• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Parangloe

4.2 Karakteristik responden

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 orang petani di dua desa yaitu desa Bontokassi sebanyak 27 jiwa dan desa Belabori sebanyak 23 jiwa, pada bagian ini akan dijelaskan beberapa karakteristik responden menurut tingkat umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga,tingkat pendidikan, dan jumlah tenaga kerja.

4.2.1 Tingkat umur

Tingkat umur adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi para petani yang berada pada umur produktif yang memiliki kondisi yang optimal dalam melakukan kegiatan produksi dalam upaya meningkatkan

hasil produksi. Untuk mengetahui karakteristik tingkat umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2.Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

Umur

Desa Bontokassi Desa Belabori

Total Persen (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%) 30 – 34 2 7,41 0 0,00 4,00 35 – 39 2 7,41 3 13,04 10,00 40 – 44 5 18,52 2 8,70 14,00 45 – 49 4 14,81 3 13,04 14,00 50 – 54 2 7,41 0 0,00 4,00 55 – 59 8 29,63 10 43,48 36,00 60 – 64 2 7,41 4 17,39 12,00 65 - 69 2 7,41 1 4,35 6,00 Total 27 100,00 23 100,00 100,00

Data primer setelah (diolah,2016)

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut tingkat umur dimana umur tertinggi dari kedua desa berada pada umur 55-59 tahun untuk Desa Bontokassi sebanyak 8 orang (29,63 persen) dan Desa Belabori sebanyak 10 orang (43,48 persen) Sedangkan pada distribusi responden tingkat umur dimana umur terendah dari kedua desa berada pada umur 30 – 34 tahun dan umur 50 – 54 tahun sebanyak 0 orang (0,00 persen), 65 – 69 tahun 1 orang (4,35 persen) dalam menghasilkan produksi jambu mete. Rata-rata tingkat umur pada Desa Bontokassi dan Desa Belabori pada usia 51 tahun.

4.2.2. Pengalaman bertani

Pengalaman bertani adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dari proses kegiatan bertani. Pengalaman kerja yang lebih lama

dapat membuat petani memilki kemapuan dalam melakukan kegitan produksi dan pengembangan dibidang sektor pertanian dibandingkan dengan petani yang kurang berpengalaman. Namun hal ini bukan suatu kemutlakkan bahwa petani yang berpengalaman akan lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman karena terdapat faktor lain di dalam melakukakan suatu kegiatan produksi di sektor pertanian, Untuk lebih mengetahui karakteristik responden menurut pengalaman bertani di Desa Bontokassi, dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Bertani di desa Bontokassi, dan desa Belabori kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

Pengalaman bertani

Desa Bontokassi Desa Belabori Total Persentase (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%) 7 – 9 3 11,11 1 4,35 8,00 10 – 12 3 11,11 4 17,39 14,00 13 – 15 7 25,93 3 13,04 20,00 16 – 18 1 3,70 2 8,70 6,00 19 – 21 3 11,11 3 13,04 12,00 22 – 24 0 0,00 2 8,70 4,00 25 – 27 5 18,52 4 17,39 18,00 28 – 30 5 18,52 4 17,39 18,00 total 27 100,00 23 100,00 100,00

Sumber :Data primer setelah (diolah,2016)

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut pengalaman bertani tertinggi pada Desa Bontokassi pada interval 13 – 15 tahun dengan jumlah responden sebanyak 7 orang (25,93 persen) dan terendah ada pada interval 22 – 24 tahun sebanyak 0 (0,00 persen) dan pada Desa Belabori pengalaman bertani yang pada interval 10 – 12 tahun sebanyak 4 orang (17,39 persen), 25 – 27 tahun sebanyak 4 orang (17,39 persen) dan 28 – 30 tahun sebanyak 4 orang (17,39 persen) merupkan hasil tertinggi dan terendah pada

interval 7 – 9 tahun sebanyak 1 orang (4,35 persen). Rata-rata pengalaman bertani pada Desa Bontokassi dan Desa Belabori 19 tahun.

4.2.3. Jumlah tanggungan keluarga

Dari pendapatan usahatani Jambu mete setiap kepala rumah tangga yang memiliki penghasilan sebagian biaya dari penghasilan digunakan untuk membiayai hidup seluruh anggota keluarga, adapun jumlah tanggungan keluarga responden petani dapat dilihat pada table 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Jumlah tanggungan keluarga di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Desa Bontokassi Desa Belabori Total

Persentase (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%) 1 – 2 3 11,11 2 8,70 10,00 3 – 4 15 55,56 17 73,91 64,00 5 – 6 8 29,63 4 17,39 24,00 7 – 8 1 3,70 0 0,00 2,00 total 27 100,00 23 100,00 100,00

Sumber :Data primer setelah (diolah,2016)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut jumlah tanggungan keluarga tertinggi dari kedua desa berada pada interval 3 – 4 orang dimana di Desa Bontokassi sebanyak 15 orang (55,56 persen) dan di Desa Belabori sebanyak 17 orang (73,91 persen) dan jumlah tanggungan keluarga terendah dari kedua desa berada pada interval 7 – 8 orang dimana di Desa bontokassi sebanyak 1 orang (3,70 persen) dan di Desa Belabori sebanyak 0 orang (0,00 persen). Rata-rata tanggungan keluarga pada Desa Bontokassi dan Desa Belabori sebanyak 4 orang. hal tersebut menunjukkan bahwa tanggungan keluarga

menjadikan salah satu hal yang penting bagi petani Jambu mete agar dapat mengurangi biaya pengeluaran usahatani Jambu mete.

4.2.4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator keadaan sosial ekonomi masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam menerima inovasi yang terjadi pada masyarakat terutama di bidang teknologi yang terus berkembang. Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

Tingkat Pendidikan

Desa Bontokassi Desa Belabori

Total Persentase (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%) SD 15 55,56 10 43,48 50,00 SMP 9 33,33 9 39,13 36,00 SMA 2 7,41 4 17,39 12,00 S1 1 3,70 0 0,00 2,00 total 27 100,00 23 100,00 100,00

Sumber :Data primer setelah (diolah,2016)

Dari tabel 4.5, dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut tingkat pendidikan tertinggi dari kedua desa berada pada interval SD dimana di Desa Bontokassi sebanyak 15 orang (55,56 persen) dan Desa Belabori sebanyak 10 orang (43,48 persen) dan tingkat pendidikan terendah berada pada interval tidak sekolah dan S1 dimana di Desa Bontokassi sebanyak 1 orang (3,70 persen) dan Desa Belabori 0 orang (0,00 persen). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe

Kabupaten Gowa tergolong sudah berada pada taraf menengah, walaupun masih tamatan Sekolah Dasar yang masih mendominasi di dua desa ini akan tetapi para petani sudah dapat memahami inovasi yang sudah ada dalam kegiatan usahatani dalam mengelolah produksi Jambu mete.

4.2.5. Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan penting terhadap kegiatan usahatani jambu mete .Untuk lebih mengetahui karakteristik responden menurut jumlah tenaga kerja di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut jumlah tenaga kerja di Desa Bontokassi dan Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.

Jumlah Tenaga Kerja

Desa Bontokassi Desa Belabori Total Persentase (%) Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%) 1-2 16 59,26 16 69,57 64,00 3-4 11 40,74 7 30,43 36,00 total 27 100,00 23 100,00 100,00

Sumber :Data primer setelah (diolah,2016)

Dari tabel 4.6, dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut jumlah tenaga kerja tertinggi dari kedua desa, Desa bontokassi dan Desa belabori berada pada interval 1 – 2 orang sebanyak 16 orang (59,26 persen) dan jumlah tenaga

kerja terendah berada pada interval 3 – 4 orang dimana dimana di Desa Bontokassi sebanyak 11 orang (40,74 persen) dan Desa Belabori sebanyak 7 orang (30,43 persen). Rata-rata tenaga kerja pada Desa Bontokassi dan Desa Belabori sebanyak 2 0rang. hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja masih membantu mempermudah dalam hal pemaneman jambu mete.

4.3. Distrtibusi Responden Usahtani Jambu Mete

Dokumen terkait