• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. PENILAIAN AUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013

2. Karakteristik Penilaian Autentik

21

profesional dalam bidangnya. Sedangkan menurut Richard J Stiggint penilain autentik adalah penilian kinerja dengan meminta peserta didik atau peserta ujian untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi khusus, yakni dengan mengaplikasikan keterampilan dan kompetensi yang telah dikuasai.37

Selanjutnya, Sunarti dan Selly Rahmawati berpendapat, penilaian autentik merupakan proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 38 Mueller, dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, berpendapat bahwa:

Penilaian autentik merupakan a form of assessment I which student are asked to

perform real-world tasks that demonstrate meaningfull application of essential knowledge and skills.

Jadi penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang meminta pembelajar untuk menunjukkan kinerja sebagaimana dilakukan di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. 39

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar berdasarkan situasi dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan dalam memecahkan masalah. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian autentik mengukur dan menilai semua hasil belajar, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

2. Karakteristik Penilaian Autentik

37Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik,(Jakarta: Bumi Aksara), 2016), hlm. 23.

38Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilain Kurikulum 2013 Membantu Guru dan Calon Guru Mengetahui Langkah-langkah Penilaian Pembelajaran, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), hlm. 27.

39Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE, 2016), hlm. 330.

22

22

Penilaian dikatakan autentik, menurut Kunandar, harus memiliki beberapa karakter atau ciri, diantaranya:

a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil. Yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja atau produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didik secara nyata dan objektif.

b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya, dalam penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

c) Menggunakan berbagai macam cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai macam teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.

d) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian.

e) Tugas-tuas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.

23

23

f) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik dalam pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.40

Sedangkan menurut Nurhadi, dikutip oleh Sunarti dan Selly Rahmawati, karakteristik penilaian autentik, di antaranya:

a) Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience). b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. c) Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi.

d) Lebih menekankan pada keterampilan dan performance, bukan mengingat fakta atau teori.

e) Berkesinambungan. f) Terintegrasi.

g) Dapat digunakan sebagai umpan balik.

h) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui peserta didik dengan jelas.41

Kunandar, ditempat lain, menyebutkan karakteristik penilaian autentik di antaranya: a) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. Artinya, penilaian autentik dapat

dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti dalam satu semester (sumatif).

b) Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian autentik itu ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan aspek

40Kunandar, Penilaian Autentik, hlm. 39.

24

24

keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).

c) Berkesinambungan dan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik harus secara berkesinambungan (terus menerus) dan merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.

d) Dapat digunakan sebagai feed back. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi peserta didik secara komprehensif.42

Beberapa pembaharuan yang tampak pada karakteristik penilaian autentik adalah: (a) melibatkan siswa dalam tugas yang penting, menarik, berfaedah dan relevan dengan kehidupan nyata siswa, (b) tampak dan terasa sebagai kegiatan belajar, bukan tes tradisional, (c) melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan mencakup pengetahuan yang luas, (d) menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakannya akan dinilai, (e) merupakan alat penilaian yang latar standar (standard setting), bukan alat yang distandarisasikan, (f) berpusat pada siswa (student centered), bukan berpusat pada guru (teacher centered), dan (g) dapat menilai siswa yang berbeda kemampuan, gaya belajar, dan latar belakang kulturalnya.43

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan penilaian autentik ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yakni:

a) Autentik dari instrumen yang digunakan. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi (tidak hanya satu instrumen) yang disesuaikan dengan karakteristik atau tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum.

42Kunandar, Penilaian Autentik, hlm. 40.

25

25

b) Autentik dari aspek yang diukur. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara komprehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

c) Autentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses, (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar-mengajar.

Dokumen terkait