• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KEADAAN UMUM WILAYAH

5.2 Karakteristik Sosial

Karakteristik sosial yang dibahas didalam penelitian ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas Kependudukan, Ketenagakerjaan, Pendidikan, Kesehatan, dan Pola Konsumsi dari masyarakat di kawasan penelitian. Secara lebih detail kualitas dan kuantitas dimaksud diatas pada dasarnya lebih di fokuskan kepada rasio keberadaan penduduk terhadap fasilitas sosial di dalam wilayah penelitian yang mendukung atau justru menghambat upaya pengembangan wilayah yang sedang diteliti.

5.2.1 Kependudukan

Mengacu pada data kependudukan sebagaimana dikeluarkan oleh Kantor BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, serta Kantor BPS Provinsi Maluku, dari tahun 2000 – 2008, diketahui bahwa jumlah penduduk di kawasan penelitian terus bertambah dari tahun ke tahun. Tahun 1980, jumlah penduduk di kawasan ini berjumlah 115.046 jiwa, sepuluh tahun setelah itu yaitu pada tahun 1990 jumlah penduduknya mencapai 12.991 jiwa.

Pada sepuluh tahun berikutnya yaitu tahun 2000 jumlahnya menjadi 149.850 jiwa. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan tercatat tahun 2001 jumlah penduduk dikawasan ini adalah 152.442 jiwa. Tahun 2002 jumlahnya 153.534 jiwa, tahun 2003 jumlahnya 156.442 jiwa, tahun 2004 jumlahnya 158.221 jiwa, tahun 2005 jumlahnya 160.061 jiwa, tahun 2006 jumlahnya 161.342 jiwa, dan tahun 2007 jumlahnya menjadi 162.635 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk di kawasan ini dari tahun 1980 sampai dengan 1990 adalah sebesar 1,21% per tahun, selanjutnya dari tahun 1990 sampai dengan 2000 laju pertumbuhan penduduknya meningkat menjadi 1,38% per tahun. Namun demikian justru dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 laju pertumbuhan penduduknya menurun menjadi 1,18% per tahun.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran penduduk di wilayah penelitian, maka trend jumlah penduduk diatas, selanjutnya diproyeksikan berdasarkan satuan unit ruang yang lebih kecil dibawah Kabupaten. Satuan unit ruang yang dimaksud adalah ruang kecamatan, dimana jumlah kecamatan di wilayah penelitan mencapai 17 kecamatan. Proyeksi data kependudukkan dimaksud diperlihatkan melalui tabel sebaran penduduk berdasarkan ruang kecamatan sebagaimana dijelaskan pada Tabel 35.

Pada Tabel 36, mengenai laju pertumbuhan penduduk per kecamatan, terlihat bahwa dengan menghitung laju pertumbuhan penduduk di kawasan penelitian dalam satuan unit ruang kecamatan, terlihat bahwa dari tahun 1980 sampai dengan 1990, Kecamatan Pp Terselatan, Damer dan Wetar, memiliki

Tabel 35. Sebaran Penduduk berdasarkan Ruang Kecamatan 1980 1990 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pp. Terselatan 10,901 12,949 15,301 14,145 14,650 15,129 15,501 15,877 16,003 16,132 2 Damer 4,517 5,365 6,340 5,064 5,105 5,177 5,213 5,250 5,291 5,334 3 Wetar 3,373 4,007 4,735 7,205 6,575 6,749 6,875 7,003 7,059 7,115 4 Leti 6,442 6,966 7,489 7,535 7,526 7,533 7,487 7,443 7,503 7,564 5 Moa Lakor 7,741 8,372 9,000 9,759 9,910 9,728 9,475 9,227 9,301 9,375 6 Pp.Babar 6,097 6,706 7,621 8,242 8,454 8,479 8,443 8,411 8,479 8,546 7 Babar Timur 7,455 8,199 9,318 8,938 8,967 9,301 9,569 9,840 9,919 9,997 8 Mdona Hiera 4,026 4,428 5,032 4,689 4,862 5,006 5,113 5,223 5,264 5,307 9 Tanimbar Selatan 14,070 16,165 19,375 15,545 19,764 20,339 20,768 21,204 21,375 21,546 10 Wertamrian 6,334 7,278 8,723 11,368 9,124 9,208 9,226 9,248 9,322 11,966 11 Wermaktian 6,632 7,620 9,133 10,854 9,213 9,494 9,708 9,924 11,871 9,397 12 Selaru 7,756 8,911 10,680 10,867 10,995 11,308 11,541 11,777 10,003 10,083 13 Tanimbar Utara 9,584 10,656 11,972 12,960 12,999 13,235 13,375 13,521 13,629 13,739 14 Yaru 3,817 4,244 4,768 4,806 4,705 4,768 4,797 4,828 4,866 4,905 15 Wualabobar 5,945 6,610 7,426 7,148 7,550 7,721 7,836 7,954 8,018 8,082 16 Nirunmas 5,755 6,399 7,189 7,433 7,450 7,543 7,583 7,625 7,687 5,798 17 Kormomolin 4,601 5,116 5,748 5,884 5,685 5,719 5,711 5,706 5,752 7,749 Total Kawasan 115,046 129,991 149,850 152,442 153,534 156,439 158,220 160,061 161,342 162,635 Tahun (Jiwa) Kecamatan No

Sumber : BPS Kab. MTB (2007), diolah (2011)

Tabel 36. Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan

1980 1990 2000 2007 Δ 10thn Laju Tumbuh Δ 10thn Laju Tumbuh Δ 7thn Laju Tumbuh 1 Pp. Terselatan 10,901 12,949 15,301 16,132 2,048 1.736% 2,352 1.683% 831 0.758% 2 Damer 4,517 5,365 6,340 5,334 849 1.736% 975 1.683% (1,006) -2.438% 3 Wetar 3,373 4,007 4,735 7,115 634 1.736% 728 1.683% 2,380 5.990% 4 Leti 6,442 6,966 7,489 7,564 525 0.786% 523 0.726% 75 0.142% 5 Moa Lakor 7,741 8,372 9,000 9,375 630 0.786% 628 0.726% 375 0.585% 6 Pp.Babar 6,097 6,706 7,621 8,546 608 0.956% 915 1.288% 925 1.650% 7 Babar Timur 7,455 8,199 9,318 9,997 744 0.956% 1,119 1.288% 679 1.010% 8 Mdona Hiera 4,026 4,428 5,032 5,307 402 0.956% 604 1.288% 275 0.763% 9 Tanimbar Selatan 14,070 16,165 19,375 21,546 2,096 1.398% 3,210 1.828% 2,171 1.529% 10 Wertamrian 6,334 7,278 8,723 11,966 943 1.398% 1,445 1.828% 3,243 4.619% 11 Wermaktian 6,632 7,620 9,133 9,397 988 1.398% 1,513 1.828% 264 0.408% 12 Selaru 7,756 8,911 10,680 10,083 1,155 1.398% 1,769 1.828% (597) -0.818% 13 Tanimbar Utara 9,584 10,656 11,972 13,739 1,073 1.066% 1,316 1.171% 1,767 1.986% 14 Yaru 3,817 4,244 4,768 4,905 427 1.066% 524 1.171% 137 0.406% 15 Wualabobar 5,945 6,610 7,426 8,082 665 1.066% 816 1.171% 656 1.217% 16 Nirunmas 5,755 6,399 7,189 5,798 644 1.066% 790 1.171% (1,391) -3.025% 17 Kormomolin 4,601 5,116 5,748 7,749 515 1.066% 632 1.171% 2,001 4.360% Total Kawasan 115,046 129,991 149,850 162,635 14,945 1.210% 19,859 1.384% 12,785 1.126% 1990-1980 2000-1990 2007-2000 Tahun (Jiwa) No Kecamatan

nilai laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,736% per tahun. Ini berarti diantara kecamatan yang ada dalam kawasan penelitian, ketiga kecamatan ini memiliki nilai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dari kecamatan yang lain.

Periode tahun 1990 sampai dengan 2000, kecamatan Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian, dan Selaru memiliki nilai laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,828% per tahun. Ini berarti keempat kecamatan dimaksud memiliki laju pertumbuhan penduduk yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan 13 kecamatan lainnya. Meskipun Kecamatan Pp Terselatan, Damer dan Wetar, pada periode tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 laju pertumbuhannya menurun menjadi 1,683%, akan tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya di kawasan penelitian, kualitas laju pertumbuhan di ketiga kecamatan ini masih dikategorikan cukup tinggi dan hanya berbeda sedikit dibawah kecamatan-kecamatan seperti Tanimbar Selatan, Wertamrian, Wermaktian, dan Selaru.

Pertumbuhan penduduk diatas rata-rata pertumbuhan penduduk kecamatan selama dua periode yaitu 1.21% dan 1.18%, selain mengindikasikan akan adanya perpindahan penduduk dari kecamatan lain disekitarnya juga mengindikasikan akan adanya peluang kerja dan pertumbuhan yang cukup tinggi di wilayah-wilayah kecamatan yang menjadi tujuan. Indikasi tentang peluang kerja dan pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dari kecamatan-kecamatan tersebut diatas, sangatlah beralasan terutama jika dikaitkan dengan adanya laju kenaikan jumlah penduduk diatas rata-rata kawasan.

Periode tahun 1980 sampai tahun 1990 arah pertumbuhan mengarah kepada kecamatan Pp. Terselatan dengan pusat pertumbuhannya adalah Kota Wonreli di Pulau Kisar. Hal ini disebabkan karena aksesibilitas menuju dan dari Provinsi Timor Timur lebih dekat dari pada aksesibilitas ibukota Kabupaten Maluku Tenggara yang pada saat itu berada di Tual, yang juga merupakan pulau kecil dan tidak memiliki kapasitas yang cukup memberikan pelayanan sampai di pulau-pulau terselatan seperti Pulau Wetar dan Kisar yang berjarak lebih dari 700 sampai 750 km dari Tual di kepulauan Kei.

Demikian juga aksesibiltas dari ibu kota Provinsi Maluku di Ambon yang berjarak 500 km. Sehingga aksebilitas sosial maupun ekonomi diwilayah ini cenderung berasosiasi dengan wilayah terdekatnya yang lebih maju pertumbuhannya seperti Provinsi Timor Timur, yang hanya berjarak 35 sampai 70 km saja. Ini ditunjukkan melalu jalur perdagangan dan transportasi laut maupun udara yang langsung menuju ke Pulau Kisar tanpa melalui ibu kota provinsi maupun ibu kota kabupaten. Kondisi ini mulai berakhir setelah Provinsi Timor Timur memisahkan diri dan membentuk negara sendiri pada tahun 1999 dan wilayahnya sudah bukan wilayah Indonesia lagi, sehingga aksesibilitas kemudian menjadi sulit meskipun jaraknya dekat.

Demikian halnya juga dengan periode tahun 1990 sampai tahun 2000, terlihat jelas lonjakan jumlah penduduk kecamatan yang berada di bagian selatan pulau Yamdena terutama sekali kecamatan Tanimbar Selatan. Lonjakan jumlah penduduk sangatlah beralasan karena periode ini adalah periode menuju dibukanya kawasan ini sebagai kabupaten baru yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang ibukotanya berlokasi di kota Saumlaki, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1999. Dengan demikian, tidaklah mengherankan kalau arah pertumbuhan penduduk yang tadinya menuju ke Pulau Kisar, kemudian berangsur-angsur berpindah menuju ke arah Pulau Yamdena.

5.2.2 Ketenagakerjaan

Dari sudut pandang ketenagakerjaan, maka berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat, serta Kantor BPS Provinsi Maluku, dari tahun 2000 – 2008, diketahui bahwa jumlah angkatan kerja di kawasan penelitian dari tahun ke tahun terus bertambah seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di kawasan ini. Klasifikasi data ketenagakerjaan di kawasan ini ditunjukkan melalui pengelompokan kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk yang berusia 10 tahun keatas di kawasan ini antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2007, seperti bekerja, mencari kerja, sekolah, mengurus rumah tangga, serta

aktivitas lainnya. Secara lebih detail data ketenagakerjaan dimaksud dijelaskan melalui Tabel 37 berikut ini.

Tabel 37. Data Angkatan Kerja di Kabupaten MTB tahun 2002-2007

Bekerja Mencari

Kerja Jumlah Sekolah

Mengurus

R. Tangga Lainnya Jumlah

2002 66.681 2.103 68.784 22.116 12.333 10.032 44.481 113.265 2003 81.350 2.504 83.854 24.801 16.404 13.782 54.987 138.841 2004 85.811 2.644 88.455 25.040 18.047 15.953 59.040 147.495 2005 85.823 1.577 87.400 25.121 18.113 16.859 60.093 147.493 2006 86.323 1.872 88.195 30.121 20.125 17.859 68.105 156.300 2007 86.846 2.235 89.081 30.171 20.125 18.103 68.399 157.480 Total (orang) Bukan Angkatan Kerja (orang)

Tahun

Angkatan Kerja (orang)

Sumber : BPS Kab. MTB ( 2002 – 2007), diolah (2011)

Angkatan kerja sangat berperan dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kawasan. Peran dari angkatan kerja ini ditunjukkan melalui data banyaknya angkatan kerja yang berpartisipasi langsung dalam setiap lapangan usaha pembentuk PDRB yang ada di kawasan penelitian. Keterlibatan angkatan kerja sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 diperlihatkan melalui Tabel 38.

Tabel 38. Data Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 48,963 59,733 63,007 63,015 63,020 65,106 2 Pertambangan dan Pengalian 354 435 462 464 462 612 3 Industri Pengolahan 465 570 604 606 605 611 4 Listrik, Gas dan Air Minum 111 136 144 145 146 162 5 Bangunan 576 710 754 755 754 762 6 Perdagangan Besar, Eceran dan Rumah Makan 5,754 6,992 7,353 7,355 7,360 8,265 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 1,107 1,362 1,447 1,449 1,445 1,462 8 Keuangan dan sejenisnya 399 489 517 513 508 504 9 Jasa Kemasyarakatan 8,952 10,923 11,523 11,521 11,520 11,523 10 Lainnya - - - 75

Tahun (orang) Lapangan Pekarjaan Utama

No

Meskipun sebagian besar dari jumlah angkatan kerja sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 38, sudah terserap dalam setiap lapangan usaha di kawasan ini, akan tetapi, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,4% per tahun, berdampak terhadap semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja yang pada akhirnya berakibat pada bertambah tingginya angka pengangguran, terutama bagi mereka yang pendidikannya tidak cukup untuk bersaing didalam mendapatkan lapangan pekerjaan.

Dengan demikian kualitas dari angkatan kerja juga menjadi hal yang sangat penting karena berkaitan dengan kemampuan mereka didalam mengubah keberadaan sumberdaya pulau-pulau kecil yang dimilikinya menjadi suatu nilai ekonomi yang berguna bagi pengembangan pulau-pulau kecil serta bagi kesejahteraan mereka sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendidikan juga menjadi hal yang sangat perlu karena pendidikan merupakan investasi yang paling penting didalam menyiapkan penduduk untuk mampu bersaing dan bekerja dengan baik didalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya khususnya sumberdaya pulau-pulau kecil secara efisien dan efektif.

5.2.3 Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub-bab karakteristik fisik dan perairan, di wilayah penelitian ada kecamatan yang terdiri atas beberapa pulau dan sebaliknya juga ada pulau yang terdiri atas beberapa kecamatan. Hal ini sangat berpengaruh pada sistem pendidikan yang ada terutama berkaitan dengan aksesibilitas penduduk terhadap fasilitas pendidikan yang tersedia. Dengan demikian meskipun pemerintah setempat sudah menetapkan kebijakannya untuk paling tidak setiap kecamatan memiliki prasarana dan sarana pendidikan berupa SD sampai SMP (9 tahun belajar), akan tetapi sebarannya masih tidak merata. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kantor BPS MTB, Tahun 2006, tentang jumlah murid, guru dan kelas, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dapat diketahui bahwa rasio

murid dengan kelas, rasio murid dengan guru untuk setiap kecamatan di wilayah penelitian sangatlah bervariasi. Rasio sistem pendidikan yang tidak merata tersebut diperlihatkan melalui Tabel 39; Tabel 40; dan Tabel 41 berikut ini.

Tabel 39. Sarana Pendidikan SD di Kab. MTB Tahun 2006

SD R_Kl s Muri d Guru Kl s /SD mrd/kl s mrd/gru

1 Pp. Ters el a tan 23 138 2,596 166 6.00 18.81 15.64 2 Wetar 22 132 1,366 78 6.00 10.35 17.51 3 Da mer 9 54 1,044 41 6.00 19.33 25.46 4 Leti 12 72 931 103 6.00 12.93 9.04 5 Moa La kor 22 132 1,683 110 6.00 12.75 15.30 6 Pp. Ba ba r 22 132 1,479 138 6.00 11.20 10.72 7 Ba ba r Ti mur 28 168 1,744 162 6.00 10.38 10.77 8 Mdona Hei ra 12 72 1,117 53 6.00 15.51 21.08 9 Ta ni mba r Sel a tan 23 144 4,086 327 6.26 28.38 12.50 10 Wertamri a n 12 72 1,409 118 6.00 19.57 11.94 11 Werma kti a n 12 72 1,944 96 6.00 27.00 20.25 12 Sel a ru 15 90 2,146 131 6.00 23.84 16.38 13 Ta ni mba r Utara 17 102 2,044 150 6.00 20.04 13.63 14 Ya ru 10 60 900 71 6.00 15.00 12.68 15 Wua rl a boba r 17 102 1,831 76 6.00 17.95 24.09 16 Ni runma s 11 66 1,392 72 6.00 21.09 19.33 17 Kormomol i n 10 60 1,028 60 6.00 17.13 17.13 Juml a h 277 1,668 28,740 1,952 6.02 17.23 14.72

No. Keca ma tan Juml a h

Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan :

a) SD : Sekolah Dasar d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b) R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c) KLS/SD : Kelas/Sekolah Dasar

Dari tabel-tabel tersebut, nampak bahwa, untuk tingkat SD rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Tanimbar Selatan, dengan nilai mencapai 28 murid per kelas, sedang yang terendah berada di kecamatan Wetar dengan nilai mencapai 10.35 murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Damer dengan nilai mencapai 25.46 murid per guru, sedang yang terendah berada di

kecamatan Leti dengan nilai mencapai 9.04 murid per guru. Untuk tingkat SMP rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Nirunmas dengan nilai mencapai 39.87 murid per kelas, sedang yang terendah berada di kecamatan Wetar dengan nilai mencapai 19.53 murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Wermaktian dengan nilai mencapai 29.33 murid per guru, sedang yang terendah berada di kecamatan Wertamrian dengan nilai mencapai 7.84 murid per guru.

Tabel 40. Sarana Pendidikan SMP di Kab. MTB Tahun 2006

SMP R_Kls Murid Guru Kls /SMP Mrd/Kls Mrd/Gru

1 Pp. Ters elatan 8 30 993 83 3.75 33.10 11.96 2 Wetar 4 15 293 24 3.75 19.53 12.21 3 Damer 5 18 356 25 3.60 19.78 14.24 4 Leti 4 15 454 29 3.75 30.27 15.66 5 Moa Lakor 4 12 443 30 3.00 36.92 14.77 6 Pp. Babar 5 21 578 56 4.20 27.52 10.32 7 Babar Timur 7 24 596 57 3.43 24.83 10.46 8 Mdona Heira 3 9 270 19 3.00 30.00 14.21 9 Tanimbar Selatan 12 65 1,916 242 5.42 29.48 7.92 10 Wertamrian 5 18 596 76 3.60 33.11 7.84 11 Wermaktian 4 15 528 18 3.75 35.20 29.33 12 Selaru 6 24 765 64 4.00 31.88 11.95 13 Tanimbar Utara 8 31 1,002 97 3.88 32.32 10.33 14 Yaru 3 9 301 25 3.00 33.44 12.04 15 Wuarlabobar 5 18 482 32 3.60 26.78 15.06 16 Nirunmas 5 15 598 48 3.00 39.87 12.46 17 Kormomolin 4 12 409 41 3.00 34.08 9.98 Jumlah 92 351 10,580 966 3.82 30.14 10.95 Jumlah No. Kecamatan

Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan :

a)SMP : Sekolah Menengah Pertama d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b)R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c)KLS/SMP : Kelas/Sekolah Menengah Pertama

Untuk tingkat SMA rasio murid per kelas tertinggi berada di kecamatan Pulau pulau Terselatan dengan nilai mencapai 234.33 murid per kelas,

sedang yang terendah berada di kecamatan Yaru dengan nilai mencapai 17.33 murid per kelas. Demikian halnya juga dengan rasio murid per guru tertinggi berada di kecamatan Wermaktian dengan nilai mencapai 91.00 murid per guru, sedang yang terendah berada di kecamatan Wertamrian dengan nilai mencapai 9.40 murid per guru.

Tabel 41. Sarana Pendidikan SMA di Kab. MTB Tahun 2006

No. Kecamatan SMA R_Kls Murid Guru Kls/SMA Mrd/Kls Mrd/Gru

1 Pp. Terselatan 3 3 703 34 1.00 234.33 20.68 2 Wetar 1 3 64 5 3.00 21.33 12.80 3 Damer 2 6 118 7 3.00 19.67 16.86 4 Leti 1 3 326 17 3.00 108.67 19.18 5 Moa Lakor - - - - 6 Pp. Babar 1 11 384 17 11.00 34.91 22.59 7 Babar Timur 2 8 234 14 4.00 29.25 16.71 8 Mdona Heira - - - - 9 Tanimbar Selatan 4 36 1,296 84 9.00 36.00 15.43 10 Wertamrian 1 3 94 10 3.00 31.33 9.40 11 Wermaktian 1 3 91 1 3.00 30.33 91.00 12 Selaru 1 9 119 10 9.00 13.22 11.90 13 Tanimbar Utara 3 17 536 47 5.67 31.53 11.40 14 Yaru 1 3 52 4 3.00 17.33 13.00 15 Wuarlabobar 1 3 133 5 3.00 44.33 26.60 16 Nirunmas 2 6 185 14 3.00 30.83 13.21 17 Kormomolin 1 3 55 1 3.00 18.33 55.00 Jumlah 25 117 4,390 270 4.68 37.52 16.26

Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011) Keterangan :

a)SMA : Sekolah Menengah Atas d) Mrd/Kls : Murid/Kelas b)R_KLS : Ruang Kelas e) Mrd/Gru : Murid/Guru c)KLS/SMP : Kelas/Sekolah Menengah Atas

Mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006, tampak bahwa rata-rata nasional rasio murid per kelas untuk tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, adalah 26, 37, 37. Sedangkan rata- rata rasio murid per guru untuk setiap tingkat pendidikan yang sama adalah

19, 14, 13. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio murid per kelas dan rata- rata rasio murid per guru untuk setiap tingkat pendidikan yang sama di wilayah penelitian, yaitu 18, 30, 38 dan 15, 11, 16, maka secara keseluruhan kualitas pendidikan di wilayah penelitian masih termasuk dalam kategori ideal. Akan tetapi secara individual nampak jelas akan adanya kecamatan yang rasio pendidikannya sangat rendah dan juga ada yang sangat tinggi bahkan melampaui kapasitas nilai rata-rata nasional.

Tinggi rendahnya rasio pendidikan dibandingkan standar nasional yang ada antara lain disebabkan oleh jumlah pulau yang relatif banyak dalam satu kecamatan seperti halnya terjadi di kecamatan Pulau-pulau Terselatan, dimana fasilitas pendidikan untuk kecamatan ini hanya tersedia di salah satu pulau saja sehingga aksesibilitas terhadap fasilitas pendidikan dari pulau- pulau lainnya menjadi tidak mudah. Hal serupa terjadi pada kecamatan Moa Lakor dan Mdona Heira yang bahkan tidak memiliki fasilitas pendidikan setingkat SMA, sehingga akses untuk mendapatkan fasilitas pendidikan harus dilakukan oleh siswa dengan berpindah ke pulau lain seperti di Pulau Lakor atau Pulau Babar. Kondisi ini menjadi terbalik justru untuk wilayah di Pulau Yamdena, dimana dalam satu pulau terdapat banyak kecamatan didalamnya, sehingga aksesibilitas terhadap fasilitas pendidikan bisa lebih dirasakan keberadaannya.

5.2.4 Kesehatan

Selain pendidikan, maka indikator sosial lainnya yang penting adalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat di wilayah penelitian, dapat dilihat dari jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, yaitu rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik desa, balai kesehatan ibu dan anak (BKIA), posyandu, termasuk jumlah tenaga medis maupun paramedik yang ada serta usaha-usaha kesehatan masyarakat lainnya seperti usaha perbaikan gizi keluarga, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta imunisasi. Sebaran fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, serta berbagai usaha kesehatan masyarakat di wilayah penelitian diperlihatkan melalui Tabel 42.

Tabel 42. Sarana dan Usaha Kesehatan MTB R Sa ki t U mu m Pu ske sm a s Pu ske sm a s Pe m b a n tu D o kt e r U mu m D o kt e r G ig i Pe ra w a t U mu m Bi d a n L a in n ya Po likl in ik D e sa Po sya n d u 1 Pp. Terselatan - 1 7 1 - 45 5 4 2 27 2 Wetar - 2 8 - - 16 3 - - 23 3 Damer - 1 1 - - 3 1 - - 8 4 Leti - 1 5 - - 16 4 4 2 19 5 Moa Lakor - 2 5 - - 6 4 1 1 19 6 Pp. Babar - 1 5 - - 17 28 7 2 20 7 Babar Timur - 2 8 - - 32 3 7 4 32 8 Mdona Heira - 2 2 - - 12 5 1 - 15 9 Tanimbar Selatan 1 1 7 8 1 45 32 15 1 24 10 Wertamrian - 1 4 - - 19 4 2 1 9 11 Wermaktian - 1 3 - - 10 1 - 1 9 12 Selaru - 2 4 - - 19 6 3 2 12 13 Tanimbar Utara - 1 3 1 - 12 7 5 2 16 14 Yaru - 1 2 - - 10 3 10 3 8 15 Wuarlabobar - 1 6 - - 9 2 - 1 18 16 Nirunmas - 2 3 - - 10 3 3 - 7 17 Kormomolin - 1 3 - - 10 2 1 - 10 1 23 76 10 1 291 113 63 22 276 T o t a l

Sarana Kesehatan (Unit) Tenaga Kesehatan (Orang)

No. Kecamatan

Swadaya (Unit)

Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011)

Pada tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah Rumah Sakit Umum hanya ada satu, yaitu di kota Saumlaki, kecamatan Tanimbar Selatan, yang merupakan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Untuk sarana kesehatan lainnya seperti puskesmas dan puskesmas pembantu, keberadaannya sudah cukup merata sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di wilayah penelitian demikian halnya juga dengan usaha kesehatan masyarakat yang bersifat swadaya seperti poliklinik desa dan posyandu, namun demikian untuk tenaga kesehatan seperti dokter umum dan dokter gigi, keberadaanya masih terpusat ditiga kecamatan yaitu Tanimbar Selatan, Pp. Terselatan, dan Tanimbar Utara.

5.3 Karakteristik Ekonomi.

Pertanian merupakan sektor strategis di kawasan penelitian yang memiliki potensi pengembangan ke depan. Pertanian yang diklasifikasikan ke dalam 9 jenis tanaman yang diusahakan, terdiri dari : bawang merah, jeruk, padi lading, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi-ubian. Sembilan jenis tanaman tersebut, menghasilkan produksi rata- rata sebesar 12.480 kg. Dari data Luas panen dan produksi sektor pertanian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat diuraikan sebagai berikut : Komoditi Padi Ladang Luas panen 1.422 ha, Produksi 3.022 ton. Komoditi Jagung Luas panen 4.170 ha, Produksi 9.621 ton. Komoditi Kacang- kacangan Luas panen 84 ha, Produksi 76 ton. Komoditi Ubi-ubian Luas panen 651 ha, Produksi 5.091 ton. Nilai produksi pertanian dengan lapangan usaha tanaman bahan makanan di Maluku Tenggara Barat pada tahun 2006 adalah Rp. 104.498.020.000. Rincian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2006 ditunjukkan dalam Tabel 43.

Perkebunan termasuk pada sektor pertanian dan diklasifikasikan atas 7 jenis komoditi, yaitu: kelapa, cengkeh, pala, kopi, kapuk, kakao, dan jambu mete. Produksi kelapa tahun 2006 sebanyak 25.126 ton, Produksi cengkeh pada tahun yang sama sebanyak 1 ton, Produksi pala sebanyak 14 ton, Produksi kopi sebanyak 37.1 ton, Produksi kapuk sebanyak 58.5 ton, Produksi kakao sebanyak 8 ton, Produksi jambu mete sebanyak 148 ton. Dari hasil analisis terhadap perkembangan ke tujuh komoditi perkebunan yang ada di Maluku Tenggara Barat, maka terdapat 2 (dua) jenis komoditi yang mempunyai potensi produksi sangat tinggi, yaitu komoditi kopra dan jambu mete. Total nilai tanaman perkebunan di Maluku Tenggara Barat pada tahun 2006 adalah Rp. 54.525.530.000,

Berdasarkan data perkembangan hasil penangkapan ikan dan nilai ikan pada tahun 2006, produksi perikanan dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencapai 17.189.6 ton, dengan nilai sebesar Rp.142.776.450.000. Demikian halnya untuk peternakan, berdasarkan data populasi jenis ternak diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi sebanyak 7.040 ekor, kerbau

Tabel 43. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) MTB Tahun 2006

I. Pertanian 317,143.38

 Tanaman Bahan Makanan 104,498.02

 Tanaman Perkebunan 54,525.53

 Peternakan & Hasil-hasilnya 12,145.42

 Kehutanan 3,197.96

 Perikanan 142,776.45

II. Pertambangan & Penggalian 5,309.13

 Pertambangan 0,00

 Penggalian 5,309.13

III. Industri Pengolahan 3,264.47

 Industri Tanpa Migas 3,264.47

IV. Listrik, Gas & Air Bersih 3,562.45

 Listrik 3,471.22

 Air Bersih 91.23

V. Bangunan 12,567.83

 Bangunan 12,567.83

VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 161,289.54

 Perdagangan 160,534.42

 Hotel 84.68

 Restoran 670.44

VII. Pengangkutan & Komunikasi 9,195.87

 Angkutan 8,352.16

1. Angkutan Jalan Raya 2,419.43

2. Angkutan Laut 4,793.61

3. Angkutan & Penyeberangan 181.92

4. Angkutan Udara 722.25

5. Jasa Penunjang Angkutan 234.95

 Komunikasi 843.71

VIII. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 23,729.87

 Bank 2,964.99

 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 572.10

 Sewa Bangunan 20,081.25

 Jasa Perusahaan 111.53

IX. Jasa - Jasa/ Services 61,245.76

 Pemerintahan Umum & Pertahanan 46,510.48

 Swasta 14,735.28

1. Sosial Kemasyarakatan 13,042.56

2. Hiburan & Rekreasi 27.01

3. Perorangan & Rumah Tangga 1,665.71

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 597,308.30

2006

Lapangan Usaha

Sumber : BPS Kab. MTB (2006), diolah (2011)

sebanyak 22.920 ekor, kambing sebanyak 83.948 ekor, domba sebanyak 15.261 ekor, babi sebanyak 82.138 ekor, dan kuda sebanyak 9.184 ekor. Berdasarkan populasi ternak tersebut, maka produksi daging MTB yang bisa

dihasilkan pada tahun 2006 adalah sebesar 182.499 kg daging sapi, 35.756 kg daging kerbau, 241.139 kg daging kambing, dan 476.606 kg daging babi. Sedangkan untuk ayam dan telur produksinya sebesar 122.332 kg dan 66.827 kg. Nilai produksi peternakan pada Tahun 2006 adalah sebesar Rp. 12.145.420.000

Bumi MTB mengandung berbagai macam kekayaan alam yang potensial. Potensi bahan tambang/bahan galian seperti logam mulia (emas), tembaga, plumbum, mangan, belerang, batu gamping, dll. Sebagian besar masih pada tahap eksplorasi, hanya emas (logam mulia) dan tembaga yang sudah pada tahap eksploitasi. Informasi serta data mencakup sumber-sumber bahan galian tambang, meliputi : Emas di pulau Wetar dan pulau Romang, Tembaga di pulau Wetar, Gamping, pasir di pulau Yamdena, Mangan di pulau Moa, Belerang di pulau Babar, Batu gamping di pulau Damar, Minyak (Marsela) antara P. Selaru dan P. Marsela. Pada Tahun 2006, nilai produksi bahan tambang dan galian tersebut adalah sebesar Rp. 5.309.130.000

Kawasan hutan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dijabarkan sesuai dengan luas fungsi kawasan hutan yaitu : Hutan Konservasi 42.440.000 m2, Hutan Lindung 119.175.000 m2, Hutan Produksi Terbatas 1.188.480,000 m2, Hutan Produksi Tetap 1.936.895.000 m2, Hutan Produksi Konversi 4.130.605.000 m2, dengan areal penggunaan lain 1.067.495.000 m2. Sedangkan Hutan Mangrove di Maluku Tenggara Barat terdapat di 3 (tiga) gugus pulau yaitu; Pulau Yamdena, Pulau Wetar dan Pulau Larat, adapun uraian masing-masing pulau adalah sebagai berikut : Di Pulau Yamdena keberadaan mangrove tersebar di beberapa pulau dan didominasi oleh Rhizophora dan Bruguiera.

Mangrove terdapat di Pulau Wetar dan Pulau Lirang dan didominasi oleh tumbuhan Soneratia alba, Baringtonia asiatica, Hibiscus tilianceous,

Nypha fructicans dan Acanthus licifolius. Mangrove di Pulau Larat didominasi

oleh Rhizopora stylosa, Bruguiera gymnnorrhhiza, Rhizophra apiculata,

Bruguiera Gymnnorrhhizal dll. Terumbu karang di Maluku Tenggara Barat

tersebar di Pulau Tanimbar Selatan yang meliputi Pulau Wotap, Pulau Wuliaru, Pulau Kiswui dan Pulau Selu dengan keragaman jenis yang cukup

tinggi. Selain itu terdapat juga di Pulau Wetar dan Pulau Lirang yang terdiri dari 128 spesies.

Kawasan Wisata Bahari terdapat di Segitiga MAN (Pulau Matakus, Pulau Angwarmase dan Pulau Nastabun) yang terletak di Teluk Saumlaki. Masing-masing pulau dengan ciri khas dan potensi yang berbeda serta memberikan suatu keanekaragaman obyek dan daya tarik yang saling melengkapi. Desa Tumbur terletak kurang lebih 18 km dari Kota Saumlaki. Hasil kerajinan tangan dan ketrampilan yang terkenal dari desa ini adalah berbagai ukiran dari kayu, bambu, anyaman, dan tenunan dalam berbagai

Dokumen terkait