• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata sifat

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 35-44)

2.4 Tata Bahasa Indonesia

2.4.1 Kata dalam Bahasa Indonesia

2.4.1.3 Kata sifat

Kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh kata benda dalam kalimat. Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan. Kata sifat dapat dicirikan melalui empat segi, yaitu :

1. Segi perilaku semantik

Kelas kata sifat menunjukkan adanya dua tipe pokok : kata sifat bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan

kata sifat tak bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan.

• Kata sifat bertaraf

Kata sifat bertaraf dapat dibagi atas tujuh macam, yaitu : − Kata sifat pemberi Sifat

Kata sifat pemberi sifat dapat memberikan kualitas dan intensitas yang bercorak fisik atau mental. Contohnya aman, bersih, cocok, dingin, dan lain-lain. − Kata sifat ukuran

Kata sifat ukuran mengacu kepada kualitas yang dapat diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif. Contohnya berat, tinggi, kecil, tebal, luas, dan lain-lain.

− Kata sifat warna

Kata sifat warna mengacu ke berbagai jenis warna, seperti merah, kuning, hijau, biru, dan lain-lain.

− Kata sifat waktu

Kata sifat waktu mengacu ke masa proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung sebagai pewatas. Contohnya lama, segera, cepat, lambat, mendadak, dan lain-lain.

− Kata sifat jarak

Kata sifat jarak mengacu ke ruang antara dua benda, tempat, atau maujud sebagai pewatas kata benda. Contohnya jauh, lebat, suntuk, rapat, akrab, dan lain-lain.

− Kata sifat sikap batin

Kata sifat sikap batin bertalian dengan pengacuan suasana hati atau perasaan. Contohnya bahagia, benci, cemas, lembut, ngeri, sedih, segan, dan lain-lain.

− Kata sifat cerapan

Kata sifat cerapan berkaitan dengan pencaindera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman atau penghiduan, perabaan dan pencitarasaan.

Contohnya :

penglihatan : gemerlap, suram, terang pendengaran : bising, jelas, nyaring, serak penciuman : anyir, busuk, harum, tengik perabaan : basah, halus, keras, kesat, lembab pencitarasaan : asam, enak, lezat, manis, pahit

• Kata sifat tak bertaraf

Kata sifat tak bertaraf menempatkan acuan kata benda yang diwatasinya di dalam kelompok atau golongan tertentu. Keberadaan kata sifat pada dalam lingkungan tersebut, tidak dapat bertaraf-taraf. Contohnya abadi, buntu, genap, mutlak, bundar, lonjong, lurus, sah, dan lain-lain.

2. Kata sifat dari segi perilaku sintaksisnya

Kata sifat berdasarkan segi perilaku sintaksisnya dibagi berdasarkan tiga macam fungsi, yaitu :

• Fungsi Atributif

Kata sifat merupakan pewatas dalam frasa kata benda yang kata bendanya menjadi subyek atau obyek, yang dikatakan bahwa kata sifat dipakai secara atributif. Kata sifat sebagai fungsi atributif, berada di sebelah kanan kata benda. Contohnya buku merah, harga mahal, baju putih, dan lain-lain.

Jika pewatas kata bendanya lebih dari satu, rangkaian pewatas tersebut lazimnya dihubungkan dengan kata yang. Contohnya : baju putih yang panjang.

• Fungsi Predikatif

Kata sifat yang menjalankan fungsi predikat dalam klausa dikatakan bahwa kata sifat dipakai secara

predikatif. Contohnya : Gedung yang baru itu sangat megah.

• Fungsi Adverbial atau Keterangan

Kata sifat yang mewatasi kata kerja atau kata sifat yang menjadi predikat klausa dikatakan bahwa kata sifat dipakai secara adverbial. Contohnya dengan baik, cepat-cepat, dengan sepenuhnya, dan lain-lain.

3. Kata Sifat dari Segi Pentarafannya

Kata sifat bertaraf dapat menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai tingkat bandingan. Pembedaan tingkat kualitas atau kuantitas dinyatakan dengan pewatas seperti benar, sangat, terlalu, agak dan makin. Pembedaan tingkat bandingan dinyatakan dengan pewatas seperti lebih, kurang dan paling. Untuk lebih jelasnya tingkat-tingkat pembedaan akan dijelaskan, sebagai berikut. • Tingkat Kualitas

Tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat intensitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ada enam tingkat kualitas atau intensitas :

− Tingkat Positif

Tingkat positif yang memberikan kualitas atau intensitas maujud yang diterangkan oleh kata sifat

tanpa pewatas. Contohnya : Indonesia kaya akan hutan.

Ketiadaan kulitas dinyatakan dengan pemakaian pewatas tidak atau tak. Contohnya : Daerah itu tidak kaya akan sumber daya alam. − Tingkat Intensif

Tingkat intensif yang menekankan kadar kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas benar, betul atau sungguh. Contohnya : Pak Asep setia benar dalam pekerjaannya. Mobil itu cepat betul jalannya.

Gua di gunung itu sungguh mengerikan. − Tingkat Elatif

Tingkat elatif yang menggambarkan tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi, dinyatakan dengan memakai pewatas amat, sangat, atau sekali. Contohnya :

Dia sangat angkuh padaku. Gaya kerjanya lambat sekali. − Tingkat Eksesif

Tingkat eksesif yang mengacu ke kadar kualitas atau intensitas yang berlebih, atau yang melampaui batas kewajaran, dinyatakan dengan

memakai pewatas terlalu, terlampau dan kelewat. Contohnya :

Mobil itu terlalu mahal.

Soal yang diberikan tadi terlampau sukar. Orang yang melamar sudah kelewat banyak. − Tingkat Augmentatif

Tingkat augmentatif yang menggambarkan naiknya atau bertambahnya tingkat kualitas atau intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas makin dan semakin. Contohnya :

Sutarno menjadi makin kaya.

Semakin banyak peserta semakin baik. − Tingkat Atenuatif

Tingkat atenuatif yang memberikan penurunan kadar kualitas atau pelemahan intensitas, dinyatakan dengan memakai pewatas agak atau sedikit. Contohnya :

Gadis yang agak pemalu itu diterima jadi pegawai. Saya merasa sedikit tertarik membaca novel itu. • Tingkat Bandingan

Pada pembandingan dua maujud atau lebih dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas atau intensitasnya dapat setara atau tidak setara. Tingkat setara disebut

tingkat ekuatif dan tingkat yang tidak setara dibagi menjadi dua, yaitu tingkat komparatif dan superlatif. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut.

− Tingkat Ekuatif

Tingkat ekuatif mengacu ke kadar atau intensitas yang sama atau hamper sama. Peranti bahasa yang digunakan klitik se- yang ditempatkan didepan kata sifat. Contohnya :

Tuti secantik ibunya.

Toni tidak seberani adiknya.

Harus diperhatikan bahwa bentuk kata sifat yang sudah berawalan dan atau berakhiran, tidak lazim untuk didahului klitik se-. Contohnya :

Rapat hari ini semenejemukan rapat kemarin. Naik bus seberbahaya sepeda motor.

Dua contoh diatas adalah hal yang tak lazim.

Tingkat ekuatif dapat juga dinyatakan dengan pemakain sama + kata sifat + -nya + dengan di antara dua nomina atau sama + kata sifat + -nya di belakang dua nomina yang dibandingkan. Contohnya :

Kota Garut sama ramainya dengan Ciamis. Tuni dan Tina sama cantiknya.

− Tingkat Komparatif

Tingkat komparatif mengacu ke kadar kulitas atau intensitas yang lebih atau yang kurang. Pewatas yang dipakai adalah lebih, kurang, dan kalah.

Contohnya :

Dia lebih ilmiah daripada pakar asing. Gajinya kalah besar dari yang saya terima. − Tingkat Superlatif

Tingkat superlatif mengacu ke tingkat kualitas atau intensitas yang paling tinggi di antara semua acuan kata sifat yang dibandingkan. Tingkat itu dalam kalimat dinyatakan dengan pemakaian awalan ter- atau pewatas paling di depan kata sifat yang bersangkutan. Contohnya :

Tati adalah wanita paling cantik di kantor saya. Toni yang paling malas di antara semua mahasiswa. 4. Kata sifat dari segi bentuknya

Kata sifat jika dilihat dari segi bentuknya terdiri atas kata sifat dasar yang merupakan kata sifat tanpa imbuhan dan termasuk perulangan. Yang kedua adalah kata sifat turunan, yang merupakan kata sifat yang memiliki imbuhan. Bentuk kata sifat turunan ini tidak dapat mengikuti tingkat komparatif dan tingkat superlatif.

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 35-44)

Dokumen terkait