• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

3. Karakteristik Penyesuaian Diri

Setiap individu dalam menghadapi berbagai kebutuhan, tuntutan, konflik, ketegangan, serta frustasi akan memberikan respon serta proses pendekatan yang berbeda. Satu individu dimungkinkan akan memunculkan respon dan pendekatan ketika menghadapi permasalahannya merasa tanpa ada beban, dan mampu menghadapinya dengan fikiran yang jernih dan tenang. Namun, terdapat juga individu yang lain dimana menganggap permasalahan yang dihadapinya sebagai suatu beban yang bisa mengancamnya. Dengan perbedaan respon atau reaksi yang muncul tersebut hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang melakukan persepsi, penilaian, serta melakukan evaluasi atas tindakan yang dilakukannya serta situasi yang dihadapinya. Persepsi, serta penilaian dan evaluasi pada realitas ini yang disebut dengan realitas individu (Desmita, 2012).

Perbedaan dari setiap individu inilah yang menjadikan konsep dari penyesuaian diri menjadi bersifat relatif, sehingga tidak dapat ditentukan secara baku dan tetap akan pilihan-pilihan bagaimana cara-cara dalam menghadapi dan mengatasi berbagai tekanan, ketegangan, frustasi dan stres yang dihadapinya secara pasti. Menurut Schneiders (Indarwati & Fauziah, 2012) penyesuaian menjadi bersifat relatif dikarenakan, yang pertama, penyesuaian diri dapat dirumuskan dan dievaluasi dalam pengertian dan kemauan seseorang untuk berubah atau untuk mengatasi tuntutan atau tekanan yang dihadapinya, kemampuan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan bagaimana kualitas kepribadian seseorang serta tahap perkembangannya.

Alasan yang kedua adalah kualitas dari penyesuaian diri itu sendiri yang dapat berubah-ubah terhadap beberapa hal diantaranya yang berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan, dan alasan ketiga adalah dikarenakan perbedaan individu yang masing-masing memiliki variasi tertentu (Desmita, 2012). Namun, penyesuaian diri memiliki beberapa karakteristik secara umum yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah seseorang memiliki penyesuaian diri yang baik atau tinggi atau memiliki penyesuaian diri yang buruk atau rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan dari bagaimana respon seseorang ketika menghadapi tuntutan kebutuhannya dan permasalahan-permasalahanya. Penyesuaian diri yang baik atau normal akan menunjukkan reaksi serta perilaku yang wajar. Schneiders menyebutkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang baik atau normal adalah sebagai berikut (Indarwati & Fauziah, 2012):

a. Ketiadaan Emosi yang Berlebihan

Seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya. Sehingga individu yang memiliki penyesuaian yang normal dapat dilihat dengan tidak munculnya emosi yang berlebihan. Ketika individu dihadapkan dengan masalah, ia akan merespon masalah tersebut dengan tenang sehingga individu mampu berfikir secara jernih untuk mendapatkan penyelesaian dengan cara yang tepat dari masalah yang dihadapinya. Ketika seseorang tidak mampu mengontrol emosinya hal tersebut tidak mengindikasikan sebuah keabnormalitasan tetapi merupakan bagaimana seseorang mampu mengontrol emosi-emosinya.

b. Ketiadaan Mekanisme Pertahanan Psikologis yang Salah

Penyesuaian diri yang normal akan dikarakteristikkan dengan tidak ditemukannya mekanisme-mekanisme pertahanan psikologis yang salah. Sebagai contoh apabila seseorang dihadapkan dengan kegagalan atas usaha yang dilakukannya maka seseorang dengan penyesuaian diri yang baik akan mengakui kegagalannya dan akan berusaha bangkit dan mencobanya kembali. Sebaliknya, seseorang dengan penyesuaian diri yang rendah akan berusaha melakukan rasionalisasi dengan menimpakan kesalahan dan penyebab kegagalan yang diterimanya kepada orang lain. Gangguan penyesuaian juga terjadi apabila indvidu cenderung melakukan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, kompensasi, dan proyeksi.

c. Ketiadaan Perasaan Frustasi Pribadi

Individu yang terbebas dari perasaan frustasi akan terlepas dari rasa tertekan dan stress. Perasaan frustasi itu sendiri pada umumnya akan membuat individu sulit bereaksi secara normal terhadap masalah. Contohnya, apabila terdapat seorang siswa yang merasa frustasi karena mendapatkan nilai hasil akademiknya yang terus merosot akan menjadi semakin sulit untuk berkonsentrasi dan mengorganisasikan fikiran-fikirannya dan akan mengganti reaksi yang seharusnya normal menjadi mekanisme pertahanan psikologis yang menjadikannya sulit dalam menyesuaikan diri, seperti marah-marah tanpa sebab ketika sedang bersama dengan orang lain.

d. Pertimbangan yang Rasional serta Kemampuan Mengarahkan Diri (self-direction)

Karakteristik yang terlihat dari individu yang memiliki penyesuaian diri yang normal adalah pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan kemampuannya dalam mengarahkan diri. Karakteristik ini digunakan individu dalam bertingkah laku sehari-hari ketika menghadapi permasalahan-permasalahan dikehidupannya seperti permasalahan-permasalahan ekonomi, hubungan sosial, kesulitan perkawinan dan lain-lain. Penyesuaian yang normal ditandai dengan kemampuan individu dalam menghadapi masalah, konflik, dan yang bisa menyebabkan frustasi dengan berfikir secara rasional dan mampu mengarahkan diri dalam tingkah laku dan tindakan yang sesuai dan sehingga menjadikan penyesuaian diri seseorang menjadi baik.

e. Kemampuan untuk Belajar

Penyesuaian diri yang normal dikarakteristikkan dengan belajar terus-menerus dalam mencoba untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang penuh dengan konflik, frustasi, atau stres. Salah satu contohnya adalah individu yang belajar menghindari sikap egois agar terjadi keharmonisan dalam keluarga atau dalam suatu kelompok sosial. Proses belajar yang dilakukan secara berkesinambungan dari proses belajar tersebut akan membantu individu memperoleh berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang dihadapi dan menghasilkan perkembangan dari kualitas personal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Kemampuan Menggunakan Pengalaman Masa Lalu

Seseorang dalam hidupnya akan selalu melalui proses pembelajaran, begitupun dalam menyesuaikan dirinya. Individu dengan penyesuaian diri yang baik akan menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalunya untuk belajar dalam menghadapi masalah yang dihadapinya. Penyesuaian yang normal juga ditandai ketika individu dalam menghadapi masalah, individu dapat membandingkan pengalaman sendiri dengan pengalaman orang lain sehingga pengalaman-pengalaman yang diperolehnya dapat menjadi acuan yang baik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

g. Bersikap Realistik dan Objektif

Individu dengan penyesuaian diri yang normal akan menunjukkan sikap realistik dan bersikap objektif. Sikap realistik dan objektif ini berkenaan dengan

orientasi individu terhadap kenyataan, mampu menerima kenyataan yang dialaminya tanpa merasa ada atau membuat konflik dan bisa melihatnya secara objektif. Sikap realistik dan objektif juga didasarkan pada pengalaman masa lalu, pemikiran yang rasional, serta dapat menghargai situasi dan masalah. Sikap realistik dan objektif juga digunakan untuk menghadapi peristiwa seperti misalnya seseorang yang baru saja kehilangan pekerjaannya tetapi tetap memiliki sikap realistis yang kuat sehingga dapat menerima situasi yang ada dan tetap melakukan hubungan baik dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka aspek-aspek penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Schneiders antara lain ketiadaan emosi yang berlebihan, ketiadaan mekanisme pertahanan psikologis yang salah, ketiadaan perasaan frustrasi pribadi, pertimbangan yang rasional serta kemampuan mengarahkan diri (self-direction), kemampuan untuk belajar, kemampuan belajar dari pengalaman, sikap realistik dan objektif (Indarwati & Fauziah, 2012).

Runyon dan Haber menyebutkan karakteristik dari penyesuaian diri yang baik yaitu memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani rasa stres dan kecemasan, memiliki gambaran diri yang positif, mampu mengekspresikan emosi dengan baik, serta memiliki hubungan interpersonal yang baik (Artha & Supriyadi, 2013).