• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Keluarga Karakteristik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (1996) adalah sesuatu yang mempunyai sifat khas sesuai

dengan perwatakan tertentu (Dalimunte, 2011). Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci karakteristik manusia (Boere, 2008). Menurut Diningrum dalam Daulay (2010) bahwa karakrteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari data demografi seperti umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Jadi karakteristik keluarga adalah sifat khas yang dimiliki oleh suatu keluarga berdasarkan ciri keluarga yang terdapat dalam data demografi.. Adapun karakteristik keluarga yang dimaksud adalah :

1. Usia

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam studi epidemiologi. Angka kesakitan maupun angka kematian hampir semua menunjukkan hubungan ke umur. Umur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak dilahirkan. Umur adalah usia individu terhitung sejak saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Menurut Organisasi kesehatan dunia ( WHO) umur di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu usia dewasa awal 18-39 tahun, usia pertengahan (Middle age) 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) 60-70 tahun, usia lanjut tua (old) antara 70-90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (erna, 2003). Adapun ciri dari dewasa awal adalah Usia banyak masalah yang berkaitan dengan rumah tangga baru, hubungan sosial, keluarga, pekerjaan dan faktor kesempatan. Dewasa pertengahan adalah meningkatnya minat terhadap aktivitas sosial, sebagai warga negara atau minat yang berkaitan dengan hobi, penyesuaian jabatan atau pekerjaan, penyesuaian yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Masa Usia lanjut (60-70 tahun) yaitu masa dimana kemampuan fisik cepat menurun. Pada usia lanjut kemampuan penerimaan dan mengingat (intelegensia) mengalami penurunan. Menurut Lukman (2011) dalam Daulay (2010) bahwa Usia yang semakin tinggi dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil keputusan semakin bijaksana. Dalam hal ini usia yang dewasa pertengahanlah dianggap usia yang paling baik dalam mengambil keputusan yang bijaksana.

Umur yang banyak terjadi pada fraktur femur ini pada usia dewasa muda yaitu dibawah umur 45 tahun yang sering berhubungan dengan olahraga,

kecelakaan, atau pekerjaan. Sedangkan pada usia tua banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang ada kaitannya dengan perubahan hormon (Brunner & Suddarth, 2002). Adapun jenis Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley, pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari kaki karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lainnya, dan terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin. Sedangkan pekerjaan yang berisiko mengalami fraktur adalah tukang besi, supir, bangunan, pembalap mobil, orang dengan penyakit degenarif dan neoplasma. Dan kecelakaan yang paling sering menjadi penyebab fraktur adalah kecelakaan sepeda motor.

2. suku

Suku merupakan bagian integral dari budaya. Di provinsi Sumatera Utara ini hampir seluruh masyarakat didominasi oleh suku Batak. Demikian pula budaya yang berkembang di Sumatera Utara di dominasi oleh Kebudayaan Batak. Orang-orang Batak ini mendiami dataran tinggi Karo, langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang hasundutan , dll. Kontak budaya dengan suku bangsa lain tidak banyak terjadi, kalaupun ada tidak terlalu mempengaruhi pola kehidupan asli mereka (Damanik, 2009). Sebagai bagian integral dari budaya, suku dapat mempengaruhi pandangan klien tentang penyebab penyakit, persepsi keparahannya, dan pilihan terhadap penyembuhan termasuk dalam pilihan pengobatan. Menurut Maramis (2006), budaya

dipengaruhi oleh suku bangsa yang dianut pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada kecocokan suku bangsa yang dianut.

3. Agama

Tidak hanya suku, Agama dan sistem kepercayaan lainnya sering kali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, yang berarti “menabatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy

and Religion (kamus Filosopi dan Agama) mendefenisikan agama sebagai

berikut, “...sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul untuk beribadah, serta menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapat kebahagiaan sejati”. Agama biasa memiliki prinsip, seperti ” 10 firman” dalam agama Kristen atau “ 5 rukun Islam “ dalam agama Islam. Agama berperan penting dalam membentuk persepsi klien tentang sehat sakit. Sebagai komponen integral dari budaya, agama dapat mempengaruhi penjelasan klien tentang penyebab penyakit, persepsi keparahannya, dan pilihan terhadap penyembuhan ( pilihan pengobatan) ( Mubarak, 2009).

3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, baik, dan matang pada diri individu, kelompok, atau masyarakat.

Sedangkan Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Dan melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya.. Menurut wield Herry A (1996) dalam Daulay (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menetukan mudah tidaknya seseorang menyerap atau memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

4. Pekerjaan dan Penghasilan

Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Faktor sosial ekonomi ini meliputi pekerjaan dan penghasilan (Syafrudi, 2009). Dalam penelitiannya, Varghese (2004) dalam Daulay (2010) menyebutkan bahwa 13,04% responden menyatakan pengobatan alternatif dipilih karena alasan murah. Mahalnya obat-obatan modern dan tingginya biaya fasilitas kedokteran canggih menjadi alasan masyarakat mencari jenis pengobatan alternatif, pengobatan modern mengisyaratkan adanya kemampuan ekonomi yang memadai. Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif sedikit membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu (Sudarma, 2008). Kedokteran konvensional sangat tergantung

dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang hal tersebut tidak efektif (Turana, 2003).

Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost

medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan

kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan menangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan terhadap pengobatan konvensional (Turana, 2003).

Dokumen terkait