D. Sistem Jaringan Air Limbah
5.1.3. Rencana Pola Ruang
5.1.3.2. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melestarikan fungsi badan perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya.
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Dairi terdiri dari : • Sempadan pantai;
Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Dairi terletak di kawasan pantai Danau Toba Kecamatan Silahisabungan.
• Sempadan sungai;
Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Kriteria sempadan sungai adalah :
 Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 20 meter di kiri- kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.
 Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.
Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Dairi yang dikategorikan sebagai sungai besar dan sungai kecil ditetapkan sempadannya sebagai kawasan perlindungan setempat, seperti sungai Lae Renun, Lae Simbelin, Lae Luhung, Lae Manalsal, Lae
Simuhur, Lau Gunung, Lae Kentara, Lae Panencoh, Lae Patulen, Lae Longki, Lau Belulus, Lae Pandaroh, Lae Nuaha, Lae Lobe, Lae Panginuman, Lae Pangoroan, Lae Silobi dan sungaisungai lainnya.
Arahan pengembangan sempadan sungai, yaitu :
 Pengembangan irigasi/drainase.
 Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan sumber daya air, seperti pengendalian banjir, pengendalian sedimen, pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran, peningkatan kualitas air baku.
Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai, yaitu :
 Perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai dilarang melakukan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;
 Dilarang mendirikan bangunan di sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai;
 Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan maupun perkotaan dilakukan reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan.
 Sungai yang memiliki arus deras diarahkan menjadi bagian wisata alam petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;
 Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata;
 Sempadan sungai yang arealnya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
• Kawasan sekitar danau/waduk;
Kawasan Sekitar danau/waduk di Kabupaten Dairi, yaitu Danau Toba di Kecamatan Silahisabungan, danau/waduk Sicike-cike di Kecamatan Parbuluan dan Sitinjo,
Danau Kempawa di Kecamatan Tanah Pinem, Waduk PLTA Renun di Kecamatan Sumbul dan lain-lain.
Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk dilakukan dengan :
 Perlindungan sekitar danau/waduk untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
 Danau/waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestariannya beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
 Danau/waduk yang digunakan untuk kepentingan pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
 Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi danau/waduk.
• Kawasan sekitar mata air;
Kawasan sekitar mata air berada menyebar di seluruh kecamatan kecamatan di Kabupaten Dairi. Arahan pengelolaan kawasan sekitar mata air, yaitu :
 Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
 Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
 Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk peruntukan pariwisata selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada, sedangkan penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat tersendiri;
 Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
 Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
• Ruang Terbuka Hijau.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Kriteria penetapan RTH Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, meliputi :
 Lahan dengan luas paling sedikit 2.500 meter persegi;
 Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur;
 Didominasi komunitas tumbuhan.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut :
 RTH di perkotaan terdiri dari RTH Publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan RTH Privat (milik perorangan atau institusi);
 Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat;
 Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
RTH di Kawasan Perkotaan Sidikalang, Sumbul, Tigalingga dan Parongi di Kabupaten Dairi berupa taman kota dan kawasan pertanian. Adapun dari segi pemanfaatannya, berfungsi sebagai penyejuk dan elemen estetika lingkungan serta sebagian dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan olahraga baik pada skala lingkungan maupun kota, disamping itu ada juga yang bersifat privat seperti jalur hijau dan fasilitas taman yang ada disepanjang perumahan (pola perumahan linier) disepanjang jalan atau yang ada di tempat rekreasi, seperti Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo.
Kriteria Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan, yaitu :
 Memiliki fungsi sebagai mitigasi bencana, sosial dan ekologis;
 Penyediaan RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau institusi);
 Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat;
 Lokasi sasaran RTH kawasan perkotaan termasuk di dalamnya hutan kota antara lain di kawasan permukiman, industri, tepi sungai/jalan yang berada di kawasan perkotaan;
 Persentase luas hutan kota paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat.