• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Sentra Nergi Biomassa

4.4.4. Kas Tahun Operasional

Perhitungan untuk menggambarkan arus kas selama delapan tahun operasional sentra energi biomassa dari tahun 1996 sampai tahun 2003, menggunakan pendekat- an umum dan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Penerimaan berasal dari penjualan gas metana dan bahan organik.

2. Harga metana sama dengan harga LPG sesuai dengan dan menurut tahunnya yang diperoleh dari statistik harga barang dan jasa Indonesia.

3. Harga tertinggi bahan organik sisa fermentasi adalah 25 % dari harga limbah peternakan yang belum mengalami pengolahan/pengomposan sesuai dengan har- ga yang berlaku pada masa dan tempatnya..

4. Pengeluaran meliputi biaya biomassa, biaya pegawai, biaya energi, biaya admi- nistrasi, biaya pemeliharaan.

5. Biaya biomassa yang meliputi pembelian biomassa dan biaya transportasinya untuk biomassa dari kelompok limbah padat, dan biaya produksi dan biaya tran- sportasi untuk biomassa dari pertanian energi.

6. Harga energi listrik sesuai dengan harga yang berlaku pada masanya sesuai dengan golongan pelanggan dan kelompok daya terpasang.

7. Sampah kota memiliki nilai finansial yang rendah, sedang sampah padat lainnya mempunyai harga sesuai dengan harga yang berlaku pada masanya dan sesuai dengan tempatnya.

8. Harga biomassa dari ladang energi dan kebun energi sama dengan harga pokok produksinya.

9. Biaya transportasi sampah kota untuk sampai ke sentra energi biomassa sesuai dengan asal kotanya, sedang limbah padat lainnya mempunyai biaya sesuai de- ngan jarak pengangkutannya.

10.Biaya gaji dan upah sesuai dengan yang berlaku secara layak pada tahun-tahun operasional sentra energi.

Perhitungan penerimaan dari penjualan gas metana sentra energi biomassa kawasan Bogor menggunakan produksi gas metana yang dihasilkan, yaitu data Tabel 28. Menggunakan harga satuan yang sesuai dengan tahun operasional sentra energi, baik harga satuan penerimaan maupun harga satuan komponen biaya operasional, diperoleh aruskas sentra energi kawasan Bogor seperti pada Tabel 31.

Tabel 31 Arus kas sentra energi kawasan Bogor (Rp 106)

Tahun Penerimaan Pengeluaran Laba Kotor Pajak Laba Bersih 1996 9.089,66 4.409,59 4.680,07 468,01 4.212,06 1997 8.803,71 4.612,35 4.191,36 419,14 3.772,22 1998 10.281,01 4.964,12 5.316,89 531,69 4.785,20 1999 11.670,39 5.617,47 6.052,92 605,29 5.447,62 2000 12.309,72 6.533,98 5.775,75 577,57 5.198,17 2001 15.229,49 7.568,08 7.661,41 766,14 6.895,27 2002 16.962,22 8.932,47 8.029,75 802,97 7.226,77 2003 21.781,78 10.987,52 10.794,27 1.079,40 9.714,84

Pada Tabel 31 terlihat penerimaan mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 1997 yang mengalami penurunan 3,15 % dari tahun 1996 yang disebabkan hasil produksi pada tahun 1997 mengalami penurunan karena terjadi penurunan biomassa yang terkumpul. Pengeluaran mengalami peningkatan selama masa operasional dari tahun 1996 sampai tahun 2003, karena biaya biomassa dan biaya pegawai sebagai komponen yang dominan dari struktur pengeluaran terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada umumnya sentra energi mendapat laba yang terus mening- kat, kecuali pada tahun 1997 dan pada tahun 2000. Penurunan laba yang diperoleh pada tahun 1997 disebabkan oleh penerimaan yang menurun dan pengeluaran meng- alami peningkatan. Penurunan laba pada tahun 2000, karena peningkatan penerimaan lebih rendah dari peningkatan pengeluaran.

Perhitungan penerimaan dari penjualan gas metana sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta menggunakan produksi gas metana yang dihasilkan, yaitu data Tabel 29. Arus kas selama masa operasional sentra energi kawasan DKI Jakarta dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003 dengan menggunakan harga satuan yang sesuai dengan tahun operasional sentra energi seperti pada Tabel 32.

Tampak penerimaan mengalami peningkatan selama masa operasional sentra energi dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2003 yang sangat kuat oleh terjadi-

nya peningkatan harga LPG. Pengeluaran sepertihalnya dengan penerimaan juga mengalami peningkatan selama masa operasional sentra energi. Pola pengeluaran lebih linier dibandingkan dengan pola peningkatan penerimaan, sehingga laba yang diperoleh mempunyai kecenderungan peningkatan yang serupa dengan penerimaan. Perolehan laba sentra energi kawasan DKI Jakarta sangat signifikan yang sangat di- pengaruhi oleh biaya biomassa yang sangat rendah, karena sampah kota merupakan bagian dominan dari biomassa yang terkumpul dengan harga relatif lebih murah dari biomassa lainnya.

Tabel 32 Arus kas sentra energi kawasan DKI Jakarta (Rp 106)

Tahun Penerimaan Pengeluaran Laba Kotor Pajak Laba Bersih 1996 36.443,500 7.589,140 28.854,360 2.885,436 25.968,924 1997 37.294,390 8.105,380 29.189,010 2.918,901 26.270,109 1998 46.745,350 8.832,450 37.912,900 3.791,290 34.121,610 1999 52.796,150 9.498,200 43.297,950 4.329,800 38.968,155 2000 57.022,450 10.402,187 46.620,263 4.662,026 41.958,237 2001 68.110,550 11.989,715 56.120,835 5.612,084 50.508,752 2002 78.475,820 13.839,387 64.636,433 6.463,643 58.172,790 2003 100.686,200 15.286,665 85.399,535 8.539,954 76.859,582

Perhitungan penerimaan dari penjualan gas metana sentra energi biomassa kawasan Purwakarta menggunakan produksi gas metana yang dihasilkan, yaitu data Tabel 30. Aruskas sentra energi kawasan Purwakarta selama masa operasionalnya dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003 disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Arus kas sentra energi kawasan Purwakarta (Rp 106)

Tahun Penerimaan Pengeluaran Laba Kotor Pajak Laba Bersih 1996 9.391,707 4.797,656 4.594,051 459,4051 4.134,646 1997 9.746,636 5.878,764 3.867,872 386,7872 3.481,085 1998 12.360,650 6.498,343 5.862,309 586,2309 5.276,078 1999 13.962,960 7.634,061 6.328,896 632,8896 5.696,007 2000 15.401,210 8.933,831 6.467,378 646,7378 5.820,640 2001 19.433,920 10.867,960 8.565,958 856,5958 7.709,362 2002 21.369,970 13.422,630 7.947,343 794,7343 7.152,609 2003 27.213,430 16.136,980 11.076,450 1.107,645 9.968,806

Pada Tabel 33 terlihat penerimaan mengalami peningkatan selama masa operasional sentra energi dengan peningkatan tertinggi pada tahun 2003. Sepertihal- nya penerimaan, pengeluaran juga mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan biaya biomassa dan biaya pegawai yang meningkat setiap tahun. Pada umumnya sentra energi mendapat laba yang terus meningkat, kecuali pada tahun 1997 dan pada tahun 2002. Penurunan laba pada kedua tahun tersebut, karena alasan yang sama yaitu nilai peningkatan pengeluaran lebih dari peningkatan nilai pene- rimaan.

Perhitungan nilai sekarang dari bersih operasional tahunan menggunakan asumsi biaya uang 24 % pertahun yang sesuai dengan suku bunga maksimum tahun 1995. Nilai sekarang bersih dari delapan tahun ketiga sentra energi biomassa berope- rasi memperlihatkan nilai yang lebih tinggi dari nilai investasi. Pada sentra energi biomassa kawasan Bogor nilai sekarang bersih adalah Rp 22.719.400.000. Nilai sekarang sentra energi kawasan DKI Jakarta adalah Rp 189.742.950.000. Pada sentra energi kawasam Purwakarta nilai sekarang bersih adalah Rp 23.578.228.340. Perbandingan nilai sekarang bersih dengan biaya investasi sentra energi untuk ka- wasan Bogor adalah 1,62, untuk kawasan DKI Jakarta sebesar 1,72, dan kawasan Purwakarta adalah 1,43.

Meskipun dengan potensi sumberdaya biomassa relatif terdapat perbedaan yang berarti diantara ketiga sentra energi, ternyata arus kas memperlihatkan ketiga sentra energi dapat memperoleh laba dengan jumlah signifikan. dan indikator rasio nilai sekarang bersih terhadap biaya investasi pada ketiga kawasan yang lebih besar dari 1 serta pada rasio yang sangat berarti. Menurut DeGarmo et al (1997), investasi akan menghasilkan keuntungan finansial apabila rasio nilai sekarang bersih terhadap biaya investasi lebih besar dari 1. Kenyataan tersebut merupakan indikasi bahwa pengem-bangan sentra energi biomassa dapat menghasilkan laba usaha yang berarti pada ber-bagai potensi biomassa.

Dokumen terkait