• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini didapatkan 26 sampel anak, dengan karakteristik anak yang akan dibahas adalah umur anak, jenis kelamin, pendidikan terakhir orang tua, dan lamanya durasi orang tua menemani anak.

Pada penelitian ini mengambil variabel umur anak, karena perkembangan dan pertumbuhan seorang anak akan berbanding lurus dengan usia anak dan pada setiap umur akan memiliki respon pendengaran yang berbeda pula.

Terdapat empat aspek fungsional yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu : motorik kasar, motorik halus dan pengelihatan, berbicara/ bahasa dan pendengaran, sosial, emosi, dan perilaku. Keempat aspek tersebut memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, dimana apabila terdapat kekurangan dari salah satu aspek tersebut maka akan mempengaruhi aspek yang lain.

Berdasarkan umur sampel yang didapat pada penelitian rata-rata umur anak adalah 20 bulan, dan total skor yang didapatkan pada anak usia ini sesuai dengan proses perkembangannya diusia 19-24 bulan.

Proses tumbuh kembang anak pada usia 19-24 bulan. Pada tahun pertama pertumbuhan fisik, pendewasaan, pencapaian kemampuan, dan reorganisasi psikologi terjadi dengan cepat. Selain itu terdapat perkembangan pada daerah motorik kasar, motorik halus dan perkembangan kognitif perkembangan fisik. Perkembangan motorik merupakan suatu kemajuan pada usia ini (19-24 bulan) dengan perkembangan dibidang keseimbangan dan kelincahan serta munculnya kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Perkembangan bahasa pun berkembang secara dramatis pada periode ini. Pada usia ini anak mampu memberikan nama obyek bertepatan yang kedatangan pemikiran simbolistik, dan anak mungkin menunjuk suatu benda dengan jari telunjuk bukannya dengan semua jari, seolah-olah mencari perhatian terhadap obyek tersebut. Setelah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak berkembang dari 10-15 kata-kata, dan pada usia 18 bulan dan menjadi 100 atau

lebih pada usia 2 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai belajar makan sendiri, menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar dan dia juga sudah mulai memperhatikan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka. 11

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik dan bagaimana menjaga kesehatan. Selain itu orang tua dengan pendidikan yang baik dapat membantu proses validasi kuesioner ini.

Pada penelitian ini didapatkan pendidikan terakhir orang tua anak bervariasi dari bermacam-macam tingkat pendidikan dari SD sampai S2 dengan rincian sebagai berikut SD-SMP (3 responden), SMA (9 orang), D3 (5 orang), S1-S2 (9 orang). Sejauh peneletian ini tidak terdapat keluhan orang tua dalam pengisian kuesioner ini dikarenakan setiap butir-butir pertanyaan disertai oleh contoh maksud dari butir pertanyaan tersebut.

Pada penelitian ini, didapatkan responden yang bersedia mengisi kuesioner lebih banyak dari kalangan yang pendidikan akhirnya SMA dan S1-S2, hal ini dikarenakan tingkat pemahaman dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan proses tumbuh kembang anak.

Tingkat pendidikan orang tua yang rendah merupakan resiko keterlambatan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan kemampuan dalam memberikan stimulus kurang dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan seorang ibu sangat mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya, perilaku hidup sehat, pendidikannya dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Thailand, anak yang diasuh oleh orang tua yang berpendidikan rendah memiliki resiko tiga kali mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan orangtua yang berpendidikan tinggi.16

Berdasarkan laporan penelitian Fakultas Pertanian IPB tahun 1994 bahwa faktor sumber daya dalam keluarga berupa pendidikan terbukti berpengaruh besar terhadap perbaikan keadaan gizi. Waktu interaksi ibu dan anak serta dukungan emosional ibu juga berpengaruh terhadap gizi anak. Anak dari kelompok keluarga

26

berpendidikan lebih tinggi memiliki skor IQ yang lebih tinggi pula. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap IQ dari anaknya. 10

Berdasarkan Jenis kelamin, didapatkan pada penelitian kali ini sebanyak, laki-laki 13 anak dan perempuan 13 anak . Jenis kelamin didalam tumbuh kembang ini dapat dilihat dari umur anak, dimana anak perempuan pacu tumbuhnya lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pertumbuhan anak perempuan akan lebih cepat berhenti. Jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan pada masa pertumbuhan balita dapat dibedakan berdasarkan umur.

Lamanya durasi berinteraksi sama anak sangat penting karena akan berpengaruh terhadap sejauh mana orang tua mengetahui perkembangan anaknya, dan hal ini juga nantinya akan berpengaruh terhadap proses pengisian kuesioner

littlEARS, oleh karena itu dalam pengisian kuesioner ini dibutuhkan orang yang

selalu berinteraksi bersama sang anak.

Pada penelitian ini didapatkan durasi interaksi orang tua dengan anaknya sebanyak 20 orang tua yang menemani anaknya diatas 8 jam dan 6 orang tua yang menemani anaknya dibawah 8 jam.

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka terhadap orang tuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Adapula interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama orang tua terhadap anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. 17

5.2 Validitas dan Reliabilitas

Uji validasi dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen disebut valid bila instumen tersebut melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharunya diukur.18

Dalam melakukan uji validitas suatu kuesioner dilakukan dengan 2 cara. Yang pertama dengan melakukan validitas keseluruhan kuesioner dengan cara melihat nilai reliabilitas dan yang kedua dengan cara melakukan validasi perbutir kuesioner dengan menggunakan metode korelasi product moment pearson atau melihat corrected item total correlation.18

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa butir pertanyaan 1,2,3,4 memiliki nilai r hitung 0, hal ini dikarenakan saat pengisian kuesioner semua responden menjawab dengan jawaban yang sama “ya” atau “tidak”. Seperti pada butir

pertanyaan 1-4 semua responden menjawab “ya”, dikarenakan pada kuesioner

littlEARS ini disusun berdasarkan pola tumbuh kembang anak dari 0-24 bulan.

Oleh karena itu, berdasarkan teori anak normal pada usia 19-24 bulan, yang dimana anak sudah dapat menunjuk anggota tubuh, anak sudah mulai mengikuti perintah dan permintaan yang mudah, mendengarkan cerita sederhana, lagu dan irama, dan menunjuk gambar sesuai dengan namanya. Dan perkembangan bicara pun berkembang pada usia ini, anak akan mampu mengucapkan 2 sampai 10 kata pada usia 10-15 bulan. Kemampuan ini akan bertambah 1 kata tiap minggu, sehingga pada usia 18 sampai 20 bulan anak mampu mengucapkan 20 kata tunggal atau 2 kata sekaligus. 11

Untuk melakukan validitas perbutir item pertanyaan, dapat dilihat dari nilai Corrected Item Total Correlation. Butir pertanyaan akan dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dengan r tabel, dengan nilai r tabel sebesar 0,404 Dari hasil output didapatkan pada tabel 4.3 bahwasanya butir item yang dikatakan valid hanya 2, pertanyaan butir 15 (0,417) dan butir 23 (0,409). Untuk beberapa butir pertanyaan yang tidak valid yang memiliki nilai r tabel kurang dari 0,404 maka disarankan untuk diganti bahasanya supaya dapat lebih dimengerti oleh responden agar memudahkan dalam pengisian, atau selama pengisian kuesioner didampingi oleh orang yang paham dengan pertanyaannya baik dari dokter atau pemberi kuesioner.

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur. Pada uji reliabilitas berikatan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen. Suatu instrumen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi (konsisten) jika hasil dari penguji instrumen tersebut menunjukan hasil yang tetap atau sama.

28

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu alat ukur/ instrumen. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila digunakan beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek tidak berubah.18

Hasil nilai reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha. Pada penelitian ini didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,310. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini reliabel, akan tetapi dengan nilai reliabilitas yang rendah. Pada penelitian ini didapatkan nilai reliabilitas yang rendah, hal ini disebabkan karena sampel yang diambil tidak homogen atau sampel yang diambil dari 2 tempat yang berbeda yang satu dari RS.Budi Kemuliaan dan satu lagi dari Posyandu. Sehingga, dengan sampel yang tidak homogen ini bisa berkaitan dengan latar belakang pendidikan responden yang mengisi kuesioner ini karena responden yang memiliki pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi terhadap nilai reliabilitas. Selain itu, tidak adanya variasi yang signifikan dalam proses tumbuh kembang anak pada usia 18-24 tahun ini juga bisa menjadi penyebab rendahnya nilai reliabilitas pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kuesioner ini hanya dapat digunakan pada satu penelitian tunggal (pada usia 19-24 bulan) sehingga kuesioner ini tidak bisa dijadikan alat pre-screening kedepannya.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi kuesioner littlEARS berbahasa Indonesia. Adapun sumber kuesioner awal adalah berbahasa Inggris. Metode yang digunakan dengan metode “back-translation” yang dimana proses penerjemahan kuesioner awal menjadi kuesioner berbahasa Indonesia melalui 3 tahap yaitu, Pertama, menerjemahkan kuesioner awal menjadi kuesioner berbahasa Indonesia oleh penerjemah. Kedua, menerjemahkan ulang dari bahasa Indonesia ke bahasa inggris. Ketiga, perbandingan antara kuesioner bahasa inggris awal dengan hasil dari terjemahan tahap kedua. Apabila terdapat perbedaan makna atau maksud maka perlu diberkan informasi tambahan dan diulangi langka kedua dan ketiga sampai tidak ditemukan perbedaan yang signifikan 14

Kuesioner littlEARS telah diterjemahkan kedalam 21 bahasa, diantaranya bahasa Hibrani (Israel), Arab, Polandia, dan lain-lain. Di negara Arab, Penelitian ini juga telah dilakukan oleh, Dor M. Geal, dkk dengan cara melakukan validasi kuesioner littlEARS kepada anak yang memiliki pendengaran normal dan untuk melihat progress pendengaran pada kelompok anak yang menggunakan koklea implant. Responden yang mereka dapatkan sebanyak 70 orang tua dari Hebrew (Israel/Yahudi) dan 97 orang tua dari Arab dengan rentang usia anak 1-24 bulan, sedangkan orang tua yang berbahasa arab didapatkan dari 4 daerah yang berbeda yang memiliki logat bahasa yang berbeda. Responden yang diminta dari teman atau orang yang berkunjung ke sekolah perawat/ tempat penitipan anak. Disamping itu mereka telah melakukan evaluasi untuk menilai keakuratan pada kuesioner littlEARS ini, skor kuesioner littlEARS ini pun telah dibandingkan dengan Category of Auditory performance (CAP) dan Speech Intelligibility Rating (SIR) dan keduanya digunakan secara rutin di klinik, selain itu telah dibandingkan dengan data audiometri yang tersedia. Ini menunjukan bahwa hasil kuesioner ini valid, karena terdapat korelasi yang tinggi antara skor kuesioner dengan hasil dari tes audiologi. Berdasarkan hasil study yang mereka dapatkan bahwa didapatkan kurva transit kuesioner berbahasa Hebrew dan Arab itu sama dan sesuai dengan kuesioner yang telah diterjemahkan dengan bahasa yang lain. Pada kelompok anak yang menggunakan koklea implant pola perkembangannya sedikit berbeda dengan anak pendengaran yang normal, yang dimana pada awalnya terdapat peningkatan perkembangan dan selanjutnya meningkat secara perlahan. Oleh karena itu kuesioner littlEARS pada kedua bahasa tersebut telah digunakan untuk memantau perkembangan pada anak yang menggunakan koklea implant, serta dapat juga digunakan untuk menentukan terapi dan rehabilitasi yang seharusnya diberikan.13

Di negara Cina, Penelitian serupa dilakukan oleh Wang L, dkk, yang bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner littlEARS kedalam bahasa Mandarin. Metode yang mereka gunakan dengan metode “back-translation”. sedangkan responden yang digunakan 157 orang tua yang berbahasa mandarin yang anaknya dengan pendengaran normal dengan usia sampai dengan 24 bulan. Hasil yang didapatkan yaitu nilai Cronbach alpha sebesar 0,945, menunjukan bahwa alat

30

ukur ini bersifat reliabel, sehingga kuesioner ini dapat dijadikan alat ukur untuk menilai perkembangan bahasa anak-anak mandarin pada usia 1-24 bulan .19

Di Negara Turkey, penelitian serupa dilakukan oleh Kosaner J, Sonuguler S, Olgun L, dan Amann E yang bertujuan untuk melakukan assessment penggunaan kuesioner LittlEARS untuk membantu audiologi dalam memantau proses perkembangan anak di Turkey yang menggunakan koklea implant. 20 5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan,antara lain : 1. Desain penelitian

Pada penelitian ini saya menggunakan desain cross sectional, yang dimana desain ini kita tidak dapat mengetahui perkembangan anak secara spesifik 2. Asal populasi responden

Penelitian ini mengambil sampel di RS.Budi kemuliaan dan sekitar ciputat, tetapi dengan minimnya kemauan orang tua untuk mengisi kuesioner, maka saya mendapatkan minimnya responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner, jadi saya mengambil sampel didaerah sekitar Ciputat dan posyandu - posyandu

31 BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait