• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASUS

Dalam dokumen MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx (Halaman 32-39)

KASUS

A. Bapak L mengeluh susah untuk tarik nafas dalam. Dada kelihatan seperti tong. Saat dilakukan perkusi dada bagian kanan suara redup dan dilakukan auskultasi tidak ada terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasi. Diding dada sebelah kanan selalu tertinggal saat tarik nafas.

B. Pengkajian

Data Subjektif : Bapak L mengeluh susah saat tarik nafas dalam. Data Objektif :

Inspeksi : dada kelihatan seperti tong, dinding dada sebelah kanan selalu tertinggal saat bernafas.

Auskultasi : Tidak ada terdengar udara saat inspirasi dan ekspirasi Perkusi : dada bagian kanan suara redup.

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS: - Tn.L mengeluh susah tarik nafas dalam.

DO:

- Tidak ada terdengar suara saat inspirasi dan ekspirasi - Dada bagian kanan suara redup

- dada seperti tong

Penumpukan cairan di rongga pleura

Tekanan intrapleural

Efusi Pleura

Ekspansi paru menurun dan asimetris gerakan paru

Pertukaran O2 di alveoli menurun

Dypnea

Pola nafas tidak efektif

pola nafas tidak efektif

33 tarik nafas dalam.

DO:

- Tidak ada terdengar suara saat inspirasi dan ekspirasi - Dada bagian kanan suara redup

-dinding dada sebelah kanan selalu tertinggal saat bernafas.

Penumpukan cairan di rongga pleura

Tekanan intrapleural

Efusi Pleura

Penurunan ekspansi paru

Pengeluaran zat-zat vasoaktif(bradikinin, serofinin) Merangsang ujung-ujung saraf bebas nyeri

D. Web Of Caution (WOC)

Peningkatan cairan pleural

penumpukan cairan dirongga pleura

Tekanan intrapleura

Efusi Pleura

34 pertukaran gas di alveos pengeluaran zat

vasoaktif ( bradikinin/ serofinin)

Dyspnea

Merangsang ujung-ujung saraf bebas

E. Asuhan Keperawatan

Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intevensi pola nafas klien dapat normal

Kriteria evaluasi:

Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan rontgen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.

Rencana Intervensi Rasioanl

Identifikasi factor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat

Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang terjadi

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapsan kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.

Baringkan klien dengan kondisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60-90o

Penurunan diafragma dapat memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal.

Pola nafas tidak

35 atau miringkan kearah sisi yang sakit Miring kearah sisi yang sakit dapat menghindari efek penekanan gravitasi cairan sehingga ekspansi dapat maksimal Observasi tanda- tanda vital ( nadi dan

pernapasan)

Peningkatan frekuensi napas dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam .

Auskultasi dapat menentukan kelainan suara napas pada bagian paru

Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas dalam yang efektif

Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau napas dalam. Penekanan otot- otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thoraks

Pemberian O2 dapat menurunkan beban pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksia.

Dengan foto thoraks, dapat di monitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru

Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi pleura bertujuan untuk menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleuraa.

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d. terangsangnya saraf intratoraks sekunder terhadap iritasi pleura

Tujuan : nyeri yang di rasakan dapat teratasi/ berkurang.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharap nyeri berkurang/hilang dengan kriteria: - Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol

- Klien tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik

- Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan

Rencana Intervensi Rasionalisasi

36 Tentukan karakteristik nyeri, mis,

terus menerus, sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intensitas pada skala 0-10

karena peregangan pleura yang melibatkan saraf. Penggunaan skala rentang membantu klien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesic, meningkatkan kontrol nyeri

Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien.

Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi.

Evaluasi keefektifan pemberian obat. Dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri; ganti obat atau waktu sesuai ketepatan.

Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah subjektif dan pengontrolan nyeri yang terbaik merupakan keleluasan pasien. Bila pasien tidak mampu memberikan masukan, perawat harus mengobservasi tanda psikologis dan fisiologis nyeri dan memberikan obat berdasarkan aturan.

Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.

Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang nyeri.

Berikan tindakan kenyamanan, mis., sering ubah posisi, pijatan punggung, sokongan bantal. Dorong penggunaan teknik relaksasi, mis., visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat.

Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanan dan meingkatkan efek terapeutik analgesic.

Jadwalkan periode istirahat. Berikan lingkungan yang tenang.

Penurunan kelemahan dan menghemat energy, meningkatkan kemampuan koping.

37 Bantu aktivitas perawatan diri,

pernapasan/latihan tangan, dan ambulasi.

Mencegah kelemahan yang tak perlu dan regangan. Mendorong dan membantu fisik, mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien mampu / cukup percaya untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri/takut nyeri.

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

Pengelolaan secara farmakologi efusi pleura tergantung pada etiologi kondisinya. Sebagai contoh penatalaksanaan nitrat (Nitrogliceryn) dan diuretic (Furosemide) untuk gagal jantung kongerstif dan edema paru, anti biotic untuk efusi parapneumonia dan empiema dan anti koagulan untuk (heparin) untuk emboli paru.

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannya banyak sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul). Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebiah jarum (atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Adapun penatalaksanaan pada pasien efusi pleura salah satunya bisa tirah baring, tujuannya untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin meningkat pula. Selain itu juga dapat melakukan distraksi. Distraksi adalah teknik mengalihkan perhatian klien ke hal lain terutama hal yang menyenangkan dengan tujuan untuk menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

G. Health Education

1) Penkes mengenai apa itu efusi pleura.

38 3) Penkes gejala efusi pleura.

4) Penkes mengenai pengobatan efusi pleura.

H. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari ini, maka diharapkan seluruh mahasiswa keperawatan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan efusi pleura.

39 DAFTAR PUSTAKA

Doenges, MC dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing

Price, SA & Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Somantri, I. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Dalam dokumen MAKALAH ASKEP EFUSI PLEURA.docx (Halaman 32-39)

Dokumen terkait