• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEK WISATA PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA BARU INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH

7. Kawasan Ulee Lheue

Kawasan ini merupakan kawasan yang ramai dengan berbagai aktivitas sosial-ekonomi. Dikawasan ini terdapat pantai, terdapat pula dermaga sebagai jalur lintas

laut. Dan kawasan yang begitu eksotik dengan keindahan yang ditawarkan di pantainya.

Kawasan ini juga kaya akan kenangan sejarah, ketika Belanda melakukan ekspedisi pertama ke Aceh pada tahun 1873. Demi kelancaran operasi militer di Aceh, Belanda membangun dermaga di Ulee Lheue sebagai pintu gerbang ke Aceh pada tahun 1874 dan selesai pembangunannya pada tahun 1875. Untuk menghubungkan daerah luar ke Banda Aceh dibangun pula jalan kereta api dengan stasiunnya di sekitar depan Mesjid Raya Baiturrahman sekarang.

Pada saat tsunami menerjang Aceh, lokasi Ulee Lheue merupakan lokasi terparah dilanda tsunami. Lokasi ini pasca kejadian, menjadi lokasi yang rata dengan tanah tanpa bangunan sama sekali. Hanya Mesjid Baiturrahim yang berdiri kokoh ditengah-tengah pondasi bangunan lain yang hancur. Inilah mukjizat dari Tuhan kepada umatnya. Dan Mesjid ini juga mampu menampung banyak korban tsunami yang bebas dari maut setelah menyelamatkan diri kedalam mesjid ini. Sejarah berdirinya Mesjid ini bermula oleh warga Belanda yang membangun sebuah mesjid di Ulee Lheue yaitu Mesjid Baiturrahim pada akhir abad ke-19. Pada zaman Pemerintah Hindia Belanda.

Pasca tsunami yang terjadi, kini kawasan Ulee Lheue dirasa makin kaya akan sejarah, bukan hanya sejarah yang terjadi ketika Belanda menduduki kawasan ini saja, tetapi tsunami mampu menyulap kawasan ini semakin indah dengan sejumlah

Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

objek wisata peninggalan tsunami yang ada. Antara lain : Kapal PLTD Apung dan Makam Massal.

8.

Perumahan ini dibangun dari bantuan Tiongkok (China) untuk para korban Tsunami Aceh. Perumahan ini berlokasi sekitar 15 km dari pusat kota menuju Krueng Raya. Perumahan ini sering dikunjungi, karena perumahan ini termasuk ke dalam salah satu situs peringatan tsunami karena banyaknya korban tsunami yang kini tinggal di perumahan ini, umumnya para penghuni komplek ini berasal dari etnis chinies.

9.

Mesjid Rachmatullah Lampuuk ini terletak hanya beberapa ratus meter dari bibir pantai yang berbentuk teluk. Hanya satu mesjid ini yang selamat di Lampuuk ketika bencana Tsunami 2004. Lokasinya di Desa Lampuuk Aceh Besar/Banda Aceh.

10.

Mesjid yang indah ini merupakan bantuan pasca tragedi Tsunami Aceh dari Kesultanan Oman, yaitu Negara yang berada di Jazirah Arab. Mesjid ini berlokasi di daerah Lamprit Banda Aceh.

47

Gedung ini merupakan gedung penyelamatan serta gedung pemberi signal bila akan muncul tsunami di daerah ini. Ada empat bangunan seperti ini terdapat di sekitar

Ulee Lheue, Lambung, Dayah Geulumpang dan Dayah Teungoh.

Itulah tsunami, suatu bencana terdahsyat yang telah melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan dapat mematikan seluruh aktifitas yang ada. Tidak tanggung-tanggung, Banda Aceh khususnya sempat dikatakan sebagai kota mati. Tergambar sudah dalam fikiran kita setelah membaca uraian diatas. Betapa dahsyatnya gelombang tsunami yang terjadi empat tahun silam.

Namun, peristiwa apapun tak selamanya memilukan. Tuhan punya suatu rencana indah dalam tiap cobaan yang diberikannya. Hikmah yang terasa dibalik tsunami begitu luar biasa, pasca bencana merupakan langkah awal bagi Aceh untuk maju dengan segala kekayaan penuh sejarah yang dimilikinya. Terutama dalam bidang kepariwisataan. Setidaknya Aceh kini mulai dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang kaya akan sejarah.

Kini pasca tsunami, tidak banyak yang diharapkan warga Aceh khususnya, hanya kedamaian dan kesejahteraan yang abadi begitu diharapkan. Semoga peristiwa ini dapat dijadikan hikmah bagi siapa saja yang mengalaminya. Dan untuk para syuhada yang wafat karena bencana ini, semoga amal dan ibadahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V KESIMPULAN

Nanggroe Aceh Darussalam didera cobaan dahsyat yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yakni berupa gempa yang disusul tsunami. Kerusakan terjadi di hamper semua provinsi Aceh. Wilayah yang paling parah dilanda tsunami berada di kota Banda Aceh yang merupakan pusat segala aktivitas sekaligus merupakan ibukota dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Segala kerusakan yang terjadi membuat Banda Aceh lumpuh total. Empat tahun pasca tsunami, pemprov (pemerintah

provinsi) dibantu dengan BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) serta beberapa

dermawan lainnya mulai menata ulang kota Banda Aceh serta daerah lainnya yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.

Tsunami yang terjadi di Aceh, telah membuat Banda Aceh sekejap menjadi kota mati. Tetapi bencana itu tidak selamanya memilukan. Peninggalan tsunami yang ada, kenyataannya mampu menarik perhatian dunia. Banyak wisatawan yang

berkunjung ke Aceh tidak hanya memberi bantuan bagi para korban saja, tetapi ingin menyaksikan sendiri dampak yang ditimbulkan oleh tsunami. Peninggalan tsunami tersebut, antara lain berupa : kapal terdampar, serta bangunan yang tetap berdiri kokoh sekalipun tsunami telah membumi hanguskan apa yang ada disekitarnya. Hal seperti itu, mampu menyedot perhatian khalayak ramai. Dan tentu saja ini merupakan suatu pencerahan bagi Banda Aceh.

Melihat antusiasnya dunia terhadap peninggalan tsunami di Banda Aceh, pemprov berinisiatif untuk mengelola beberapa titik dan menjadikannya sebagai objek wisata peninggalan tsunami. Dengan banyaknya objek wisata yang ada, tentu saja hal ini semakin meramaikan industri pariwisata. Nilai jual yang ada di berbagai objek wisata peninggalan tsunami, tentu saja membuat industri pariwisata di Banda Aceh mengalami kemajuan sekaligus mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda.

Objek wisata peninggalan tsunami menjadi suatu fenomena baru dalam kaca mata dunia. Karena, hanya Aceh saja yang memiliki objek wisata berupa peninggalan tsunami. Faktor tersebutlah yang kemudian membawa objek wisata peninggalan tsunami ini menjadi suatu tontonan baru yang sangat diminati. Ditambah lagi dengan dibangunnya objek wisata lain yang dengan sengaja memperlihatkan foto-foto atau video saat tsunami menghantam semakin melengkapi objek wisata peninggalan tsunami yang ada. Kesemua objek wisata yang ada disatukan dalam satu wadah yang bernama “situs peringatan tsunami”. Dan hal itu semakin mendatangkan perhatian dunia untuk dijadikan sebagai suatu media pembelajaran. Hal inilah yang kemudian menjadikan objek wisata peninggalan tsunami ini menjadi primadona baru dalam

49

Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.

USU Repository © 2009

industri pariwisata di NAD. Karena objek wisata peninggalan tsunami telah memberikan nafas berbeda dalam perkembangan industri pariwisata di NAD.

Dokumen terkait