DAFTAR LAMPIRAN
D. Karakteristik Lignin
§ Kadar Lignin
Isolat lignin yang dihasilkan dari kedua jenis lindi hitam bukan merupakan lignin murni, sehingga diperlukan analisa kadar lignin yang menunjukkan kandungan lignin murni dalam isolat lignin. Berdasarkan nilai rata-rata kadar lignin (Lampiran 3) pada berbagai konsentrasi, terlihat bahwa kadar isolat lignin
kraft berkisar antara 77,19%-81,48%, sedangkan isolat lignin soda berkisar antara 75,80%-79,95%.
Hasil analisis keragaman dengan α = 0,05 (Lampiran 5), diketahui bahwa jenis lindi hitam, konsentrasi H2SO4 dan interaksi antara jenis lindi hitam
dengan konsentrasi H2SO4 berpengaruh sangat nyata terhadap kadar lignin
(tingkat kemurnian lignin). Hal ini ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan nilaiα = 0,05.
Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kadar lignin dari lindi hitamkraft lebih besar dari pada kadar lignin dari lindi hitam soda. Kadar lignin yang diisolasi menggunakan konsentrasi H2SO4 20% memiliki nilai yang
lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Kombinasi perlakuan antara jenis lindi hitam dan konsentrasi H2SO4 berpengaruh nyata terhadap
kadar lignin. Kombinasi perlakuan yang memberikan nilai kadar lignin yang tidak berbeda nyata ditunjukkan pada kombinasi perlakuan jenis lindi hitam
kraft dengan konsentrasi H2SO4 15% dan kombinasi perlakuan jenis lindi hitam
soda dengan konsentrasi H2SO4 20%. Kombinasi perlakuan yang terbaik adalah
kombinasi perlakuan yang menghasilkan kadar lignin terbesar. Kombinasi perlakuan yang menunjukkan kombinasi terbaik adalah kombinasi pada saat lignin diisolasi dari jenis lindi hitamkraft dengan konsentrasi H2SO4 20% yaitu
sebesar 81,48%.
Peningkatan konsentrasi H2SO4 dalam proses isolasi lignin menyebabkan
peningkatan kadar lignin rata-rata baik pada isolat lignin soda maupun kraft dan kadar lignin rata-rata isolat lignin kraft lebih tinggi dibandingkan isolat lignin soda. Kadar lignin tertinggi adalah lignin hasil isolasi dari lindi hitamkraft yang menggunakan konsentrasi H2SO4 20% (81,48%), sedangkan yang terendah
81,48 80,17 79,38 77,19 79,95 78,05 76,81 75,80 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 5 10 15 20 Konsentrasi H2SO4 (%) K a da r Lignin (%) Kraft Soda
adalah lignin hasil isolasi dari lindi hitam soda yang menggunakan konsentrasi H2SO4 5% (75,80%) (Gambar 10).
Gambar 10. Grafik pengaruh konsentrasi H2SO4 dan jenis
lindi hitam terhadap kadar lignin
Perbedaan kadar lignin pada isolat lignin diduga disebabkan oleh perbedaan proses pemasakan (pulping), kandungan lignin dalam lindi hitam, jenis bahan baku yang digunakan dan proses isolasi lignin terutama perbedaan konsentrasi H2SO4 yang digunakan serta perbedaan kandungan non lignin yang masih
terkandung dalam isolat lignin. Pada isolat lignin kraft memiliki kadar lignin yang lebih tinggi dibandingkan kadar isolat lignin soda. Rendahnya kadar lignin dari isolat lignin soda dapat disebabkan oleh rendahnya kandungan lignin pada lindi hitam soda dibandingkan lindi hitamkraft. Kandungan lignin yang rendah pada lindi hitam soda disebabkan oleh proses pembuatan pulp (delignifikasi) yang berlangsung tidak sempurna.
Jenis bahan baku pada pembuatan pulp mempengaruhi kadar lignin pada isolat lignin. Bahan baku yang digunakan oleh lindi hitam kraft adalah kayu
eucalyptus (kayu daun lebar), sedangkan pada lindi hitam soda menggunakan jerami padi (non kayu). Kadar lignin pada kayu eucalyptus sekitar 27,36% (Sugesty, 1984), sedangkan jerami padi memiliki kadar lignin sebesar 12,5% (Damat, 1989). Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh, kadar lignin kraft
yang bahan bakunya berasal dari kayu eucalyptus memiliki kadar lignin lebih tinggi dibandingkan kadar lignin soda yang bahan bakunya berasal dari jerami padi.
Lignin yang diisolasi menggunakan H2SO4 20% memiliki nilai kadar lignin
yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi lainnya. Hal ini diduga karena dengan konsentrasi yang semakin meningkat maka senyawa organik selain lignin yang larut dalam asam seperti polisakarida yang terkandung dalam lindi hitam lebih mudah terdegradasi, sehingga isolat lignin memiliki kemurnian yang lebih tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Fengel (1995), polisakarida merupakan kontaminan umum pada lignin terisolasi. Kandungan sisa polisakarida sangat tergantung pada proses isolasi, jenis kayu dan pemurnian lignin.
Kadar lignin yang rendah menunjukkan bahwa isolat lignin masih mengandung komponen-komponen non lignin dalam jumlah yang lebih besar. Menurut Damat (1989), tingginya komponen-komponen non lignin pada tepung lignin menunjukkan bahwa degradasi dan pemisahan polisakarida beserta komponen-komponen non lignin lainnya masih kurang sempurna. Degradasi polisakarida terjadi karena adanya penambahan asam kuat.
§ pH Lignin
pH lignin menunjukkan tingkat keasaman dari isolat lignin. Berdasarkan nilai rata-rata pH (Lampiran 3) pada berbagai konsentrasi H2SO4 yang
digunakan, terlihat bahwa nilai pH isolat lignin kraft berkisar antara 2,70-2,98, sedangkan isolat lignin soda berkisar antara 2,60-2,91. Hasil analisis keragaman dengan α = 0,05 (Lampiran 6), diketahui bahwa jenis lindi hitam dan konsentrasi H2SO4 berpengaruh sangat nyata terhadap pH lignin yang ditandai
dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05. Sedangkan interaksi antara jenis lindi hitam dengan konsentrasi H2SO4 tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH lignin. Hal ini ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilaiα = 0,05.
Dilihat dari hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 6), lignin hasil isolasi dari lindi hitam soda memiliki nilai pH lebih rendah dibandingkan lignin dari lindi
2,70 2,83 2,94 2,98 2,60 2,67 2,74 2,91 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 5 10 15 20 Konsentrasi H2SO4 (%) pH Lig ni n Kraft Soda
hitam kraft. Isolat lignin yang diisolasi menggunakan konsentrasi H2SO4 20%
memiliki nilai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan isolat lignin yang diisolasi menggunakan konsentrasi H2SO4 15%, 10%, dan 5%.
Semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan maka semakin rendah pH lignin yang dihasilkan baik pada lignin soda maupun lignin kraft. Nilai pH terbesar dihasilkan pada kondisi isolasi yang menggunakan konsentrasi H2SO4
5%, sedangkan pH lignin terendah dihasilkan pada kondisi isolasi yang menggunakan konsentrasi H2SO420%, baik pada lignin yang berasal dari lindi
hitam soda maupun lindi hitamkraft (Gambar 11).
Gambar 11. Grafik pengaruh konsentrasi H2SO4 dan jenis
lindi hitam terhadap pH lignin
Lignin hasil isolasi memiliki nilai pH yang berbeda, hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan jenis larutan sisa pemasak (lindi hitam), pH awal dari lindi hitam yang digunakan, perbedaan kandungan komponen non lignin yang bersifat asam serta perbedaan konsentrasi H2SO4 yang digunakan dalam
proses isolasi.
Lignin soda menggunakan jenis lindi hitam proses soda dan lignin kraft
menggunakan lindi hitam dari proses sulfat (kraft). Lindi hitam soda memiliki nilai pH awal yang lebih rendah (9,50) dibandingkan pH awal lindi hitam proses
konsentrasi bahan kimia pemasak pulp yang digunakan kedua pabrik dan perbandingan antara jumlah bahan baku dan bahan kimia yang digunakan.
Penggunaan konsentrasi H2SO4 yang semakin tinggi menghasilkan pH isolat
lignin yang semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa isolat lignin yang diisolasi menggunakan konsentrasi H2SO4yang tinggi (20%) mengandung sisa-
sisa asam dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan isolat lignin yang diisolasi dengan konsentrasi H2SO4 lainnya (5, 10 dan 15%).
Damat (1989) juga menyatakan bahwa selain oleh adanya sisa asam dari proses isolasi, rendahnya pH lignin juga disebabkan karena lignin masih mengandung komponen-komponen non lignin lainnya yang bersifat asam, seperti asam format, asam asetat dan asam laktat. Seperti yang dikemukakan oleh Kim, et. al. (1987), lignin hasil isolasi dengan menggunakan H2SO4 dan
HCl banyak mengandung asam asetat, asam laktat, asam format dan asam-asam lainnya.
§ Kadar Metoksil
Ciri khas lignin adalah memiliki gugus fungsi metoksil (-OCH3). Menurut
Nurhayati (1993), metoksil termasuk salah satu gugus kimia yang terdapat dalam lignin yang digunakan untuk mengidentifikasi salah satu karakteristik lignin. Gugus metoksil pada setiap jenis lignin berbeda kadarnya, karena struktur dari setiap lignin juga berbeda (Sugesty et al., 1986). Gugus metoksil merupakan gugus reaktif yang mudah beraksi dengan air (Salminah, 2001).
Berdasarkan nilai rata-rata kadar metoksil (Lampiran 3) pada berbagai konsentrasi H2SO4, terlihat bahwa kadar metoksil isolat lignin kraft berkisar
antara 2,34-3,30%, sedangkan isolat lignin soda berkisar antara 2,30-2,40%. Hasil analisis keragaman dengan α = 0,05 (Lampiran 7), diketahui bahwa jenis lindi hitam berpengaruh sangat nyata terhadap kadar metoksil lignin yang ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai α = 0,05. Sedangkan konsentrasi H2SO4 dan interaksi antara jenis lindi hitam
dengan konsentrasi H2SO4 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
kadar metoksil lignin yang ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilaiα = 0,05.
3,30 2,93 2,62 2,34 2,30 2,39 2,33 2,40 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 5 10 15 20 Konsentrasi H2SO4 (%) Kad ar M et o ksi l ( % ) Kraft Soda
Dilihat dari hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7), lignin hasil isolasi dari lindi hitam soda memiliki kadar metoksil lebih rendah dibandingkan lignin dari lindi hitam kraft. Gambar 12 juga menunjukkan bahwa kadar metoksil lignin
kraft lebih tinggi dibandingkan kadar metoksil lignin soda pada setiap konsentrasi H2SO4.
Gambar 12. Grafik pengaruh konsentrasi H2SO4 dan jenis
lindi hitam terhadap kadar metoksil lignin
Perbedaan kadar metoksil dari kedua jenis isolat lignin diduga disebabkan oleh perbedaan jenis dan kadar metoksil bahan baku yang digunakan dalam proses pulping. Isolat lignin soda menggunakan jerami padi yang merupakan jenis tanaman non kayu (rumput-rumputan), sedangkan lignin kraft
menggunakan kayu eucalyptus yang merupakan jenis kayu daun lebar. Kadar metoksil pada kayu daun lebar lebih tinggi dibandingkan pada tanaman non kayu (rumput-rumputan).
Menurut Sugestyet al. (1986), lignin dari kayu daun lebar (angiospermae) memiliki kandungan metoksil yang lebih banyak dibandingkan lignin dari kayu daun jarum (gymnospermae) dan non kayu. Kirk dan Othmer (1952) juga menyatakan bahwa kadar metoksil pada lignin berbeda tergantung pada sumber lignin dan proses delignifikasi yang digunakan. Jumlah gugus metoksil pada lignin kayu daun lebar adalah 20-21%, sedangkan pada kayu daun jarum adalah
14-15%. Rendahnya kadar metoksil disebabkan oleh perubahan gugus metoksil menjadi metil merkaptan, metil sulfida dan dimetil disulfida.
Fengel (1995) menyatakan bahwa variasi kandungan metoksil di dalam satu spesies mungkin disebabkan oleh sampel lignin yang tidak seragam dan perbedaan-perbedaan metoda serta kesalahan-kesalahan. Lignin asam menunjukkan kandungan metoksil yang rendah, kemungkinan karena pengaruh kimia yang keras selama isolasi.
§ Bobot Ekuivalen Lignin
Berdasarkan nilai rata-rata bobot ekuivalen lignin (Lampiran 3) yang diisolasi dengan berbagai konsentrasi H2SO4, terlihat bahwa bobot ekuivalen
isolat lignin kraft berkisar antara 1251-2067, sedangkan isolat lignin soda berkisar antara 1020-1833. Hasil analisis keragaman denganα = 0,05 (Lampiran 8), diketahui bahwa jenis lindi hitam dan konsentrasi H2SO4 berpengaruh sangat
nyata terhadap bobot ekuivalen lignin yang ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan nilaiα = 0,05. Sedangkan interaksi antara jenis lindi hitam dengan konsentrasi H2SO4tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap bobot ekuivalen lignin yang ditandai dengan nilai Pr > F memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilaiα = 0,05.
Dilihat dari hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 8), lignin hasil isolasi dari lindi hitamkraft memiliki bobot ekuivalen yang lebih besar dibandingkan lignin dari lindi hitam soda dan lignin yang diisolasi menggunakan konsentrasi H2SO4
20% memiliki bobot ekuivalen terbesar dibandingkan konsentrasi lainnya. Perlakuan setiap konsentrasi H2SO4 menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
bobot ekuivalen lignin.
Gambar 13 menunjukkan peningkatan bobot ekuivalen lignin akibat adanya peningkatan konsentrasi H2SO4. Bobot ekuivalen tertinggi dihasilkan pada
kondisi isolasi yang menggunakan konsentrasi H2SO4 20%, sedangkan bobot
ekuivalen terendah dihasilkan pada kondisi isolasi yang menggunakan konsentrasi H2SO4 5%, baik pada lignin yang berasal dari lindi hitam soda
maupun lindi hitam kraft. Bobot ekuivalen isolat lignin kraft lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lignin soda.
1251 1470 1931 2067 1020 1160 1536 1833 0 500 1000 1500 2000 2500 5 10 15 20 Konsentrasi H2SO4 (%) Bo bo t E kui va len Li gn in Kraft Soda
Gambar 13. Grafik pengaruh konsentrasi H2SO4dan jenis
lindi hitam terhadap bobot ekuivalen lignin
Meningkatnya bobot ekuivalen lignin seiring dengan peningkatan konsentrasi asam. Hal ini terjadi karena pada suasana asam lignin cenderung melakukan kondensasi sehingga unit-unit penyusun lignin (para-koumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol) yang semula larut akan terpolimerisasi membentuk molekul yang lebih besar. Selain itu, reaksi polimerisasi terjadi lebih sempurna saat konsentrasi H2SO4 20% sehingga
semakin banyak unit-unit penyusun lignin yang semula larut mengalami proses repolimerisasi dan membentuk polimer lignin.
Hal ini sesuai dengan pendapat Achmadi (1990) yang menyatakan bahwa pada suasana asam lignin cenderung melakukan kondensasi. Unit-unit penyusun lignin yang terkondensasi membentuk molekul yang lebih besar sehingga bobot molekulnya meningkat.
Distribusi bobot molekul lignin sangat bervariasi. Lignin merupakan senyawa organik yang sangat kompleks, yang terdiri dari sejumlah komponen zat penyusun yang sangat beragam, maka sulit untuk mendapatkan bobot molekul yang pasti. Menurut Connors et al. (1978) dalam Fengel (1995), dengan cara pemisahan kromatografi diperoleh data kisaran bobot molekul
lignin yaitu 370-44300. Sedangkan hasil penelitian Santoso (2003) menyatakan bobot molekul isolat lignin dari lindi hitam berkisar antara 304-4010.
Menurut Fengel (1995), beberapa faktor yang mempengaruhi bobot molekul lignin adalah keragaman prosedur isolasi lignin, degradasi makromolekul selama isolasi, efek kondensasi terutama pada kondisi asam, polidispersitas nyata dari lignin yang terlarut, metode penentuan yang tidak cukup untuk menentukan karakter polidispersitas lignin yang terisolasi, serta ketidaktentuan tentang sifat-sifat lignin dalam larutan sehingga menyulitkan sistem kalibrasi.
§ Identifikasi gugus fungsi lignin dengan spektrofotometer FT-IR
Isolat lignin yang dihasilkan dari kondisi isolasi terbaik dan menghasilkan rendemen dan kemurnian terbesar, selanjutnya diidentifikasi lebih lanjut dengan spektrofotometer FT-IR (Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy). Kondisi isolasi terbaik adalah isolat ligninkraft yang diisolasi dari jenis lindi hitamkraft
dengan menggunakan konsentrasi H2SO4 20%. Isolat lignin kraft dibandingkan
dengan lignin standar yang digunakan yaitu lignin indulin-AT. Tujuan dari analisa gugus fungsi adalah untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada lignin dari hasil isolasi maupun lignin standar yang digunakan.
Menurut Sutiani (1997), spektrofotometerskopi inframerah merupakan salah satu teknik identifikasi struktur baik untuk senyawa organik maupun senyawa anorganik. Analisa ini merupakan metode semi empirik dimana kombinasi pita serapan yang khas dapat diperoleh untuk menentukan struktur senyawa yang terdapat pada suatu bahan.
Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah inframerah. Vibrasi inframerah dapat dideteksi dan diukur pada spektrum inframerah bila vibrasinya menghasilkan perubahan momen dipol. Daerah inframerah dibagi dalam daerah dekat (12800-4000 cm-1), daerah sedang (4000- 200 cm-1), dan daerah jauh (200-10 cm-1). Radiasi inframerah yang penting dalam penentuan struktur atau analisa gugus fungsi dan paling banyak digunakan untuk keperluan praktis adalah daerah inframerah sedang yaitu dengan bilangan gelombang antara 4000-650 cm-1 (Khopkar, 2002).
Menurut Nur (1989), inframerah merupakan salah satu jenis gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,78 sampai 1000 µ m atau bilangan gelombang 12800 sampai 10 cm-1. Penggunaan inframerah yang paling banyak adalah pada daerah pertengahan dengan kisaran bilangan gelombang 4000 sampai 670 cm-1. Kegunaan yang paling penting adalah untuk identifikasi senyawa organik karena spektrumnya sangat komplek yang terdiri dari banyak puncak. Spektrum inframerah dari senyawa organik mempunyai sifat fisik yang khas, artinya kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah kecil sekali. Energi radiasi inframerah akan diabsorpsi oleh senyawa organik sehingga molekulnya akan mengalami rotasi atau vibrasi. Setiap ikatan kimia yang berbeda seperti C-C, C=C, C=O, O-H dan sebagainya mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda sehingga kemungkinan dua senyawa berbeda akan mempunyai absorpsi yang sama adalah kecil sekali.
Hasil identifikasi gugus fungsi isolat lignin dengan FT-IR menunjukkan pola serapan spektrofotometer yang sebagian besar mirip dengan lignin indulin-AT. Hasil identifikasi kedua lignin dapat dilihat pada Gambar 14 dan Tabel 7.
Tabel 7. Pita serapan infra merah isolat ligninkraft
dan lignin standar indulin-AT
No Isolat
lignin Indulin-AT
Kedudukan
(cm-1)*) Pita Serapan Asal *) 1 3409.09 3411.36 3450-3400 Rentangan OH
2 2836.36 2936.36 2940-2820 Rentangan OH pada gugus metil dan metilena
3 1711.36 - 1715-1710 Rentangan C=O tak
terkonjugasi dengan cincin aromatik
4 1661.36 1668.18 1675-1660 Rentangan C=O terkonjugasi dengan cincin aromatik 5 1602.27 1602.27 1605-1600 Vibrasi cincin aromatik 6 1513.63 1511.36 1515-1505 Vibrasi cincin aromatik 7 1463.63 1465.91 1470-1460 Deformasi C-H (asimetri) 8 1427.27 1427.27 1430-1425 Vibrasi cincin aromatik 9 1365.91 1365.91 1370-1365 Deformasi C-H (simetri) 10 1329.54 - 1330-1325 Vibrasi cincin siringil 11 1272.72 1270.45 1270-1275 Vibrasi cincin guaiasil 12 1040.91 1031.82 1085-1030 Deformasi C-H dan C-O *) menurut Hergert 1971dalam Fengel 1995
Berdasarkan Gambar 14, terlihat bahwa pada kedua lignin muncul peak
yang sama yaitu pada bilangan gelombang sekitar 2350-2375 cm-1 dengan intensitas yang tajam. Hal ini diduga disebabkan oleh pengotor yang terkandung saat preparasi sampel. Pada bilangan gelombang 3750-4000 cm-1 yang menunjukkan gugus -OH dari kedua sampel juga menunjukkan absorbansi yang jauh berbeda. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan kadar air dari kedua lignin.
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa isolat lignin kraft dan lignin standar indulin-AT berada dalam rentang pita serapan spektrofotometer FT-IR. Isolat lignin kraft memiliki seluruh pita serapan spektrofotometer FT-IR, sedangkan lignin standar indulin-AT tidak memiliki pita serapan 1330-1325 cm-
1
yang menunjukkan vibrasi cincin siringil dan pita serapan 1715-1710 cm-1 yang menunjukkan rentangan C=O tak terkonjugasi dengan cincin aromatik. Rentangan C=O tak terkonjugasi dengan cincin aromatik merupakan rantai karbon melingkar (C6) dengan ikatan C=O tak terkonjugasi.
Adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1329,54 cm-1 dan 1272,72 cm-1 pada isolat lignin kraftmenunjukkan bahwa lignin memiliki gugus siringil dan guaiasil yang merupakan prazat penyusun dalam lignin kayu daun lebar. Hal ini sesuai dengan sumber bahan baku lindi hitam kraft yaitu kayu
eucalyptus yang merupakan jenis kayu daun lebar. Pada lignin indulin-AT, hanya memiliki gugus guaiasil pada pita serapan dengan bilangan gelombang 1270,45 cm-1 dan tidak memiliki gugus siringil. Hal ini menunjukkan bahwa lignin standar indulin-AT berasal dari kayu daun jarum. Berdasarkan penelitian Santoso (2003) yang menggunakan indulin-AT sebagai standar juga menunjukkan bahwa lignin indulin-AT cenderung didominasi oleh lignin guaiasil yang banyak terkandung dalam kayu daun jarum.
Sugesty et al. (1986) menyatakan bahwa lignin pada jenis gymnosperms
(kayu daun jarum) terdiri dari unit guaiasil, lignin pada jenisangiosperms (kayu daun lebar) terdiri dari unit guaiasil dan siringil, sedangkan pada jenis rumput- rumputan terdiri dari unit guaiasil, siringil dan p-hidroksifenil.
Menurut Santoso (1995), bilangan gelombang isolat lignin dari kayu sengon untuk lignin siringil berada pada bilangan gelombang sekitar 1320 cm-1. Menurut Hergert (1971)dalam Fengel (1995), serapan khas guaiasil dan siringil (vibrasi cincin) masing-masing terdapat pada bilangan gelombang sekitar 1270-1330 cm-1.
Fengel (1995) menyatakan bahwa pergeseran bilangan gelombang mungkin saja terjadi disebabkan oleh adanya pengaruh struktur batas (bordering) pada inti aromatik yang terkandung dalam bahan yang dianalisis. Meskipun spektrum infra merah merupakan sifat khas senyawa-senyawa yang strukturnya sudah diketahui secara pasti, terdapat sejumlah ketidaktentuan bila menginterpretasi spektra IR lignin. Hal ini terutama disebabkan oleh dua faktor. Pertama, terdapat variasi yang besar dalam struktur dan komposisi lignin, tergantung pada asal sampel dan prosedur isolasi khusus. Kedua, variasi disebabkan oleh teknik- teknik pengukuran lignin yang berbeda dalam pelarut yang sesuai, dalam bentuk film atau dalam bentuk penggunaan yang paling sering yaitu pellet kalium bromida.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Lignin dapat diisolasi dari lindi hitam dengan cara pengendapan menggunakan asam. Karakteristik kedua jenis lindi hitam secara visual berwarna coklat kehitaman. Lindi hitam sulfat (kraft) berwarna lebih gelap dibandingkan lindi hitam soda. Kedua jenis lindi memiliki bau yang tidak sedap yang disebabkan oleh adanya senyawa belerang bivalen diantaranya metil merkaptan, dimetil sulfida dan dimetil disulfida yang merupakan turunan dari hidrogen sulfida.
Karakteristik lain dari kedua jenis lindi hitam adalah pengujian secara kimia yaitu pH, massa jenis, padatan total, abu tersulfatasi dan senyawa organik. pH lindi hitam soda adalah sebesar 9,50 dan lindi hitam sulfat sebesar 13,10. Massa jenis pada lindi soda sebesar 1,03 dan lindi sulfat sebesar 1,10, padatan total lindi soda sebesar 5,88% dan lindi sulfat sebesar 18,67%, abu tersulfatasi lindi soda sebesar 37,30% dan lindi sulfat sebesar 31,80% serta senyawa organik pada lindi hitam soda sebesar 62,70% dan lindi hitam sulfat (kraft) sebesar 68,20%. Kedua jenis lindi hitam memiliki karakteristik yang berbeda, diduga disebabkan oleh perbedaan jenis dan konsentrasi bahan kimia pemasak pulp yang digunakan kedua pabrik, perbedaan bahan baku yang digunakan serta perbedaan perbandingan antara jumlah bahan baku dan bahan kimia yang digunakan.
Dari hasil analisis keragaman denganα = 0,05 diperoleh hasil bahwa faktor jenis lindi hitam berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar lignin, pH, kadar metoksil dan bobot ekuivalen lignin, sedangkan faktor konsentrasi H2SO4
berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar lignin, pH dan bobot ekuivalen lignin. Interaksi antara jenis lindi hitam dan konsentrasi H2SO4 berpengaruh nyata
terhadap rendemen dan kadar lignin.
Lignin yang dihasilkan secara visual memiliki warna coklat kehitaman dan untuk lignin isolat kraft berwarna lebih gelap dibandingkan lignin isolat soda. Kondisi isolasi terbaik adalah kondisi dimana lignin yang dihasilkan memiliki nilai rendemen dan kadar lignin tetinggi. Berdasarkan hasil analisis keragaman
dan uji lanjut Duncan, maka kondisi isolasi terbaik yang dicapai adalah isolasi lignin yang menggunakan lindi hitam sulfat (kraft) dengan konsentrasi H2SO4
20%.
Rendemen lignin rata-rata dari kombinasi perlakuan terbaik adalah sebesar 27,74% dari padatan totalnya dan kadar lignin (kemurnian) rata-ratanya sebesar 81,48%. Isolat lignin ini memiliki nilai pH (keasaman) sebesar 2,70, kadar metoksil sebesar 3,30% dan bobot ekuivalen lignin sebesar 2067. Hasil identifikasi FT-IR dari isolat lignin kraft menunjukkan pola serapan spektro IR yang sebagian besar mirip dengan lignin indulin-AT sebagai standarnya. Isolat