• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus-kasus Kekerasan Dalam Pemekaran Daerah

Dalam dokumen Sengketa Akibat Pemekaran Wilayah. (Halaman 64-68)

Kekerasan Dalam Pemekaran Daerah

B. Kasus-kasus Kekerasan Dalam Pemekaran Daerah

1. Pemekaran Provinsi Tapanuli

KETUA DPRD TEWAS

Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat (berpeci) ketika dievakuasi, menyusul kekerasan dalam aksi demo pembentukan Provinsi Tapanuli di Gedung DPRD Sumut, Selasa (3/2/09). Ketua DPRD Sumut akhirnya meninggal

Provinsi Tapanuli merupakan rencana pemekaran Provinsi Sumatera Utara, terletak pada bagian Barat kawasan Sumatera Utara saat ini. Kabupaten/kota yang bergabung ke dalam provinsi ini meliputi :

1. Kota Sibolga (ibu kota) 2. Kabupaten Tapanuli Tengah 3. Kabupaten Tapanuli Utara 4. Kabupaten Samosir 5. Kabupaten Toba Samosir

6. Kabupaten Humbang Hasundutan

Demo pemekaran Provinsi Tapanuli di DPRD Sumatera Utara berlangsung rusuh. Massa yang berjumlah ribuan menyerbu gedung Dewan, pagar pembatas gedung yang biasa digunakan celah antara gedung dengan tempat aksi demo roboh.

Massa dengan leluasa masuk ke gedung Dewan. Sebagian dan menyerbu ruang Ketua Dewan Abdul Wahab Dalimunte. Massa yang lain menggedor-gedor kaca. Polisi yang berjaga-jaga tak berkutik. Massa memaksa Ketua Dewan Abdul Wahab Dalimunte menandatangani rekomendasi pemekaran Provinsi Tapanuli. Tuntutan massa akhirnya dikabulkan pimpinan Dewan.

G.M. Candra Panggabean, Ketua Umum Panitia Pemekaran Provinsi Tapanuli, mengatakan sejak 2002 masyarakat menginginkan Tapanuli menjadi provinsi. "Kami ingin lepas dari Sumatera Utara," ucap Candra Panggabean yang juga tercatat sebagai anggota DPRD Sumatera Utara.

Candra mengatakan, kalau ada sedikit kerusuhan itu implementasi rakyat ingin ketemu dengan wakilnya. Sementara itu, pihak kepolisian tidak bersedia dikonfirmasi.

Komisaris Suprayitno, penanggung jawab keamanan luar gedung DPRD Sumatera Utara menghilang. Sedangkan Komisaris Iwan mengatakan, dirinya hanya bertanggung jawab dibagian gedung Dewan. Berdasarkan pengamatan Tempo, kedatangan dan jumlah

massa tidak diantisipasi pihak kepolisian.14

Proses ini berujung pada sebuah peristiwa tragis 3 Februari 2009. Sejarah pun mencatat proses pemekaran di Sumatera Utara itu sebagai salah satu contoh pemekaran paling tragis.

14

Tempo.Com, Demo Tuntutan Pemekaran Tapanuli Rusuh, Selasa,, 24 APRIL 2007, AKSES, 20 AGUSTUS 2013, JAM 12:10

Pada 3 Februari itu, ribuan pendukung provinsi Tapanuli berunjuk rasa penuh semangat di gedung DPRD Sumatera Utara. Tuntutan mereka satu: meminta DPRD segera memberikan rekomendasi. Ini adalah persyaratan terakhir yang diperlukan untuk meneruskan pembentukan provinsi Tapanuli.

Tapi demonstrasi itu ricuh. Ketua DPRD Sumatera Utara Aziz Angkat dikeroyok massa sampai tewas. Upaya pemekaran seperti terhantam badai. Sebanyak 16 pelaku demonstrasi dan orang-orang di baliknya diseret ke pengadilan satu per satu. Chandra termasuk di dalamnya karena dituding sebagai otak. Chandra, yang bekas anggota DPRD Sumatera Utara, dihukum delapan tahun penjara.

Sejak saat itu, gaung provinsi Tapanuli seperti mereda. Tapi Chandra mengatakan upaya mengusulkan pemekaran tak serta- merta berhenti. “Desakan dari masyarakat masih kuat,”katanya. Menurut Chandra, proses pemekaran tinggal selangkah lagi karena seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah 129 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 078 Tahun 2007 sudah dipenuhi. Satu-satunya yang tersisa adalah rekomendasi DPRD Sumatera Utara.

Chandra menuturkan sederet alasan Tapanuli harus tumbuh sebagai provinsi sendiri. Tapanuli, kata dia, akan terus menjadi daerah tertinggal bila tak dimekarkan. Padahal, pada masa kolonial, Tapanuli termasuk wilayah residen. “Tapanuli adalah satu-satunya residen yang belum menjadi provinsi,” Chandra menambahkan.

Massa juga menuntut ketua DPRD Sumatera Utara memerintahkan anggota Dewan hadir dalam sidang besok. Namun, permintaan itu tak disanggupi Aziz. Alasannya, keputusan tersebut tergantung fraksi.

Massa tak menerima alasan itu. Mereka kemudian meninju muka Aziz secara bertubi- tubi. Aziz diseret sejauh 25 menter sambil dipukuli dan diinjak-injak. Aksi ini berlangsung sekitar sepuluh menit. Akibatnya, wajah dan mulutnya mengeluarkan darah dan tubuhnya membiru di sejumlah tempat.

Massa semakin beringas karena polisi tak segera bereaksi melihat Aziz ayng dikeroyok. Dalam aksi itu sekitar 250 polisi berjaga di sekitar kejadian. Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Medan ikut mengamankan jalannya aksi tersebut.

Saat itu Aziz terkapar. Massa dan polisi kemudian membopongnya ke dalam truk pengendali massa milik kepolisian. Ia dibawa ke rumah sakit Gleneagles di Medan. Aziz sempat dirawat, namun sekitar pukul 13.00 WIB nyawanya tak tertolong (meninggal).

Empat orang tewas dalam unjuk rasa menuntut pemekaran Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, pada Senin malam (29/4). Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Suhardi Alius mengungkapkan, kejadian berawal saat 500 pengunjuk rasa memblokir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Muara Rupit Simpang Empat, Karang Dampu, Musi Rawas menuntut pemekaran Muratara.

"Massa memblokir total Jalinsum dengan mendirikan tenda-tenda di perempatan Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, namun dihimbau Kapolres Musi Rawas AKBP Barly Ramadani agar tidak memblokir jalan," kata Suhardi.

Dijelaskannya, Kapolres dan Sarkowi selaku Ketua Presidium Pemekaran Kabupaten Muratara mendatangi Redy selaku koordinator lapangan unjuk rasa, meminta pengunjuk rasa tidak menutup Jalinsum, namun ditolak Redy. Untuk menghadapi upaya pembubaran polisi, Redy bahkan meminta massa untuk menyiapkan diri dengan senjata api rakitan jenis kecepek dan golok.

Melihat situasi tersebut, Kabag Hukum Pemkab Musi Rawas, Rahman dan Kabag Linmas, Mita Joni, yang diutus Bupati Musi Rawas, lalu menemui pengunjuk rasa dan melakukan negosiasi serta menjelaskan bahwa Muratara setuju untuk dimekarkan. Ketika Kapolres berusaha menenangkan massa terjadi aksi pelemparan batu dari arah massa pengunjuk rasa ke aparat kepolisian.

"Hal itu memicu bentrokan antara massa dengan pihak kepolisian dan terdengar suara letusan senjata api, yang diperkirakan kecepek, dari arah kerumunan massa kemudian dibalas oleh petugas Dalmas," ujar Suhardi.

Massa semakin beringas dan melakukan perusakan dan pembakaran Mapolsek Muara Rupit. Hingga dinihari pukul 01.30 WIB, massa masih berkumpul di RS Muara Rupit dan melakukan pemblokiran di Jalinsum.

Korban tewas akibat bentrokan tersebut, ada empat yaitu Padillah, 45, Nikson, 20, Suharto, 18 dan Rinto.

EMPAT ORANG TEWAS

Aksi demonstrasi menuntut pemekaran Kabupaten Musi Rawas Utara,Kecamatan Muara Rupit, Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan, Senin 29 April 2013 pagi hingga malam, berakhir bentrok antara Polri dan pendemo.

Akibatnya Empat warga tewas, puluhan warga mengalami luka tembak dua kantor Polsek dibakar.

Dalam dokumen Sengketa Akibat Pemekaran Wilayah. (Halaman 64-68)

Dokumen terkait