• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Tunanetra

4. Karakteristik Tunanetra

Setiap penyandang tunanetra memiliki perbedaan individual dengan yang lain, namun secara umum penyandang tunanetra mempunyai ciri khusus atau karakteristik, antara lain: a. cenderung mengambangkan rasa curiga terhadap orang lain, b. perasaan mudah tersingung, c. ketergantungan yang berlebihan, d. blindism, e. rasa rendah diri, f. tangan ke depan dan badan agak membungkuk, g. suka

melamun, h. fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek, i. kritis, j. pemberani, k. perhatian terpusat (Anasatasia Widdjajantin & Imanuel Hitipeuw, 1996: 13)

Selanjutnya akan diuraikan lebih dalam melalui penjelasan berikut ini:

a. Cenderung mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain

Ketunanetraan membawa seseorang kehilangan kontak dengan lingkungannya, sehingga mengalami kendala memposisikan dirinya dalam lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan hilangnya rasa aman dan cepat curiga terhadap orang lain.

b. Perasaan mudah tersinggung

Perasaan tersinggung ini timbul karena pengalaman sehari-hari yang selalu menyebabkan kekecewaan dalam dirinya sehingga seorang tunanetra menjadi emosional. Senda gurau, tekanan suara tertentu atau singgungan fisik yang tidak disengaja dari orang lain dapat menyinggung perasaannya. Selain itu, keterbatasan informasi dan komunikasi karena kurang berfungsinya dria penglihatan sering menyebabkan kesalahpahaman pada diri seorang penyandang tunanetra sehingga menyebabkan perasaan mudah tersinggung.

c. Ketergantungan yang berlebihan

Ketergantungan yang berlebihan pada seorang penyandang tunanetra ini dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama yaitu

datang dari dalam diri tunanetra adalah belum atau tidak mau berusaha sepenuh hati mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan yang kedua yaitu datang dari luar diri tunanetra adalah selalu ada rasa kasih sayang dan perlindungan yang berlebihan dari orang lain disekitarnya sehingga segala keperluannya telah disiapkan dan tunanetra tidak pernah dibiarkan sendiri untuk berbuat sesuatu. d. Blindism

Blindism merupakan gerakan-gerakan yang dilakukan seorang penyandang tunanetra tanpa mereka sadari akibat dari kurangnya rangsang visual. Gerakan-gerakan tersebut seperti mengayun- ayunkan tangan, menggeleng-gelengkan kepala, menarik-narik telinga dan lain sebagainya.

e. Rasa rendah diri

Ketunanetraan akan membawa akibat timbulnya beberapa keterbatasan sehingga tidak jarang dari penyandang tunanetra selalu menganggap bahwa dirinya lebih rendah dari orang lain yang normal.

f. Tangan ke depan dan badan agak membungkuk

Para penyangdang tunanetra cenderung untuk agak membungkukkan badan dan tangan ke depan, maksudnya adalah untuk melindungi badannya dari sentuhan benda atau terantuk benda yang tajam.

g. Suka melamun

Mata yang tidak berfungsi mengakibatkan tunanetra tidak dapat mengamati keadaan lingkungan, maka waktu yang kosong sering dipergunakan untuk melamun.

h. Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu objek

Fantasi ini sangat berkaitan dengan melamun. Penyandang tunanetra biasanya akan berfantasi pada suatu objek yang pernah diperhatikan dengan rabaannya.

i. Kritis

Keterbatasan dalam penglihatan dan kekuatan dalam berfantasi mengakibatkan penyandang tunanetra sering bertanya pada hal-hal yang belum dimengerti.

j. Pemberani

Para penyandang tunanetra yang telah dapat menerima dirinya sebagai seorang penyandang tunanetra dan dapat bersikap positif terhadap lingkungannya, biasanya tidak mau menerima nasib begitu saja. Mereka dengan percaya diri berusaha sekuat tenaga mencari peluang atau kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mengubah nasib, status dan kualitas hidup mereka.

k. Perhatian terpusat (konsentrasi)

Kebutuhan tunanetra akan informasi menyebabkan dalam melakukan suatu kegiatan akan terpusat. Perhatian yang terpusat ini sangat mendukung kepekaan indra yang masih ada dan normal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan kembali bila seorang yang mengalami ketunanetraan memiliki karakteristik tersendiri yang bisa dilihat atau dibedakan dengan orang berpenglihatan normal. Karakteristik tersebut muncul sebagai akibat dari kerusakan penglihatan yang dialaminya, diantaranya seperti perasaan mudah tersinggung, rendah diri, suka berfantasi, kritis, dan mengembangkan adatanblindism.

5. Keterbatasan Penyandang Tunanetra

Penyandang tunanetra sebagai individu yang mempunyai keterbatasan penglihatan mempunyai keterbatasan-keterbatasan bila dibandingkan dengan individu yang memiliki penglihatan normal. Menurut Sunardi (Munawir Yusuf, 1996: 36), keterbatasan yang dimiliki penyandang tunanetra antara lain adalah: a. keterbatasan dalam perkembangan membaca dan menulis, b. keterbatasan dalam kemampun menolong diri sendiri, c. keterbatasan dalam kegiatan yang memerlukan penglihatan, dan d. keterbatasan dalam kesempatan kerja. Selanjutnya akan diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:

a. Keterbatasan dalam perkembangan membaca dan menulis

Dengan adanya gangguan penglihatan, penyandang tunanetra terpaksa harus belajar membaca dan menulis menggunakan huruf khusus, yaitu huruf Braille. Mempelajari huruf Braille merupakan masalah tersendiri karena memerluka proses yang sangat berbeda dengan memepelajari huruf biasa. Penggunaan huruf Braillepun terbatas, yakni untuk kepentingan yang berkaitan dengan tugas sekolah sementar dalam kehidupan sehari-hari tidak tersedia cukup buku-buku, majalah atau koran yang ditulis dengan menggunakan huruf Braille. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya informasi yang dapat ditangkap oleh penyandang tunanetra mengenai perkembangan yan terjadi di dunia sekitarnya.

b. Keterbatasan dalam kemampun menolong diri sendiri

salah satu fungsi penglihatan adalah untuk memperlancar mobilitas. Dengan penglihatan yang berfungsi baik, seseorang akan mengetahui keadaan dan tempat atau benda-benda berbahya yang harus dihindari namun bagi penyandang tunanetra, mereka akan mengalami hambatan dalam usaha menolong dirinya sendiri dari berbagai bahaya yang ada di sekitarnya.

c. Keterbatasan dalam kegiatan yang memerlukan penglihatan

Banyak aktivitas sehari-hari yang menuntut fungsi penglihatan, misalnya dalam kegiatan melukis, memilih warna, menilai suatu

objek keindahan, merakit suatu mesin teknologi tertentu dan sebagainya. Seorang penyandang tunanetra akan cenderung kesulitan dalam melakukan kegiatan yang banyak menuntut fungsi indra penglihatan.

d. Keterbatasan dalam kesempatan kerja

Kehilangan penglihatan menyebabkan seseorang kehilangan banyak kesempatan kerja, terutama dalam bidang-bidang yang membutuhkan fungsi penglihatan secara penuh seperti pengemudi, bengkel, penjahit, teknisi, dan sejenisnya. Selain itu pandangan dari masyarakat yang masih banyak menganggap remeh terhadap kemampuan tunanetra sebagai tenaga kerja menjadikan tunanetra sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Dokumen terkait