• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

DAFTAR TABEL

C. Karakteristik lahan Tanaman Bambu

Lahan yang akan ditanami bambu dapat di lahan kering yang tidak pernah tergenang air atau lahan basah yaitu tanah-tanah yang sering atau sesekali tergenang air. Jenis-jenis yang harus di lahan kering adalah dari kelompok Dendrocalamus dan Gigantochloa seperti bambu petung (D. asper), bambu apus (G. apus), bambu legi (G. atter), dan bambu surat (G. pseudoarundinacae). Sedangkan jenis-jenis bambu yang dapat ditanam di lahan basah adalah kelompok Bambusa seperti bambu ampel gading (B. vulgaris v.striata), bambu ampel hijau (B. vulgaris v. vitata) dan bambu ori (B. blumeana). Kelompok Bambusa selain dapat di tanam di lahan basah juga dapat ditanam di lahan kering. Pemilihan jenis bambu dan lahan yang akan ditanami sangat tergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan karena berkenaan kesesuaian jenis bahan baku bambu yang dibutuhkan.

a. Topografi

Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 –

2.200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi. Namun, pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal, yang mana jumlah rumpun sudah dapat mencapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm. Bentuk topografi lahan pengembangan

bambu secara umum dapat dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3%–8%,

bergelombang 9%–15% dan bergunung > 30%.

b. Ketinggian Tempat

Tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi yaitu antara ketinggian tempat, 0 – 2.000 m. dpl (Depatemen

Kehutanan, 1992). Bahkan jenis –jenis yang berbatang kecil dijumpai tumbuh

pada ketinggian antara 2.000-3.750 m dari permukaan laut. Pada ketinggian 3.750 m dari atas permukaan laut, habitusnya berbentuk rumput.

c. Tanah

Bambu dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5. Semua jenis tanah dapat ditumbuhi bambu kecuali tanah-tanah yang

terdapat dekat pantai. Jenis-jenis tanah yang ditumbuhi pusat bambu adalah jenis tanah asosiasi latosol merah, latosol merah keckelatan, dan laterit, jenis tanah latosol ckelat kemerahan dan jenis tanah asosiasi latosol dan regosol untuk daerah bogor (Sutiyono, dkk., 1996).

Latosol merupakan suatu jenis tanah yang terbentuk pada daerah yang bercurah hujan sekitar 2.000 sampai 4.000 mm tiap tahun, bulan kering lebih kecil tiga bulan dan tipe iklim A, B (Schmidt/Ferguson). Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan induk volkan baik berupa tupan volkan maupun batuan beku di daerah tropika basah, tersebar pada daerah-daerah dengan

14

ketinggian antara 10 –1.000 meter dengan curah hujan antara 2.000– 7.000 mm

per tahun dan bulan kering < 3 bulan, dijumpai pada topografi berombak hingga bergunung, dengan vegetasi utama adalah hutan tropika lebat (Goeswono Soepardi, 1983). Menurut (Buringh, P. 1970) Latosol terbentuk oleh proses feralisasi dan latosolisasi. Proses ini meliputi :

1. Pelapukan yang intensif secara kontinu dan proses hidrolisis silika.

2. Pencucian basa-basa dan silika yang mengakibatkan tertimbunnya seskuioksida secara relatif pada horison B.

3. Pembentukan mineral liat kaolinit. Sifat-sifat tanah yang dijumpai mulai dari sifat fisik tanah yaitu berwarna merah hingga ckelat. Berhorizon A (horizon di permukaan dan merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral serta merupakan horison eluviasi (pencucian), B2 (horizon penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida), C (horizon Bahan induk dan sedikit terlapuk). Sifat kimia yang dijumpai adalah memiliki kemasaman tinggi (pH 4,5 - 6,5), kandungan hara rendah, berkadar bahan organik rendah hingga sedang (3 - 10 %) di lapisan atas dan semakin kebawah semakin rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah sampai sedang (20 - 65 %), kandungan Al dan Fe yang dapat dipertukarkan relatif tinggi, kandungan silika dan seskuioksida tinggi, strukturnya baik, permeabilitas dan stabilitas agregat tinggi, dan kepekaan terhadap erosi rendah (Soepraptohardjo, 1979).

Tanah latosol merupakan jenis tanah yang banyak digunakan dalam budiaya pertanian. Tanah ini mempunyai sifat fisik (struktur) yang baik tetapi berkemampuan rendah untuk menahan kation (sangat mirip dengan tanah berpasir), bertekstur lempung sampai liat, struktur remah sampai menggumpal dan konsistensi gembur. Warna tanah kemerahan tergantung dari susunan mineralogi bahan induknya, draenasi, umur, keadaan iklimnya dan membutuhkan pemberian pupuk yang lebih intensif. Warna seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam ( lebih dari 150 cm) kejenuhan basa kurang dari 10% umumnya mempunyai epipedan umbrik dan horizon kambik.

Tanah laterit atau podsolik merah kuning tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat bersifat agak masam (pH kurang dari 5,5). Sifat-sifat tanah laotosol dan laterit dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3. Struktur dan tekstur tanah latosol dan laterit

No. Jenis tanah Tekstur tanah Struktur tanah

1. Asosiasi latosol merah Lempung sampai liat Remah sampai menggumpal 2. Latosol merah keckelatan Lempung sampai liat Remah sampai menggumpal

3. Laterit Beraneka ragam dan

umumnya lempung berpasir Gumpal, konsistensi lekat 4. Latosol ckelat kemerahan

Lempung gumpal berselaput lempung, berciri plintip dan lapisan sesquiosiid. Sumber: Sutiyono, dkk,. 1996.

16

d. Iklim

Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik dan tersebar di mana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban. Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka di mana sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah tumbuhnya cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan dapat berakibat merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah bersuhu 8,8°C - 36°C. Tipe iklim untuk tumbuhan bambu mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering). Semakin basah tipe iklim, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Sebab, tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air, yaitu curah hujan minimal 1.020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76% (Kementrian Perdagangan, 2011).

Dokumen terkait