• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2 Identifikasi Masalah

2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu mengetahui sifat serta karakteristik siswa SD agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan siswa sesuai dengan kebutuhannya. Sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan karakteristik siswa yang meliputi tingkat kematangan, minat, bakat, dan kondisi peserta didik. Dengan begitu diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan karakteristik siswa SD.

Usia siswa SD berkisar antara 7-12 tahun. Piaget (1986) dalam Soeparwoto, Hendriyani, dan Liftiah (2007: 85) mengemukakan bahwa “siswa SD berada pada tahap operasional konkret. Pada usia ini, anak sudah memahami hubungan fungsional, karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan”.

Havighurst dalam Juntika (2007) dalam Susanto (2013: 72) menyatakan bahwa pada masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah, yaitu usia enam hingga dua belas tahun, memiliki tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

(2) Membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sebagai organisme yang sedang tumbuh kembang.

(3) Belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya.

(4) Belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita.

(5) Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari. (6) Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai.

(7) Mencapai kebebasan pribadi.

(8) Mengembangkan sikap-sikap tehadap kelompok dan institusi-institusi sosial.

Perkembangan mental pada anak sekolah dasar yang paling menonjol, meliputi perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan, yang secara perinci dapat dijelaskan sebagai berikut (Susanto 2013: 72-76):

1) Perkembangan intelektual

Pada usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung. Menurut Yusuf (2004: 178), pada anak usia 6-12 tahun ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung) angka atau bilangan. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

2) Perkembangan bahasa

Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Syamsuddin menyatakan bahwa pada awal masa ini (6-10 tahun), anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun), anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata.

Yusuf (2005: 180) mengemukakan bahwa terdapat minimal dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu: (1) proses jadi matang, yaitu anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi untuk berkata-kata; (2) proses belajar, yaitu anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/perkataan yang didengarnya.

Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan bahasa ini, minimal dapat menguasai tiga kategori, yaitu: (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna; (2) dapat mebuat kalimat majemuk; dan (3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.

3) Perkembangan sosial

Pada masa anak sekolah masuk pada masa objektif, di mana perkembangan sosial pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada anak usia sekolah mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri

sendiri (egosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif), dan sikap peduli atau mampu memerhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris). 4) Perkembangan emosi

Yusuf (2007: 139) menjelaskan bahwa pada usia sekolah dasar anak mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Syamsu juga mengatakan bahwa karakteristik emosi yang stabil (sehat) ditandai dengan menunjukkan wajah yang ceria, bergaul dengan teman secara baik, dapat berkonsentrasi dalam belajar, bersifat respek (menghargai) terhadap diri sendiri dan orang lain.

5) Perkembangan moral

Perkembangan moral pada anak usia sekolah dasar adalah bahwa anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini (usia 11 atau 12 tahun), anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk.

Tahap-tahap perkembangan kognitif berdasarkan pendapat Piaget dalam Trianto (2012: 71) yaitu:

(1)Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) (2)Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) (3)Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) (4)Tahap Operasional Formal (11-18 tahun)

Berdasarkan tahap perkembangan Piaget, siswa yang duduk di bangku sekolah dasar berada dalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini mereka sudah mampu berpikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonversi angka, serta memahami konsep melalui pengamatan sendiri dan lebih objektif. Menurut Susanto (2013: 77), pada tahap operasional konkret peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa- peristiwa yang konkret.

Karakteristik siswa yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu siswa dapat mengembangkan pikiran logis. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, berarti siswa memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, siswa dalam periode operasional konkret memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan perceptual seperti anak pra-operasional.

Hurlock dalam Kurnia dkk (2007: 1-20) memasukkan anak usia SD ke

dalam perkembangan masa anak akhir. “Usia yang menyulitkan, usia tidak rapi,

usia bertengkar, usia kritis dalam dorongan berprestasi, usia kreatif, usia berkelompok, usia penyesuaian diri, dan usia bermain merupakan sebutan untuk

Pada perkembangan masa anak akhir, siswa usia sekolah dasar masuk ke dalam usia yang menyulitkan, karena anak pada masa ini lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sendiri. Pada usia anak SD, para siswa sudah menyadari bahwa persahabatan itu adalah saling membagi dan menerima sesuatu serta sudah mulai mencari-cari teman sebayanya untuk dijadikan sahabat atau teman dekat (Sumantri dan Shaodih 2004: 3.11).

Keinginan untuk diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, membuat usia ini disebut juga usia berkelompok. Usia ini disebut juga usia penyesuaian diri, karena mereka berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok. Penyesuaian diri siswa dalam kelompok mendorong guru merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja atau belajar dalam kelompok (Sumantri dan Shaodih 2004: 6.4).

Selain itu, usia ini dikenal sebagai usia kreatif. Besarnya minat dalam kegiatan bermain yang dilakukan mereka, membuat usia ini disebut juga usia bermain. Usia siswa SD disebut juga usia tidak rapi, karena anak tidak memperhatikan penampilannya. Seringnya terjadi pertengkaran dengan saudara- saudaranya, orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar. Pada usia siswa SD, mereka juga merasakan dorongan berprestasi untuk mencapai keberhasilan, sehingga disebut usia kritis dalam dorongan berprestasi. Menurut Sumantri dan Shaodih (2004: 6.3-6.4), karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/meragakan sesuatu secara langsung.

Penjelasan di atas sesuai dengan tugas guru dalam psikologi perkembangan anak yang menyatakan bahwa tugas guru adalah mengetahui bagaimana secara operasional masing-masing tahap perkembangan sehingga dapat membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan (Soeparwoto, Hendriyani, dan Liftiah 2007: 51).

Pembelajaran dengan menggunakan model POE sesuai dengan karakteristik siswa SD yakni senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Pembelajaran dengan menggunakan model POE memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, mengandung unsur permainan, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Pada tahap operasional konkret, siswa mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran (Sagala 2011: 62).

Dokumen terkait