• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan pada 90 orang responden yang merupakan wanita yang sudah menikah yang bertempat tinggal di kelurahan Padang Bulan. Karakteristik yang diamati terhadap responden mencakup umur dan tingkat pendidikan.

Berdasarkan karakteristik kelompok umur, hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai tengah (median) dari usia responden penelitian ini adalah 38 tahun dengan rentang usia 21-55 tahun.Kelompok umur terbanyak berada pada kelompok respoden berumur 41-45 tahun sebanyak 18,9 % responden (17 orang) dan yang paling sedikit adalah kelompok umur 36-40 tahun yang sebanyak 12,2 % (11 orang) dan kelompok umur 46- 50 tahun yang sebanyak 12,2 % (11 orang) dan juga kelompok umur 51-55 tahun yang sebanyak 12,2 % (11 orang). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kelompok umur

(tahun)

Jumlah (orang) Persentase %

21-25 13 14,4

26-30 14 15,6

36-40 11 12,2

41-45 17 18,9

46-50 11 12,2

51-55 11 12,2

Total 90 100

Untuk karakteristik responden menurut tingkat pendidikan, penelitian ini memperoleh data distribusi bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan rendah, yaitu sebanyak 50 orang ( 55,6%) dan yang paling sedikit berasal dari kelompok yang tinggi, yaitu sebanyak 13 orang (14,4%), sedangkan sisanya berada pada kelompok dengan tingkat yang sedang, yaitu sebanyak 27 orang (30%).

Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SMA dan sederajat 13

14,4

SMP dan sederajat 27 30.0

SD dan sederajat 50 55.6

Total 90 100

5.3. Hasil Analisa Data Pengetahuan 5.3. Deskripsi Hasil Penelitian

Variabel pengetahuan dalam penelitian ini diukur dengan 10 pertanyaan dalam kuesioner mengenai pengetahuan responden terhadap pap smear sebagai deteksi dini ca serviks. Selanjutnya gambaran pengetahuan ini akan diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang.

Dari hasil penelitian ini terhadap 90 orang responden diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebanyak 56,7% (51 orang) dan kelompok responden terendah memiliki gambaran pengetahuan dengan kategori baik yaitu 10 % (9 orang).

Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Responden Gambaran Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase ( % )

Baik 9 10

Cukup 30 33,3

Kurang 51 56,7

Jumlah 90 100

Distribusi jawaban responden untuk setiap pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap pap smear sebagai deteksi dini(screening) terhadap kanker serviks dapat dilihat di tabel 5.4. Sebagian besar responden mengetahui dan menjawab dengan benar yaitu pertanyaan ke-lima, ke-delapan. Pertanyaan ke-lima yang mengandung pertanyaan tentang kriteria sebelum melakukan pap smear dijawab benar oleh sebagian besar responden yaitu sebanyak 43,3% (39 orang). Begitu juga pertanyaan ke-delapan yang mengandung pertanyaan tentang penyebab kanker serviks, sebagian besar responden menjawab benar yaitu sebanyak 53,3% (48 orang). Selain itu terdapat juga sebagian responden yang menjawab salah yaitu sebanyak 74,4% (67 orang) dan 73,3% (66 orang) untuk pertanyaan pertama dan ke-sepuluh yang mengandung pertanyaan apa itu pemeriksaan pap smear dan apakah faktor penyebab tertinggi terjadinya kanker serviks.

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi jawaban responden atas pertanyaan pada variabel pengetahuan Pertanyaan Bobot Jawaban 1 0 N % N % 1. 23 25.6 67 74.4 2. 31 34,3 59 65.6 3. 27 30.0 63 70.0

4. 29 32.2 61 67.8 5. 39 43.3 51 56.7 6. 32 35.6 58 64.4 7. 27 30.0 63 70.0 8. 48 53.3 42 46.7 9. 27 30.0 63 70.0 10 24 26.7 66 73.3

Distribusi frekuensi tingkat pengertahuan ibu di kelurahan Padang Bulan mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia

Kelompok usia (tahun)

Tingkat pengetahuan

Total

baik Cukup Kurang

f % F % f % 21-25 1 10 0 0 12 24 13 26-30 0 0 4 13,3 10 20 14 31-35 2 20 2 6,7 9 18 13 36-40 1 10 4 13,3 6 12 11 41-45 2 20 9 30 6 12 17 46-50 4 40 5 16,7 2 4 11 51-55 0 0 6 20 5 10 11 Total 10 100 30 100 50 100 90

Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi terbesar, yaitu 40% responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan pap smear memiliki usia dalam rentang 46-50 tahun.Sementara untuk tingkat pengetahuan yang sedang, mayoritas responden berusia 41-45 tahun, yaitu sebesar 30 %. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang sebagian besar berasal dari kelompok usia 21- 25 tahun, yaitu sebesar 24 %.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu di kelurahan Padang Bulan mengenai pemeriksaan pap smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan

Tingkat pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % F % f %

Rendah 8 80 16 53,3 26 52 50

Sedang 2 20 10 33,3 15 30 27

Tinggi 0 0 4 13,3 9 18 13

Total 10 100 30 100 50 100 90

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik mengenai pemeriksaan pap smear memiliki tingkat pendidikan yang rendah,sebesar 80 %. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang juga berasal dari tingkat pendidikan yang rendah, yakni sebesar 53,3 %. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang berasal dari tingkat pendidikan rendah, yakni sebesar 52 %.

5.4. Pembahasan

5.4.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kelompok responden terbanyak berada pada 41-45 tahun sebanyak 17 orang (18,9%).

Menurut Roger dalam Notoadmojo (1993), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Apabila dilihat dari hasil penelitian, ternyata 56,7 % ibu di kelurahan Padang Bulan mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai pap smear, sedangkan ibu yang berpengetahuan sedang mengenai pap smear terdapat 33,3% dan selebihnya berpengetahuan baik, yaitu sebesar 10%.

Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wismen et.al (1988) yang dilakukan di AS pada warga negara Amerika keturunan Korea pada bulan April 1988, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,8% responden memiliki pengetahuan baik mengenai pap smear.

Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan pap smear di indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dininya.

Dari 90 orang responden, 10 % orang responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang Pap smear dan 33,3 % orang responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Pap smear [Tabel 5.3]. Dan didapati juga kebanyakkan ibu-ibu berada dalam tahap pengetahuan yang kurang, 56,7 % [Tabel 5.3].Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoadmojo (2003) yang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber bahwa pengetahuan dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang sehingga dalam upaya peningkatan masyarakat mengenai pap smear perlu dilakukan sosialisasi mengenai pap smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader ataupun petugas

kesehatan dalam masyarakat.

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar ibu yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 40 % berusia 46-50 tahun. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika, Wawalumaya, Dranindo dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta juga memperlihatkan hasil yang sama dimana ibu yang berpengetahuan baik memiliki rentang usia 45-54 tahun.

Hal ini mungkin disebabkan karena resiko tertinggi bagi seorang wanita untuk seorang wanita terkena kanker serviks adalah pada usia dekade 40-an (Husain dan Hoskins,2002). Jadi, ibu yang berusia sekitar 40- 50 tahun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya kanker serviks, sehingga informasi yang mereka cari dan peroleh mengenai pencegahan kanker serviks, termasuk pemeriksaan pap smear menjadi lebih baik.

Akan tetapi, berbeda dengan hasil penelitian oleh Klug, Hetser , Blettner, et all (2005) di Jerman memperlihatkan bahwa 42,7 % wanita yang berusia 20-29 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai pap smear. Perbedaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin dibandingkan dengan wanita Jerman.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan ibu di keluahan Padang Bulan mengenai Pap smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan diperoleh bahwa mayoritas responden yang berpengetahuan baik, cukup, maupun kurang. Keseluruhannya berasal dari kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Octavia tengah tahun 2009 memperlihatkan hasil yang berbeda,dimana diperoleh bahwa responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan pap smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 50%. Responden yang berpengetahuan sedang mayoritas juga berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan yang tinggi sebesar 40,6 %. Sedangkan ,responden yang memiliki pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan rendah, yakni sebesar 42

%. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai pap smear dapat dipengaruhi oleh pendidikan formal dan non formal yang diperolehnya.

Dapat dilihat dari tabel (soalan nomor 1), sebanyak 74,4 % responden tidak tahu mengenai tujuan Pap smear dan dipikirkan ini adalah suatu pengobatan. Meskipun responden mengetahui istilah tentang Pap smear, mereka hanya mengetahui tentang kewujudannya saja tetapi sama sekali tidak menjalankan pemeriksaan karena tidak tahu di mana dan kapan harusnya dilakukan pemeriksaan ini. Didapati dari tabel (soalan nomor 3), sebanyak 72,2% tidak tahu dimana Pap smear dilakukan. Ini diperkirakan tidak terdapat penyebaran informasi yang bagus mengenai hal ini. Ada responden yang mengatakan mereka malu untuk menunjukkan alat kelamin kepada petugas kesehatan jadi ditunda pemeriksaan Pap smear ini. Kebanyakkan penderita kanker serviks datang dengan keluhan yang sudah berada dalam stadium lanjut karena tidak menjalankan pemeriksaan seperti Pap smear sebelum ini. Semua ini mungkin merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian kanker serviks masih tinggi di Indonesia. (NationalCancer,2009)

Dokumen terkait