJI, 1997:6-23) a. Jalan Dua Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD)

Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dengan lebar jalur sampai dengan 11 meter. Untuk jalan dua arah yang lebih lebar daripada 11 meter, cara beroperasi jalan sesungguhnya selama kondisi arus tinggi harus memperhatikan sebagai dasar dalam pemilihan prosedur perhitungan untuk jalan dua lajur atau empat lajur tak terbagi.

Keadaan dasar dari tipe jalan ini digunakan untuk menentukan kecepatan arus bebas dan kapasitas dicatat sebagai berikut:

- Lebar jalur lalu lintas efektif 7 meter

- Lebar efektif bahu 1,5 m pada masing-masing sisi (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor)

- Tidak ada median

I

II II

I

persil

AP

LP LP

LP KP KP AP AP

LP

LP

LP

KP

persil LP

III III

- Pemisah arah lalu lintas 50-50 % - Tipe alinyemen : datar

- Guna lahan : tidak ada pengembangan samping jalan - Kelas hambatan samping : rendah (L)

- Kelas fungsional jalan : jalan arteri - Kelas jarak pandang : A (>70%)

b. Jalan Empat Lajur Dua Arah Tak Terbagi (4/2 UD)

Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah tak terbagi dengan marka lajur untuk empat lajur dan lebar total jalur lalu lintas tak terbagi antara 12-15 meter.

Jalan standart dari tipe ini didefinisikan sebagai berikut : - Lebar jalur lalu lintas 14 meter

- Lebar efektif bahu 1,5 m pada masing-masing sisi (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor)

- Tidak ada median

- Pemisah arah lalu lintas 50-50 % - Tipe alinyemen : datar

- Guna lahan : tidak ada pengembangan samping jalan - Kelas hambatan samping : rendah (L)

- Kelas fungsional jalan : jalan arteri - Kelas jarak pandang : A (>70%)

c. Jalan Empat Lajur Dua Arah Terbagi (4/2 D)

Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan dua lajur lalu lintas yang dipisahkan oleh median. Setiap jalur lalu lintas mempunyai dua lajur bemarka dengan lebar antara 3,0-3,75 m.

Jalan standart dari tipe ini didefinisikan sebagai berikut : - Lebar jalur lalu lintas 2 x 7 m (tak termasuk lebar median)

- Lebar efektif bahu 2 m diukur sebagai lebar bahu dalam + bahu luar untuk setiap jalur lalu lintas (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan lalu lintas)

- Bermedian

- Tipe alinyemen : datar

- Guna lahan : tidak ada pengembangan samping jalan

- Kelas hambatan samping : rendah (L) - Kelas fungsional jalan : jalan arteri - Kelas jarak pandang : A (>70%)

d. Jalan Enam Lajur Dua Arah Terbagi (6/2 D)

Jalan enam lajur dua arah dengan karakteristik umum sama sebagaimana diuraikan untuk 4/2 D di atas.

2.3 Kinerja Lalu lintas Ruas Jalan Luar Kota

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 2-7)

Dokumen terkait