• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian dan Pe mbahasan

2. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengrajin Batu Bata

Di dalam menganalisis tingkat ekonomi masyarakat pengrajin batu bata digunakan empat kriteria yaitu pekerjaan, pendapatan, kondisi rumah dan tanggungan keluarga. Untuk menganalisis tingkat sosial masyarakat pengrajin batu bata digunakan dua kriteria yaitu pendidikan dan kesehatan.

a. Ekonomi

Dalam menganalisis tingkat ekonomi masyarakat pengrajin batu bata digunakan empat kriteria sebagai berikut:

1) Pekerjaan

Dilihat dari pekerjaan pokoknya, semua responden mengatakan bahwa pekerjaan pokoknya adalah sebagai pengrajin batu bata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 18.

Berdasarkan tabel 18 pengrajin batu bata adalah pekerjaan pokok semua responden yaitu 100 %, sedangkan ada sebagian responden yang memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebesar 23,53%. Pekerjaan sampingan yang dijalani sebagian responden adalah buruh dan buruh tani, tetapi sifatnya hanya musiman dan hasilnya tidak begitu besar atau tidak signifikan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mereka mengandalkan dari industri batu bata tersebut. Menurut salah saeorang pengrajin Surono mengatakan ” Untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari kami biasanya pinjam ke tetangga atau warung-warung dulu, baru setelah batu bata ini laku kami melunasi hutang-hutang tersebut..” dengan demikian batu bata mejadi salah satu alternatif agar mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Tabel 18. Pekerjaan Pokok Responden di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Nama Pekerjaan

Pekerjaan pokok Pekerjaan Sampingan

1 Legi Pengrajin Batu Bata -

2 Bakdi Pengrajin Batu Bata -

3 Ngadiman Pengrajin Batu Bata -

4 Maridi Pengrajin Batu Bata Buruh tani

5 Siyam Pengrajin Batu Bata -

6 Karto Seman Pengrajin Batu Bata -

7 Wagimin Pengrajin Batu Bata -

8 Tukimin Pengrajin Batu Bata Buruh tani

9 Wardoyo Pengrajin Batu Bata -

10 Marso Pengrajin Batu Bata -

11 Sardi Pengrajin Batu Bata Buruh tani 12 Atmo Sutar Pengrajin Batu Bata -

13 Surono Pengrajin Batu Bata -

14 Suyato Pengrajin Batu Bata Buruh tani

15 Trimo Pengrajin Batu Bata -

16 Sadimin Pengrajin Batu Bata - 17 Markiman Pengrajin Batu Bata - Sumber: Data Primer Tahun 2008

2) Pendapatan

Pendapatan pengrajin batu bata di Kelurahan Lalung dapat dilihat di tabel 19. Pendapatan tersebut diperoleh dari perhitungan total pendapatan dari satu kali periode pembuatan sampai pembakaran batu bata dikurangi pembelian bahan baku

tanah, bahan bakar dan peralatan lainnya kemudian dihitung rata-ratanya per bulan.

Berdasarkan data dari tabel 19 pendapatan rata-rata/bulan pengrajin batu bata di daerah penelitian adalah antara Rp. 500.000,00 sampai Rp. 1.000.000,00 sebanyak 10 pengrajin atau 58,82% sisanya berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,00 yaitu sebesar 41,18%.

Tabel 19. Pendapatan Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Nama Rata-rata pendapatan /bulan (Rp)

1 Legi 1.200.000,00 2 Bakdi 970.000,00 3 Ngadiman 600.000,00 4 Maridi 740.000,00 5 Siyam 700.000,00 6 Karto Seman 600.000,00 7 Wagimin 1.200.000,00 8 Tukimin 650.000,00 9 Wardoyo 1.950.000,00 10 Marso 1.010.000,00 11 Sardi 1.150.000,00 12 Atmo Sutar 517.500,00 13 Surono 960.000,00 14 Suyato 1.540.000,00 15 Trimo 800.000,00 16 Sadimin 1.200.000,00 17 Markiman 650.000,00

Sumber: Data Primer Tahun 2008

Permintaan pasar terhadap batu bata juga mempengaruhi besarnya pendapatan pengrajin. Apabila harga batu bata sedang tinggi mereka bisa meraup

keuntungan yang agak besar begitupun sebaliknya. Sebagian besar pendapatan pengrajin antara Rp. 500.000,00 sampai Rp. 1.000.000,00 namun tidak semua pengrajin dapat melakukan pembakaran batu bata dalam waktu satu bulan, sehingga selama menunggu pembakaran sampai batu bata itu terjual mereka terkadang harus meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.

3) Rumah

Kepemilikan rumah responden di daerah penelitian 100 % stat usnya adalah hak milik (tabel 20). Asal rumah pengrajin 100 % diperoleh dari orang tua mereka atau warisan sehinnga mereka hanya tingga l membangun rumah sendiri dan ada juga yang menempati rumah orang tuanya.

Tabel 20. Status Kepemilikan Rumah Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008

Status Kepe milikan Rumah

Jumlah jiwa (%)

Hak Milik 17 100

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Tahun 2008

Tabel 21.Asal Kepemilikan Rumah Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008

Asal Kepemilikan Rumah Jumlah jiwa (%) Orang Tua 17 100 Sendiri - - Jumlah 17 100

Tabel 22. Kondisi Rumah Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008

Dinding Tembok Bata Keramik Jumlah

Jumlah Jiwa 12 5 - 17

Persentase (%)

70,59 29,41 - 100

Lantai Tanah Plester Keramik Jumlah

Jumlah Jiwa 6 9 2 17

Persentase (%)

35,30 52,94 11,76 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui dinding rumah responden pengrajin batu bata di daerah penelitian mayoritas terbuat dari tembok yang sudah di semen yaitu 70,59% dari 17 responden dan sebesar 29,41% terbuat dari batu bata yang belum disemen. Kondisi lantai rumah responden sebanyak 52,94% sudah di plester (semen), 35,30% lantainya masih tanah dan ada 11,76% yang lantainya sudah dikeramik.

Melihat tabel 23 dapat diketahui fasilitas-fasilitas yang ada di rumah responden di daerah penelitian. Sebagian besar rumah responden sudah memiliki fasilitas MCK yaitu sebanyak 16 responden atau 94,12% dan hanya 1 responden atau 5,88% yang rumahnya belum mempunyai fasilitas MCK. Fasilitas yang lain adalah televisi, yaitu 100% atau semua responden sudah memiliki televisi, sedangkan yang memiliki sepeda motor ada 6 responden atau 35,30% dan 11 responden tidak memiliki sepeda motor yaitu sebesar 64,70%.

Tabel 23. Fasilitas Rumah Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Nama Fasilitas Rumah

MCK TV Sepeda Motor

1 Legi Ada Ada Ada

2 Bakdi Ada Ada Tidak ada

3 Ngadiman Ada Ada Tidak ada

4 Maridi Ada Ada Ada

5 Siyam Ada Ada Tidak ada

6 Karto Seman Ada Ada Tidak ada

7 Wagimin Ada Ada Ada

8 Tukimin Ada Ada Tidak ada

9 Wardoyo Ada Ada Ada

10 Marso Ada Ada Tidak ada

11 Sardi Ada Ada Ada

12 Atmo Sutar Ada Ada Tidak ada

13 Surono Tidak ada Ada Tidak ada

14 Suyato Ada Ada Ada

15 Trimo Ada Ada Tidak ada

16 Sadimin Ada Ada Tidak ada

17 Markiman Ada Ada Tidak ada

Sumber: Data Primer Tahun 2008

Melihat kondisi rumah, status kepemilikan, dan fasilitas rumah yang dimiliki sebagian besar pengrajin kehidupannya sudah cukup baik. Walaupun kondisinya tidak sama yang pasti rumah tersebut adalah milik pribadi sehingga mereka tidak terlalu terbebani daripada harus menyewa atau membeli.

4) Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga, baik itu tinggal dalam satu rumah maupun di luar rumah yang kebutuhan pokoknya masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Dalam penelitian ini kami

mengelompokkan menjadi tiga kelompok yaitus kelompok kecil terdiri dari 3 orang, keluarga sedang 4 – 6 orang dan kelompok besar terdiri dari 7 orang atau lebih anggota keluarga .

Tabel 24. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah

Jiwa (%)

1 Kecil, ≤3 Orang 15 88,24

2 Sedang, 4 – 6 Orang 2 11,76

3 Besar, ≥ 7 Orang - -

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Tahun 2008

Jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada tabel 24 yaitu sebanyak 15 responden memiliki tanggungan keluarga antara 2-3 orang yaitu sebesar 88,24 dari 17 responden, masuk dalam kelompok kecil, sedangkan 11,76% memiliki tanggungan keluarga sebanyak 5 orang sehingga masuk dalam kelompok sedang.

Berdasarkan tabel diatas jumlah tanggungan keluarga sebagian besar kurang dari 3 orang, ada juga yang jumlah anggota keluarga mereka lebih dari itu namun sebagian sudah menikah sehingga sudah tidak menjadi tanggungan lagi meskipun masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya.

b. Sosial

Dalam menganalisis tingkat sosial masyarakat digunakan dua kriteria sebagai berikut:

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang pernah di tempuh oleh responden pengrajin batu bata di daerah penelitian dapat diketahui dari tabel 25. Dari tabel 25 diketahui bahwa jumlah responden yang tidak sekolah sebanyak 6 orang (35,30%) dimana ini merupakan persentase terbesar, responden yang tidak tamat SD ada 3 orang

(17,65%) yang lulus SD sebanyak 5 orang (29,41%), Tamat SMA sebanyak 2 orang (11,76%) dan persentase terkecil adalah responden yang tamat SMP yaitu 1 orang (5,88%)

Tabel 25. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa (%)

1 Tidak Sekolah 6 35,30 2 SD tidak lulus 3 17,65 3 SD/sederajat 5 29,41 4 SMP/sederajat 1 5,88 5 SMA/sederajat 2 11,76 Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer Tahun 2008

Melihat usia dari sebagian besar responden yang sudah diatas 50 tahun maka wajar apabila sebagin besar mereka tidak pernah sekolah. Pada masa itu pendidikan tidak begitu diperhatikan sehingga mereka juga tidak terlalu memikirkan untuk bersekolah atau menuntut ilmu. Menurut pandangan mereka asalkan bisa bekerja itu sudah cukup tidak harus sekolah tinggi- tinggi. Disamping itu orang tua mereka dulu juga tidak memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anaknya. Akibatnya sekarang mereka tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk mencarai lapangan pekerjaan lain.

2) Kesehatan

Dalam memenuhi kebutuhan kesehatan di Kelurahan Lalung terdapat 1 poliklinik desa, 8 posyandu, 1 bidan desa selain itu di sekitar daerah penelitian di dukung oleh adanya 1 apotik, 2 dokter umum sedangkan untuk puskesmas letaknya agak jauh di pusat kota tetapi karena Kelurahan Lalung berbatasan dengan Desa Kayuapak Kabupaten Sukoharjo masyarakat juga sering ke puskesmas yang terletak di Desa Kayuapak. Jika dilihat dari fasilitas tersebut maka sudah cukup untuk menangani penyakit – penyakit ringan. Untuk penyakit

yang lebih serius biasanya masyarakat Kelurahan Lalung harus ke Rumah Sakit Umum Daerah yang letaknya di pusat kota karanganyar dengan jarak ± 5 km. atau RS PKU Muhamadiyah Karanganyar. Berikut data frekuensi sakit responden atau anggota keluarga dan tempat berobat saat sakit.

Tabel 26. Frekuensi Sakit Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Nama Frekuensi Sakit Jml

De mam Ge jal a

ti pes

Influe nza Radang

Tenggor okan Maag Lain lain 1 Legi 1 - 3 - - - 4 2 Bakdi 2 - - - 2 3 Ngadiman 2 - 1 - - - 3 4 Maridi 2 - 1 - - 1 4 5 Siyam 1 - 1 - 1 3 6 Karto Seman 2 - - - 2 7 Wagimin 2 - 1 2 - - 5 8 Tukimin 3 1 2 - - - 6 9 Wardoyo 2 - - 2 - - 4 10 Marso 3 - - - 3 11 Sardi 1 - - - - 1 2 12 Atmo Sutar 2 - - - - 1 3 13 Surono 2 - 3 - - - 5 14 Suyato 3 - - 1 - 4 15 Trimo 4 - 1 1 - - 6 16 Sadimin 3 - 1 2 - - 6 17 Markiman 2 - - - - 1 3

Tabel 27. Frekuensi Sakit Responden Pengrajin Batu Bata di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Frekuensi Sakit Jumlah Jiwa (%)

1 Jarang (0 – 4 kali) 12 70,59

2 Sering (5 – 8 kali) 5 29,41

3 Sering Sekali (≥9 kali) - -

Jumlah 17 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Tabel 28. Tempat Berobat Responden di Kelurahan Lalung Tahun 2008.

No Nama Tempat Berobat

1 Legi Puskesmas

2 Bakdi Dokter Umum

3 Ngadiman Dokter Umum

4 Maridi Dokter Umum

5 Siyam Puskesmas

6 Karto Seman Puskesmas

7 Wagimin Dokter Umum

8 Tukimin Dokter Umum

9 Wardoyo Dokter Usmum

10 Marso Dokter Umum

11 Sardi Dokter Umum

12 Atmo Sutar Dokter Umum

13 Surono Puskesmas

14 Suyato Dokter Umum

15 Trimo Dokter Umum

16 Sadimin Dokter Umum

17 Markiman Dokter Umum

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat kesehatan responden di daerah penelitian cukup baik ini terlihat dari frekuensi sakit yaitu sebagian besar jarang (70,59%) dan mereka mampu berobat baik ke puskesmas maupun dokter umum, dimana responden yang berobat dokter umum saat sakit (76,47%) dan berobat ke puskesmas sebesar 23,53%.

Tingkat kesehatan pengrajin batu bata dan keluarganya berdasarkan data diatas cukup baik hal ini dikarenakan sudah adanya pemahaman yang baik tentang pentingnya kesehatan. Pekerjaan mereka sebagai pengrajin batu bata tidak begitu berpengaruh terhadap tingkat kesehatannya, walaupun setiap hari mereka bergelut dengan tanah mereka tetap bisa menjaga kesehatan. Disamping itu ketersediaan sarana kesehatan umum yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas dan apotik di daerah penelitian sangat membantu dan memudahkan mereka apabila membutuhkan pelayanan kesehatan.

BAB V

Dokumen terkait