HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sifat Fisis .1 Pengujian Densitas
Data hasil pengukuran terhadap massa sampel dan volume sampel untuk mencari densitas diolah menggunakan persamaan 2.1, maka diperoleh hasil pengukuran densitas seperti pada tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Pengujian DensitasDengan Resin Epoksi 25 gr
Tabel 4.2 Pengujian Densitas Dengan Resin Epoksi 30 gr Sampel Massa Kering
Densitas atau disebut juga dengan istilah rapat massa adalah perbandingan antara massa suatu zat dengan volumenya. Secara matematis, massa jenis zat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
𝜌 = 𝑚𝑘𝑉 ………..…… (4.1)
Dengan:
𝜌 : massa jenis sampel (gr/cm3)
mk : massa kering (gr) V : volume sampel (cm3)
Gambar 4.2 Grafik hubunganantara densitas dengan komposisi sampel
Dari data pengujian densitas yang diperoleh dari gambar grafik diatas bahwa densitas yang diperoleh dari sampel A yaitu (1,59-1,83) gr/cm3 dan sampel B yaitu (1,80-1,91) gr/cm3. Densitas maksimum yang diperoleh adalah 1,91 gr/cm3 pada sampel B3 komposisi (70:30) dengan penambahan resin epoksi 30 gr, dan densitas minimum yang diperoleh adalah 1,59 gr/cm3 pada sampel A1 komposisi (80:20) dengan penambahan resin epoksi 25 gr.
Grafik diatas menunjukkan bahwa penambahan limbah pulp dregs pada sampel A dari komposisi (80:20 – 65:35) gr mengakibatkanpeningkatan densitas bahan uji. Peningkatan densitas tersebut disebabkan oleh semakin bertambahnya limbah pulp dregs sebagai pengisi dan pengaruh dari resin epoksi sebagai perekat. Tetapi pada komposisi(60:40) gr terjadi penurunan daya ikat resin karena semakin menurunnya komposisi pasir, kemudian pada komposisi (55:45) gr terjadi peningkatan kembali karena komposisi limbah pulp dregs yang semakin meningkat.
Pada sampel B komposisi (75:25) gr terjadi peningkatan karena pengadukan yang dilakukan secara manual yang menyebabkan campuran kurang merata/tidak homogen, kemudian pada komposisi (70:30) terjadi peningkatan kembali karena semakin bertambahnya limbah pulp dregs dan juga daya ikat resin yang kuat, kemudian pada komposisi (65:35) terjadi penurunan dan kembali meningkat pada komposisi (60:40 – 55:45) dikarenakan
0
(80:20) (75:25) (70:30) (65:35) (60:40) (55:45) Densitas (gr/cm3)
Komposisi Sampel (gr)
resin epoksi 25gr resin epoksi 30gr
campuran bahan yang kurang merata dan kembali meningkat karena bertambahnya limbah pulp dregs dan pengaruh daya ikat resin terhadap campuran bahan.
Hasil ini menunjukkan bahwa densitas semakin meningkat dengan bertambahnya massa limbah pulp dregs dan dapat dilihat bahwa komposisi sampel dengan penambahan resin 30 gr memiliki nilai densitas yang lebih baik dibandingkan resin epoksi 25 gr. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya massa limbah pulp dregs maka nilai densitas semakin meningkat, sama halnya dengan resin epoksi yang berperan penting dalam campuran bahan beton polimer yaitu semakin bertambahnya massa resin epoksi maka nilai densitas semakin meningkat.
Jika densitas dari seluruh sampel dibandingkan terhadap satuan SNI maka dapat dinyatakan bahwa semua sampel tersebut termasuk dalam kategori beton ringan .sebagaimana kriteria beton berdasar (SNI 03-2847-2002) adalah sebagai berikut:
1. Beton ringan : berat satuan < 1.900 kg/m3 = 1,9 gr/cm3
2. Beton normal : berat satuan 2.200 kg/m3 – 2.500 kg/m3 = 2,2 gr/cm3 – 2,5 gr/cm3 3. Beton berat : berat satuan > 2.500 kg/m3 = 2,5 gr/cm3
(http://lauwtjunnji.weebly.com/pengelompokan-beton.html) 4.1.2 Pengujian Porositas
Data hasil pengukuran terhadap massa sampel kering dan massa sampel basah serta volume sampel untuk mencari porositas diolah menggunakan persamaan 2.2, maka diperoleh hasil pengukuran porositas seperti pada tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3 Pengujian Porositas Dengan Resin Epoksi 25 gr Sampel Massa Kering
Tabel 4.4 Pengujian Porositas Dengan Resin Epoksi 30 gr
Porositas dapat di definisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori terhadap volume total beton. Porositas suatu bahan pada umunya dinyatakan sebagai porositas terbuka dan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
P = 𝑀𝑏𝑉−𝑀𝑘
𝑏 ×𝜌𝑎𝑖𝑟1 × 100% ……….….. (4.2)
Dengan:
P : Porositas (%)
Mb : Massabasah sampel setelah direndam (gr) Mk : Massa kering sampel setelah direndam (gr) Vb : Volume benda uji (cm3)
𝜌air : Massa jenis air (gr/cm3)
Gambar 4.3 Grafik hubungan porositas dengan komposisi sampel
Dari data pengujian yang diperoleh pada sampel A nilai porositas maksimumnya sebesar 13,25 % yaitu pada komposisi (80:20)dan porositas minimumnya sebesar 6,90 % yaitu pada komposisi (65:35). Dan pada sampel B nilai porositas maksimumnya sebesar 12,26 % yaitu pada komposisi (80:20) dan porositas minimumnya sebesar 7,52 % yaitu pada komposisi (60:40).
Dari data diatas dapat dinyatakan semakin besar jumlah limbah pulp dregs yang diberikan pada sampel maka nilai porositasnya semakin kecil. Pada sampel A4 dan A5 terjadi peningkatan nilai porositas dikarenakan berkurangnya pasir yang menyebabkan kurangnya daya ikat resin epoksi terhadap campuran bahan. Dan pada sampel B3 terjadi peningkatan dikarenakan pengadukan campuran yang kurang merata/homogen. Kemudian terjadi peningkatan kembali pada sampel B4 dan B5 dikarenakan semakin bertambahnya limbah pulp dregssebagai pengisi dan resin epoksi yang lebih tinggi daya ikatnya dari sampel A.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa nilai porositas semakin mengecil dengan bertambahnya massa limbah pulp dregs. Dalam hal ini limbah pulp dregs berperan sebagai pengisi yang dapat mengisi rongga pada campuran bahan sehingga nilai porositasnya semakin berkurang.Hal ini dikarenakan apabila nilai porositas semakin kecil maka sampel tersebut semakin membaik, dan sebaliknya.
0
(80:20) (75:25) (70:30) (65:35) (60:40) (55:45)
Porositas (%)
Komposisi Sampel (gr)
resin epoksi 25gr resin epoksi 30gr
4.1.3 Pengujian Penyerapan Air
Pengujian penyerapan air dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang diserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam pada suhu kamar.
Data dari hasil pengukuran terhadap massa sampel kering dan massa sampel basah dapat diketahui hasil penyerapan air dengan menggunakan persamaan 2.3maka diperoleh hasil pengukuran penyerapan air seperti pada tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.5 Pengujian Penyerapan Air Dengan Resin Epoksi 25 gr Sampel Massa Kering
Tabel 4.6 Pengujian Penyerapan Air Dengan Resin Epoksi 30 gr Sampel Massa Kering
Secara matematis nilai penyerapan air didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Penyerapan air = 𝑀𝑏−𝑀𝑘
𝑀𝑘 × 100% ……….... (4.3) Dengan:
Mb : Massa sampel setelah direndam di dalam air (gr) Mk : Massa kering (gr)
Gambar 4.4 Grafik hubungan penyerapan air dengan komposisi sampel
Hubungan antara penyerapan air dengan massa limbah pulp dregs terlihat pada grafik 4.4. Nilai penyerapan air dari beton polimer pada sampel A yang diperoleh adalah berkisar antara 3,79 % - 8,33 %. Dan nilai penyerapan air pada sampel B yang diperoleh adalah berkisar antara 4,08 % - 6,63 %.
Dari grafik dapat dilihat penyerapan air maksimum sebesar 8,33 % pada komposisi (80:20) dengan penambahan resin epoksi 25 gr, dan penyerapan air minimum sebesar 3,79 % pada komposisi (65:35) dengan penambahan resin epoksi 25 gr.
Dapat dilihat pada sampel A komposisi (80:20 – 65:35) terjadi penurunan dikarenakan semakin bertambahnya limbah pulp dregs sebagai pengisi dan resin epoksi yang mengikat dengan baik pada saat pencetakan. Tetapi pada komposisi (60:40 - 55:45) terjadi
(80:20) (75:25) (70:30) (65:35) (60:40) (55:45)
Penyerapan Air (%)
Komposisi Sampel (gr)
resin epoksi 25gr resin epoksi 30gr
peningkatan dikarenakan pasir yang semakin berkurang dan daya ikat resin epoksi yang berpengaruh pada komposisi campuran bahan.
Pada sampel B komposisi (80:20 – 60:40) terjadi penurunan dikarenakan limbah pulp dregs yang juga semakin bertambah, kemudian terjadi peningkatan pada komposisi (55:45) dikarenakan bahan yang tidak tercampur dengan merata menyebabkan resin epoksi kurang mengikat dengan baik pada saat pencetakan..
4.2 Karakteristik Sifat Mekanik