• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik responden

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan tingkat III dengan jumlah responden 87 orang. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tentang karakteristik responden yaitu usia minimum responden adalah 19 tahun dan usia maximum responden adalah 25 tahun., dengan umur rata-rata responden adalah 20,66 tahun. Jenis kelamin dari responden pada penelitian ini adalah laki-laki (41,4 %) dan

perempuan (58,6%). Hasil penelitian tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.1 : Tendensi sentral karakteristik usia mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

Karakteristik Minimum Maximum Rata-Rata

Umur 19 25 20,66

Tabel 5.2. : Distribusi dan frekuensi jenis kelamin mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. Laki-laki Perempuan 36 51 41,4 58,6

5.1.2 Motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Tabel 5.3 menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 64 orang (73,7 %) dan memiliki motivasi rendah untuk meningkatkan pendidikan sebanyak 23 orang (26,3 %). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n = 87)

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. Motivasi tinggi Motivasi rendah 64 23 73,7 26,3

Berdasarkan jenis motivasi yang diteliti didapatkan hasil motivasi intrinsik yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 77 orang (89,7 %) dan memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan sebanyak 10 orang (11,3 %). Sedangkan motivasi ektrinsik yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 59 orang (75,3 %) dan memiliki motivasi rendah untuk melanjutkan pendidikan sebanyak 28 orang (24,7 %). Data ini dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi motivasi intrinsik dan ekstrinsik mahasiswa

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. Motivasi Intrinsik a. Tinggi b. Rendah Motivasi ekstrinsik a. Tinggi b. Rendah 77 10 59 28 89,7 11,3 75,3 24,7

Tabel 5.5 menunjukan hasil dari sub variabel motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. Sub variabel motivasi intrinsik terdiri dari nilai yang dianut, cita-cita, harapan dan minat. Mahasiswa yang memiliki kategori nilai yang dianut tinggi adalah 55 orang (63,3%) dan nilai yang dianut rendah adalah 32 orang (36,7%), cita-cita tinggi 66 orang (75,9%) dan cita-cita rendah 21 orang (24,1%), harapan yang tinggi 62 orang (71,3%) dan harapan yang rendah 25 orang (28,7%), serta minat yang tinggi 54 orang (62,2%) dan minat yang renah 33 orang (37,8%). Gambaran ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi sub variabel motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1.

2.

3.

4.

Nilai yang dianut : a. Tinggi b. Rendah Cita-cita : a. Tinggi b. Rendah Harapan : a. Tinggi b. Rendah Minat a. Tinggi b. Rendah 55 32 66 21 62 25 54 33 63,3 36,7 75,9 24,1 71,3 28,7 62,2 37,8

Sedangkan yang termasuk sub variabel motivasi ekstrinsik terdiri atas lingkungan, reward/keuntungan, dan punishment/kerugian. Mahasiswa yang memiliki kategori lingkungan yang tinggi adalah 44 orang (48,7%) dan lingkungan yang rendah 43 orang (51,3%), reward/keuntungan yang tinggi 75 orang (86,3%) dan reward/keuntungan yang rendah 12 orang serta punishment/kerugian yang tinggi 52 orang (59,9%) dan punishment/kerugian yang rendah 35 orang (40,1%). Data ini dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut : Tabel 5.6 : Distribusi frekuensi sub variabel motivasi ekstrinsik mahasiswa

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan (n =. 87).

No Karakteristik Frekuensi Persentase

1. 2. 3. Lingkungan : c. Tinggi d. Rendah Reward / keuntungan : c. Tinggi d. Rendah Punishment/ kerugian : c. Tinggi d. Rendah 44 43 75 12 52 35 50,7 49,3 86,3 13,7 59,9 40,1 5.2 Pembahasan

Desain deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan

Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan. Responden pada penelitian ini berjumlah 87 orang responden.

Hasil dari penelitian ini, mayoritas mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan yaitu sebanyak 64 orang (73,7 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Wang (2009) yang menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan. Seperti yang dijelaskan Setiawati (2008), yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Achmad (2009) yang mengemukakan bahwa motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa motivasi intrinsik mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkankan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan adalah mayoritas tinggi yaitu sebanyak 77 orang responden (89,7%).

Berdasarkan sub variabel motivasi intinsik yang paling tinggi adalah cita-cita (75,9%) dan harapan (71,3%). Berdasarkan penelitian responden ingin mencapai cita-cita sebagai perawat profesional dan responden tidak puas hanya bergelar dengan Ahli Media Keperawatan (Amd.Kep), dengan nilai rata-rata responden (3,49). Cita-cita itu merupakan dasar atau modal untuk menggapai suatu tujuan. Bila cita-citanya tinggi berarti seseorang tersebut mempunyai dasar untuk mencapai tujuannya (Junaedogawa, 2009). Responden berharap dengan melanjutkan pendidikan di sarjana keperawatan dapat pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari akademi keperawatan dengan harapan untuk mudah lulus menjadi pengawai negeri sipil nantinya, dengan nilai rata-rata responden (3,45). Harapan merupakan keinginan yang ingin dicapai oleh hati seseorang dan harapan juga diartikan sesuatu yang membuat seseorang bertahan didalam rintangan. Harapan mengembangkan ketekunan dan sikap pantang menyerah. Dengan harapan, seseorang bisa melakukan apa yang dia inginkan (Arianto, 2009).

Ditinjau dari sub variabel intrinsik lainnya, minat memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai yang dianut, harapan dan cita-cita, akan tetapi secara keseluruhan tetap tinggi yaitu (62,2%). Hurlock, 1993 (Grahacendikia, 2009) menjelaskan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dan minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Berdasarkan hasil penelitian

mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan . Sejalan dengan itu, penelitian oleh Gie (1998) di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan adalah kekurangan minat.

Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari sub variabel ekstrinsik didapatkan yang paling tinggi adalah reward/keuntungan (86,3%). Reward merupakan reinforcement yang positif. Reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya (Sudrajat, 2008).

Dua unsur sub variabel ekstrinsik lainnya yaitu keuntungan dan lingkungan didapatkan nilai lebih rendah dari reward/keuntungan. Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai lingkungan (49,3%) dan keuntungan (40,1%). Punishment diartikan sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Punishment dilakukan untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik (Sudrajat, 2008). Hasil dari lingkungan dan kerugian ini yang mempengaruhi secara keseluruhan bahwa motivasi ekstrinsik lebih rendah dari motivasi intrinsik

Sejalan dengan hal itu, Teori Herzberg menjelaskan bahwa motivasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam

diri seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupannya (Sudrajat, 2008). Hal ini dapat dilihat dalam hasil penelitian cita-cita (75,9%) dan harapan (71,3%) yang ada dalam diri mahasiswa yang disebut sebagai faktor internal atau motivasional, secara nyata terlihat dari faktor eksternal yang disebut faktor higiene atau pemeliharaan yaitu keinginan responden untuk mendapatan keuntungan (86,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Teori Herzberg bahwa antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik saling mempengaruhi. Motivasi ekstrinsik akan mempengaruhi terbentuknya motivasi intrinsik dan sebaliknya.

Selanjutnya motivasi juga diartikan salah satu hal yang diperlukan oleh mahasiswa dalam upaya untuk meningkatkan pendidikannya. Seperti yang di jelaskan Purwanto (1998) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Murwani (2008), pendidikan keperawatan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi sehingga dapat menghasilkan tenaga keperawatan yang berkualitas. Penataan pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan.

Kondisi kenyataan yang ada, kurangnya jumlah mahasiswa yang lulusan dari Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan yang

melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan . Hal ini dapat kita lihat dari data mahasiswa yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana dalam 5 tahun terakkhir bahwa pada tahun 2004 adalah 5 %, tahun 2005 adalah 2,5 %, tahun 2006 adalah 3,7 %, tahun 2007 adalah 1,25 % dan tahun 2008 adalah 1,25 %. Seharusnya dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa motivasi yang tinggi (73,7 %) untuk melanjutkan pendidikan tersebut, maka mempunyai jumlah mahasiswa yang lebih banyak melanjutkan pendidikannya ke tingkat sarjana keperawatan. Masalah ini banyak faktor yang harus dilihat dibelakangnya, seperti biaya pendidikan yang mahal, susahnya mendapatkan izin tugas belajar dari pemerintahan daerah setempat. Penelitian ini hanya memaparkan bagaimana motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan, maka perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana keperawatan.

Dokumen terkait