• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

4.3 Karakteristik Sampel

Petani sampel dalam penelitian adalah petani yang membudidayakan pisang barangan yang ada di daerah penelitian, yaitu di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik sampel meliputi: umur, pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, luas lahan petani, dan volume penjualan pisang barangan. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

Sumber: Lampiran 1dan 2

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa umur rata-rata petani sampel adalah 45 tahun, lama pendidikan rata-rata 10 tahun menunjukkan tingkat pendidikan petani rata-rata tamatan SMA/sederajat, pengalaman bertani 15 tahun, jumlah tanggungan petani sampel rata-rata 3 jiwa, dan rata-rata luas lahan petani sampel adalah 0,8 Ha. Rata-rata jumlah pisang barangan yang dijual adalah 1.040 sisir dalam seminggu.

Pedagang Perantara

- Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah para pedagang yang membeli pisang barangan langsung dari petani yang berada di Kecamatan STM Hilir. Pedagang pengumpul di daerah penelitian biasanya menjual kembali pisang barangan ke

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 31 – 62 45

2. Pendidikan Tahun 6 – 16 10

3. Lama Bertani Tahun 2-35 15

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 0-6 3

5. Luas Lahan Ha 0.2-1 0,8

juga pedagang pengumpul yang bertindak langsung sebagai pedagang pengecer dan menjualnya langsung ke konsumen di pasar luar daerah penelitian. Karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, dan volume pembelian.

Tabel 8. Karakteristik Pedagang Pengumpul Daerah

Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata umur pedagang pengumpul daerah adalah 43 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul daerah masih termasuk kategori usia produktif. Sehingga dapat diartikan bahwa pedagang pengumpul daerah masih sangat berpotensi untuk meningkatkan produktivitas pemasaran pisang barangan.

Lama pendidikan formal pedagang pengumpul daerah dihitung dalam tahun. Rata-rata pendidikan pedagang pengumpul daerah adalah 10. Rata-rata pembelian pisang barangan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul daerah yaitu 1.107 sisir dalam seminggu.

- Agen Luar Daerah

Agen luar daerah adalah pedagang perantara yang membeli pisang barangan dari pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian. Pisang barangan yang dibeli dari pedagang pengumpul daerah masih dalam keadaan belum matang. Terdapat 3 (tiga) agen luar daerah yang diketahui melalui penelurusan dari pedagang pengumpul daerah.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 24 – 59 43

2. Pendidikan Tahun 6 – 12 10

3. Pengalaman Tahun 6 – 20 13

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 0-5 3 5. Volume Pembelian Sisir/Minggu 750-1.500 1.107

Tabel 9. Karakteristik Agen Luar Daerah

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata umur agen luar daerah adalah 44 tahun dengan rata-rata pendidikan yaitu 7 tahun. Sedangkan rata-rata pengalaman sebagai agen adalah 16 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa. Volume pembelian rata-rata pisang barangan oleh agen luar daerah selama seminggu adalah 1.167 sisir.

- Pedagang Pengecer Luar Daerah

Pedagang pengecer luar daerah adalah pedagang yang membeli pisang barangan dari agen luar daerah maupun langsung dari pedagang pengumpul yang berada di Kecamatan STM Hilir. Pedagang pengecer dalam hal ni menyalurkan pisang barangan langsung ke konsumen. Pedagang pengecer adalah pedagang yang memiliki resiko tinggi terhadap harga berkembang di pasar dikarenakan pedagang pengecer harus mampu berlomba dengan pengaruh waktu dan kerusakan fisik terhadap harga pisang barangan.

Pedagang pengecer dalam penelitian ini terdapat 15 orang yang keseluruhannya membeli langsung dari agen maupun dari pedagang pengumpul di daerah Kecamatan STM Hilir. Karakteristik pedagang pengumpul dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, dan volume pembelian.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 36 – 51 44

2. Pendidikan Tahun 6 – 9 7

3. Pengalaman Tahun 10 – 27 16

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 2-4 3 5. Volume Pembelian Sisir/Minggu 1.000-1.500 1.167

Tabel 10. Karakteristik Pedagang Pengecer Luar Daerah

Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata umur pedagang pengecer adalah 39 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 11 tahun. Sedangkan rata-rata pengalaman sebagai pedagang pengecer pisang barangan selama 7 tahun dengan jumlah tanggungan rata-rata adalah 3 jiwa. Pedagang pengecer pisang barangan melakukan pembelian pisang barangan rata-rata 325 sisir dalam seminggu.

No. Uraian Satuan Rentang Rata-rata

1. Umur Tahun 24 – 57 39

2. Pendidikan Tahun 6 – 12 11

3. Pengalaman Tahun 3 – 15 7

4. Jumlah Tanggungan Jiwa 2-4 3

 

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga pisang barangan di daerah penelitian terdiri dari tiga saluran. Tujuan utama dari saluran ini adalah mendistribusikan pisang barangan dari petani/produsen hingga ke tangan konsumen. Ada beberapa lembaga tataniaga yang dilibatkan dalam saluran ini, antara lain petani/produsen, pedagang pengumpul di daerah, agen di luar daerah, dan pedagang pengecer di luar daerah.

Berdasarkan hasil penelitian, maka saluran tataniaga di Kecamatan STM Hilir dapat dilihat pada Gambar 2.

Petani/Produsen Pisang Barangan

Agen Luar Daerah Pedagang Pengecer Luar daerah Vp: 1.040

Pedagang Pengumpul Daerah

Konsumen

Gambar 2. Skema saluran Tataniaga di Daerah Penelitian

I II  III Pedagang Pengecer Luar daerah Vp: 1.107 Vp: 1.107 Vp: 1.107  Vp: 1.167 Vp: 325 Vp: 325 Ket:

Berdasarkan hasil penelitian volume penjualan pisang barangan antara tingkat petani, pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah dan pedagang pengecer luar daerah berkisar antara 600–1.500 sisir (Lampiran 2) . Oleh karena itu, peneliti mengambil volume rata-rata penjualan pisang barangan yaitu 1.000 sisir untuk dianalisis sebagai standar setiap lembaga tataniaga.

Saluran I

Gambar 3. Skema Saluran I Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran I, yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul yang bertindak sebagai pedagang pengecer langsung menjual pisang barangan ke tangan konsumen dengan rata-rata volume penjualan 1.107 sisir ke Pasar Sambas dan restoran rumah makan. Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen yang berada di Pasar Sambas dan resotan rumah makan.

Petani/Produsen

Pedagang Pengumpul Daerah

Konsumen (Kota Medan)

Saluran II

Gambar 4. Skema Saluran II Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran II, yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul yang berada di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul menjual pisang barangan menjual ke pedagang pengecer luar daerah yang ada di pasar Kota Medan seperti, Pasar Pancing, Pasar Aksara, Pasar Tembung, Pasar Batang Kuis, dan Pasar Sambas dengan rata-rata volume penjualan 1.107 sisir. Kemudian, pedagang pengecer langsung menjual ke tangan konsumen dengan rata-rata volume penjualan sebesar 325 sisir. Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Kemudian, di tingkat pedagang pengecer luar daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp16.711.066 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen.

Petani/Produsen Pedagang Pengumpul Daerah (Kec. STM Hilir) Pedagang Pengecer Luar Daerah (Kota Medan) Konsumen (Kota Medan)

Saluran III

Gambar 5. Skema Saluran III Tataniaga Pisang Barangan

Pada saluran III yaitu petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul di daerah penelitian dengan rata-rata volume penjualan sebesar 1.040 sisir. Kemudian, pedagang pengumpul di daerah penelitian menjual pisang barangan ke agen yang berada di Pasar Kota Medan seperti Pasar Sambu, Pasar Melati, dan Pasar Sambas dengan volume penjualan sebesar 1.107 sisir. Kemudian, agen yang berada di Kota Medan menjual pisang barangan ke pedagang pengecer yang berada di Kota Medan dengan volume penjualan 1.167 sisir. dan akhirnya pedagang pengecer menjual pisang barangan ke tangan konsumen dengan volume penjualan sebesar 325 sisir.

Jika rata-rata volume penjualan pisang barangan 1.000 sisir, maka nilai penjualan petani sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir. Begitu juga dengan pedagang pengumpul daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Kemudian, di tingkat agen luar daerah jika volume penjualan 1.000 sisir maka nilai penjualan yang diterima adalah sebesar Rp14.857.143 per 1.000 sisir. Kemudian pedagang pengecer luar daerah dengan volume penjualan 1.000 sisir, maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp16.711.066 per 1.000 sisir. Nilai penjualan inilah yang akhirnya diterima oleh konsumen.

Petani/Produsen Pedagang Pengumpul Daerah (Kec. STM Hilir) Pedagang Pengecer Luar Daerah (Kota Medan) Konsumen (Kota Medan) Agen Luar Daerah (Kota Medan)

5.2 Fungsi-Fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga

Dalam melaksanakan kegiatan tataniaga, lembaga tataniaga melakukan fungsinya masing-masing. Fungsi-fungsi ini dilakukan untuk memperlancar penyampaian pisang barangan ke tangan konsumen akhir. Dalam tataniaga pisang barangan, fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan setiap lembaga bervariasi. Konsekuensi dari bervariasinya fungsi ini adalah bervariasinya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga. Semakin banyak fungsi yang dilakukan, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan, demikian juga sebaliknya. Apabila semakin besar biaya yang dikeluarkan maka akibatnya adalah harga yang diterima oleh konsumen akhir akan semakin tinggi.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga pisang barangan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Setiap Lembaga Tataniaga

No. Fungsi Tataniaga Petani/ Produsen Pedagang Pengumpul Daerah Agen Luar Daerah Pedagang Pengecer Luar Daerah 1. Pembelian × 2. Penjualan 3. Pemanenan × √ × × 4. Transportasi × √ × √ 5. Penyimpanan × 6. Standarisari × 7. Pengemasan × × × 8. Penanggungan Resiko × × 9. Informasi Pasar Sumber : Lampiran 6, 7, 8 Keterangan :

√ : Melaksanakan fungsi tersebut × : Tidak melaksanakan fungsi tersebut

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa petani/produsen melakukan sebanyak dua jenis fungsi tataniaga yaitu, penjualan dan informasi pasar.

Petani/podusen tidak melakukan fungsi transportasi, karena pedagang pengumpul yang langsung melakukan pemanenan dari kebun pisang barangan petani dan langsung membelinya. Sehingga, petani/produsen juga tidak melakukan fungsi tataniaga seperti penyimpanan, standarisasi, pengemasan, serta penanggungan resiko. Petani/produsen memperoleh informasi pasar dari petani lain dan pedagang pengumpul yang membeli pisang barangan.

Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pedagang pengumpul daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, pemanenan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, dan informasi pasar. Dalam melaksanakan pembelian, pedagang pengumpul daerah menggunakan transportasi kendaraan pick up yang sebelumnya pisang barangan telah dipenen oleh pedagang pengumpul itu sendiri dan dibantu oleh tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Setelah itu, pisang barangan disimpan dan dipilah sesuai dengan ukurannya. Kemudian, pisang barangan dijual ke pasar sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditentukan. Biasanya frekuensi pengiriman pisang barangan adalah 3 x seminggu dengan volume rata-rata 1.107 sisir per minggu (Lampiran 3). Mengenai informasi pasar, pedagang pengumpul daerah memperoleh informasi dari petani dan pedagang pengumpul lain yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran pisang barangan.

Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh agen luar daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, standarisasi, penyimpanan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Agen luar daerah melakukan fungsi pembelian melalui pedagang pengumpul daerah yang langsung mendatangi agen. Jadi, agen tidak melakukan fungsi transportasi karena semua biaya transportasi ditanggung oleh

pedagang pengumpul daerah. Pisang barangan yang telah dibeli kemudian disimpan dan dipilah sesuai ukurannya untuk menentukan harga jual. Kemudian pisang barangan yang sudah matang dibeli oleh pedagang pengecer setiap hari. Fungsi informasi pasar diperoleh dari pedagang pengumpul dan pedagang pengecer.

Fungsi-fungsi yang dilakukan pedagang pengecer luar daerah adalah sebagai berikut: pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, standarisasi, pengemasan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Pedagang pengecer membeli pisang barangan kemudian menjualnya langsung ke tangan konsumen. Ada pedagang pengecer yang membeli pisang barangan dari agen, dan ada juga yang langsung diantar oleh pedagang pengumpul daerah. Pedagang pengecer yang membeli pisang barangan dari agen menggunakan kendaraan berupa becak bermotor untuk mengangkut pisang barangan ke tempat berjualan dan ada juga yang tanpa menggunakan alat transportasi karena tempat berjualan pedagang pengecer dengan agen cukup dekat. Jadi, dengan rata-rata volume penjualan sebanyak 325 sisir per minggu (Lampiran 5) atau rata-rata per hari sebanyak 46 sisir, pedagang pengecer cukup menjinjing pisang tersebut hingga ke tempat berjualan. Adapun resiko yang dihadapi pedagang pengecer luar daerah yaitu penurunan harga dan penyusutan kebusukan buah. Sistem informasi pasar diperoleh dari agen, pedagang pengecer yang lain dan konsumen.

5.3 Share Margin Lembaga Tataniaga

Share margin adalah rasio antara harga jual akhir pada tingkat petani/produsen dengan harga yang diterima konsumen akhir yang dinyatakan

harga beli konsumen di pasaran. Sementara itu, price spread adalah sebaran harga pada setiap komponen biaya tataniaga untuk masing-masing lembaga tataniaga. Untuk menganalisis share margin dan price spread di setiap lembaga tataniaga maka perlu dihitung biaya tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing petani/produsen dan lembaga tataniaganya. Berikut perhitungan rata-rata share

margin dan price spread tataniaga pisang barangan per 1.000 sisir pada setiap saluran I, II, dan III.

Tabel 12. Rata-Rata Price Spread dan Share MarginTataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran I (Petani – PPD

-Konsumen)

No. Uraian Price Spread

(Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a. Nilai Penjualan 8.660.256 63,02

2. Pedagang Pengumpul Daerah (PPD)

a. Nilai Pembelian 8.660.256 b. Nilai Penjualan 13.741.935 c. Komponen Biaya Pemanenan 61.935 0,45 Penyimpanan 67.613 0,49 Transportasi 286.452 2,08 Bongkar Muat 54.192 0,39 Retribusi 2.710 0,02 Total Biaya 472.902 3,44    d. Margin Keuntungan 4.608.777 33,54

3. Nilai Pembelian Konsumen 13.741.935 100,00 Sumber : Lampiran 2, 3, dan 6

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penjualan yang diperoleh petani/podusen per 1.000 sisir adalah sebesar Rp8.660.256,- (63,02%). Di lain sisi, pedagang pengumpul daerah memperoleh nilai penjualan sebesar Rp13.741.935,-. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul daerah per 1.000 sisir adalah sebesar Rp472.902,- dengan rincian pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,45%), penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,49%), transportasi sebesar

Rp286.452,- (2,08%), bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,39%), dan retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02%). Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul daerah adalah Rp4.608.777,- (33,54%).

Nilai price spread dan share margin untuk masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran II dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran II (Petani – PPD – PPLD-Konsumen)

No Uraian Price Spread (Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a. Nilai Penjualan 8.660.256 51,82 2. Pedagang Pengumpul Daerah (PPD)

a. Nilai Pembelian 8.660.256 b. Nilai Penjualan 13.741.935 c. Komponen Biaya Pemanenan 61.935 0,37 Penyimpanan 67.613 0,40 Transportasi 286.452 1,71 Bongkar Muat 54.192 0,32 Retribusi 2.710 0,02 Total Biaya 472.902 2,83 d. Margin Keuntungan 4.608.777 27,58 3 Pedagang Pengecer Luar Daerah

(PPLD) a. Nilai Pembelian 13.741.935 b. Nilai Penjualan 16.711.066 c. Komponen Biaya Penyimpanan 60.451 0,36 Transportasi 7.172 0,04 Sewa Tempat 204.918 1,23 Kebersihan 16.547 0,10 Retribusi 25.410 0,15 Pengemasan 40.984 0,25 Total Biaya 355.482 2,13 d. Margin Keuntungan 2.613.649 15,64

4. Nilai Pembelian Konsumen 16.711.066 100,00

Pada saluran II, diperoleh bahwa nilai penjualan yang diterima petani/produsen adalah Rp8.660.256,- (51,82%). Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul daerah adalah senilai Rp472.902,- (2,83%) dengan rincian biaya pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,37%), biaya penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,40%), biaya transportasi sebesar Rp286.452,- (1,71%), biaya bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,32%), dan biaya retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02%). Pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke pedagang pengecer luar daerah dengan nilai penjualan sebesar Rp13.741.935 per 1.000 sisir. Oleh karena itu, margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul daerah adalah sebesar Rp4.608.777,- (27,58%) per 1.000 sisir.

Di lain sisi, pedagang pengecer luar daerah dengan nilai pembelian sebesar Rp13.741.935,- per 1.000 sisir dengan komponen biaya sebagai berikut: penyimpanan sebesar Rp60.451,- (0,36%), transportasi sebesar Rp7.172,- (0,04%), sewa tempat sebesar Rp204.918,- (1,23), kebersihan sebesar Rp16.547,- (0,10%), dan retribusi sebesar Rp25.410,- (0,15%). Jadi, total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer luar daerah adalah Rp355.458,- (2,13%) per 1.000 sisir. Sehingga dengan nilai penjualan pisang barangan per 1.000 sisir sebesar Rp16.711.066,- pedagang pengecer luar daerah memperoleh margin keuntungan sebesar Rp2.613.649,- (15,64%).

Nilai price spread dan share margin untuk masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran III dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata Price Spread dan Share Margin Tataniaga Pisang Barangan Per 1.000 Sisir Pada Saluran III (Petani –PPD- ALD-PPLD)

No. Uraian Price Spread (Rp)

Share Margin (%)

1. Petani

a.Nilai Penjualan 8.660.256 51,82 2. Pedagang Pengumpul Daerah

(PPD) a. Nlai Pembelian 8.660.256 b. Nilai Penjualan 13.741.935 c. Komponen Biaya Pemanenan 61.935,00 0,37 Penyimpanan 67.613 0,40 Transportasi 286.452,00 1,71 Bongkar Muat 54.192,00 0,32 Retribusi 2.710,00 0,02 Total Biaya 472.902,00 2,83 d. Margin Keuntungan 4.608.777 27,58 3 Agen Luar Daerah (ALD)

a. Nlai Pembelian 13.741.935 b. Nilai Penjualan 14.857.143 c. Komponen Biaya Penyimpanan 69.714 0,42 Sewa Tempat 571.429 3,42 Kebersihan 4.714 0,03 Retribusi 1.429 0,01 Total Biaya 647.286 3,87 d. Margin Keuntungan 467.922 2,80 4. Pedagang Pengecer Luar Daerah

(PPLD) a. Nlai Pembelian 14.857.143 b. Nilai Penjualan 16.711.066 c. Komponen Biaya Penyimpanan 60.451 0,36 Transportasi 7.172 0,04 Sewa Tempat 204.918 1,23 Kebersihan 16.547 0,10 Retribusi 25.410 0,15 Pengemasan 40.984 0,25 Total Biaya 355.482 2,13 d. Margin Keuntungan 1.498.441 8,97 5. Nilai Pembelian Konsumen 16.711.066 100,00

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui price spread dan share margin untuk setiap lembaga yang terlibat dalam proses tataniaga pisang barangan pada saluran III. Ada tiga lembaga tataniaga yang terlibat yaitu pedagang pengumpul daerah, agen luar daerah dan pedagang pengecer luar daerah. Total nilai penjualan yang diperoleh petani/produsen adalah Rp8.660.256,- (51,82%). Petani/produsen menjual pisang barangan ke pedagang pengumpul daerah. Kemudian, pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke agen luar daerah dengan nilai penjualan per 1.000 sisir sebesar Rp13.741.935,-. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul daerah adalah senilai Rp472.902,- (2,83) dengan rincian biaya yaitu, biaya pemanenan sebesar Rp61.935,- (0,37%), biaya penyimpanan sebesar Rp67.613,- (0,40%), biaya transportasi sebesar Rp286.452,- (1,71%), biaya bongkar muat sebesar Rp54.192,- (0,32%) dan retribusi sebesar Rp2.710,- (0,02). Sehingga margin keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul daerah per 1.000 sisir sebesar Rp4.608.777,- (27,58%).

Kemudian pedagang pengumpul daerah menjual pisang barangan ke agen luar daerah yang berada di kota Medan. Agen luar daerah membeli pisang barangan dengan nilai pembelian sebesar Rp13.741.935,- per 1.000 sisir. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh agen luar daerah yaitu biaya penyimpanan sebesar Rp69.714,- (0,42%), sewa tempat sebesar Rp571.429,- (3,42%), biaya kebersihan sebesar Rp4.714,- (0,03%), dan biaya retribusi sebesar Rp1.429,- (0,01%). Dengan nilai penjualan sebesar Rp14.857.143,- per 1.000 sisir agen luar daerah memperoleh margin keuntungan sebesar Rp467.922,- per 1.000 sisir.

Sementara itu pedagang pengecer luar daerah membeli pisang barangan dari agen luar daerah dengan nilai pembelian sebsar Rp14.857.143,- dan nilai penjualan sebesar Rp16.711.066. Komponen biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer luar daerah yaitu biaya penyimpanan sebesar Rp60.451,- (0,36%), biaya transportasi sebesar Rp7.172,- (0,04%), biaya sewa tempat sebesar Rp204.918,- (1,23%), biaya kebersihan sebesar Rp16.547,- (0,10%), dan biaya retribusi sebesar Rp25.410,- (0,15%), dan biaya pengemasan sebesar Rp40.984 (0,25%) Sehingga margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengecer luar daerah per 1.000 sisir sebesar Rp1.498.441,- (8,97%).

Tabel 15. Rekapitulasi Share Margin dan Margin Keuntungan Setiap Lembaga Tataniaga pada Setiap Saluran Tataniaga

Saluran Lembaga Tataniaga

Share Margin (%) Margin Keuntungan (Rp) I a. Petani/Produsen

b. Pedagang Pengumpul Daerah (Kecamatan STM Hilir) 63,02 33,54 8.660.256 4.608.777 II a. Petani/Produsen

b. Pedagang Pengumpul Daerah (Kecamatan STM Hilir)

c. Pedagang Pengecer Luar Daerah (Kota Medan) 51,82 27,58 15,64 8.660.256 4.608.777 2.613.649 III a. Petani/Produsen

b. Pedagang Pengumpul Daerah (Kecamatan STM Hilir)

c. Agen Luar Daerah (Kota Medan)

d. Pedagang Pengecer Luar Daerah (Kota Medan) 51,82 27,58 2,80 8,90 8.660.256 4.608.777 467.992 1.498.441 Sumber : Lampiran 6, 7, dan 8

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa share margin yang diperoleh petani/produsen pada saluran I adalah 63,02% dengan keuntungan sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir,-. Sementara itu, untuk saluran II, share margin yang diperoleh petani/produsen adalah 51,82% dengan margin keuntungan sebesar

Rp8.660.256 per 1.000 sisir,-. Pada saluran III, share margin yang diperoleh petani/produsen sebesar 51,82% dan margin keuntungan sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir,-.

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk petani/produsen,

share marginterbesar yang diperoleh pada saluran I yaitu sebesar 63,02% dengan nilai margin keuntungan sebesar Rp8.660.256 per 1.000 sisir,-. Besar keuntungan yang diterima petani/produsen yang ada di daerah penelitian adalah sama yaitu Rp8.660.256 per 1.000 sisir,-. Nilai share margin petani/produsen yang berbeda-beda antar saluran disebabkan oleh banyak atau sedikitnya lembaga tataniaga yang terlibat.

Pedagang pengumpul daerah memperoleh keuntungan yang sama setiap saluran. Pada saluran I dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul daerah memperoleh share margin sebesar 33,54% dengan margin keuntungan Rp4.608.777,- per 1.000 sisir. Sementara itu pada saluran II, pedagang pengumpul daerah memperoleh share margin sebesar 27,58% dengan margin keuntungan sebesar Rp4.608.777,- per 1.000 sisir. Pada saluran III, pedagang pengumpul daerah memperoleh share margin sebesar 27,58% dengan margin keuntungan sebesar Rp4.608.777,- per 1.000 sisir. Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul daerah pada saluran I memperoleh keuntungan sebesar Rp8.810,- dan share marginsebesar 33,54%. Hal ini dikarenakan semakin sedikitnya lembaga tataniaga yang terlibat maka akan semakin menyebabkan tingginya nilai perolehan akhir yang diterima oleh pedagang pengumpul daerah.

Agen luar daerah hanya terdapat pada saluran III. Dalam hal ini agen luar daerah memperoleh share margin sebesar 2,80% dan margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp467.992 per 1.000 sisir.

Pedagang pengecer luar daerah dalam hal ini hanya terdapat dalam saluran II dan III. Pada saluran II, pedagang pengecer memperoleh share margin sebesar 15,64% dengan margin keuntungan sebesar Rp2.613.649,- per 1.000 sisir. Sedangkan pada saluran III, pedagang pengecer memperoleh share margin sebesar 8,90% dengan margin keuntungan Rp1.498.441,- per 1.000 sisir

5.4 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi pemasaran perlu dicari untuk memperkirakan apakah saluran pemasaran suatu barangan sudah tergolong efisien atau tidak. Ukuran efisiensi yang digunakan peneliti adalah berdasarkan perbandingan antara total keuntungan pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran dengan total biaya pemasaran masing-masing lembaga pemasaran.

Untuk menghitung nilai efiensi tataniaga maka digunakan rumus:

Keterangan:

Ep = Efisiensi Tataniaga

Dokumen terkait