• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Proteksi Kebakaran

7.7. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP2KP)

7.7.1. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Luas kawasan permukiman

perdesaan di Kabupaten Lamongan adalah 6.410,33 Ha atau 3,9 % dari luas wilayah kabupaten.

Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan terletak di wilayah pergunungan dataran tinggi dan dataran. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Solokuro, Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun. Kawasan perdesaan ini terletak di Kecamatan Laren, Maduran, Karanggeneng, Kalitengah, Tikung, Karangbinangun dan Glagah. Pada kawasan permukiman perdesaan yang ada di Kabupaten Lamongan yang didominasi oleh pertanian berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan.

A. Kawasan Agropolitan Kabupaten Lamongan

Agropolitan didefinisikan sebagai sebuah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agrobisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya (hinterland). Sistem agrobisnis merupakan pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak hanya usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agrobisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agrobisnis hilir (prosesing dan pemasaran hasil pertanian), dan jasa lainnya.

Konsep dasar pengembangan agropolitan adalah sebagai upaya menciptakan pembangunan inter-regional berimbang, khususnya dengan meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban linkage) melalui pengembangan kawasan perdesaan yang terintegrasi di dalam sistem perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan diupayakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal dengan pengembangan ekonomi dan investasi dibidang prasarana dan sumberdaya alam. Pengembangan ekonomi agropolitan harus lebih bertumpu pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, dimana seluruh sub-sistem agribisnis (budidaya, sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan jasa) dibangun secara simultan dan harmonis.

Pemilihan kawasan Agropolitan melalui studi kelayakan atau analisa komoditas-komoditas unggulan yang mempunyai prospek yang paling tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Atas dasar hasil kelayakan tersebut baru dipilih lokasi kawasannya. Pemilihan diarahkan kepada kawasan pertanian yang pengembangan komoditas unggulannya mempunyai keuntungan menghasilkan nilai tambah dan devisa yang besar. Budidaya komoditas unggulan yang sudah berkembang hendaknya diprioritaskan untuk didukung oleh sektor hilirnya (pengolahan hasil dan pemasarannya) sehingga nilai tambahnya meningkat. Pemilihan lokasi Agropolitan di Kabupaten Lamongan dikaji melalui (3) tiga pendekatan, yaitu :

1. Kawasan Agropolitan berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan.

2. Kawasan Agropolitan berdasarkan Peringkat Potensi Pertanian Kawasan (Analisa Kuantitatif).

3. Kawasan Agropolitan berdasarkan ketersediaan Infrastruktur (Analisa Kualitatif).

Dari analisa ketiga hal tersebut Kecamatan Ngimbang mempunyai potensi yang lebih unggul dibanding kesepuluh Kecamatan lainnya sehingga layak untuk ditetapkan sebagai Pusat Agropolitan di Kawasan Selatan Kabupaten Lamongan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan ternyata Kecamatan Ngimbang ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Koridor VI yang meliputi Kecamatan Ngimbang, Bluluk, Sambeng, Mantup dan Sukorame.

Kecamatan/kota Ngimbang diharapkan dapat menjadi pemacu perkembangan di bagian selatan Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu Ngimbang diarahkan memiliki fungsi-fungsi kegiatan dalam lingkup regional sehingga arus barang dan modal dan manusia di wilayah Lamongan bagian selatan dapat terlayani dan terpenuhi di kecamatan/kota Ngimbang. Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan untuk :

• Mengembangkan pasar regional sebagai sarana pemasaran sektor kegiatan produksi khususnya untuk wilayah Lamongan bagian selatan.

• Mengembangkan fasilitas umum dengan skala regional seminal rumah sakit umum dan rest area pada jalur kolektor primer Babat-Ngimbang.

• Mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan

• Melestarikan keberadaan hutan sebagai daerah tangkapan air sekaligus sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan dan konservasi air dan tanah.

Program pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Ngimbang di Kabupaten Lamongan akan dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu perencanaan selama 5 tahun. Setelah berakhirnya masa implementasi program yang dijabarkan tiap tahunnya dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan Kawasan Agropolitan Ngimbang akan muncul sebagai kawasan pertanian andalan yang menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta komoditas ternak dengan menguasai pasar regional dan nasional. Wujud kawasan tersebut hendaknya didukung secara serius oleh masyarakat yang bertindak sebagai objek pembangunan yang berperan sebagai aktor dalam pelaksanaan pengembangan kawasan dan pemerintah sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat untuk mengembangkan kawasan.

Skenario pengembangan kawasan pada dasarnya ditetapkan bersadarkan beberapa pertimbangan sesuai dengan potensi, masalah, dan karakteristik kawasan, yaitu :

1. Tersedianya informasi lahan detail dalam bentuk Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam memandu pengembangan biofisik kawasan.

2. Pembekalan tentang sistem dan usaha agrobisnis yang berwawasan lingkungan melalui program peningkatan sumberdaya manusia.

3. Peningkatan jaringan jalan, fasilitas perekonomian, fasilitas pelayanan, dan faslitas umum yang mendukung pengembangan kawasan.

4. Memberdayakan kelembagaan sesuai fungsinya dan memperkuat permodalan dengan pendampingan yang intensif terhadap unit-unit usaha dalam masyarakat.

5. Memberikan kemudahan bagi kemitraan dan investor yang akan berperan dalam mengembangkan kawasan.

Hasil analisa potensi komoditas pertanian, baik tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura serta potensi peternakan dan potensi hutan yang didasarkan kemampuan lahan, partisipasi dan keinginan masyarakat dan pemerintah, dukungan sarana dan prasarana dan prospek pasar, maka dapat ditetapkan pusat-pusat Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Pangan

Berada di Desa Slaharwotan, Kakat Penjalinan, Lamongrejo, Munungrejo, Sendangrejo dan Ngimbang dengan pusat pengembangan di Desa Ngimbang.

2. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Holtikultura

Berada di Desa Jejel, Ngasem Lemahbang, Lawak, Drujugurit, Tlemang, Girik dan Purwokerto dengan pusat pengembangan di Desa Jejel.

3. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Perkebunan

Berada di Desa Kedung Mentawar, Gagangtingan, Gebangangkrik, Durikedungrejo, Mendogo dan Purwokerto dengan pusat pengembangan di Desa Gebangangkrik.

Program pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Ngimbang di Kabupaten Lamongan akan dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu perencanaan selama 5 tahun. Setelah berakhirnya masa implementasi program yang dijabarkan tiap tahunnya dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan

Kawasan Agropolitan Ngimbang akan muncul sebagai kawasan pertanian andalan yang menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta komoditas ternak dengan menguasai pasar regional dan nasional. Wujud kawasan tersebut hendaknya didukung secara serius oleh masyarakat yang bertindak sebagai objek pembangunan yang berperan sebagai aktor dalam pelaksanaan pengembangan kawasan dan pemerintah sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat untuk mengembangkan kawasan.

Skenario pengembangan kawasan pada dasarnya ditetapkan bersadarkan beberapa pertimbangan sesuai dengan potensi, masalah, dan karakteristik kawasan, yaitu :

1. Tersedianya informasi lahan detail dalam bentuk Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam memandu pengembangan biofisik kawasan.

2. Pembekalan tentang sistem dan usaha agrobisnis yang berwawasan lingkungan melalui program peningkatan sumberdaya manusia.

3. Peningkatan jaringan jalan, fasilitas perekonomian, fasilitas pelayanan, dan faslitas umum yang mendukung pengembangan kawasan.

4. Memberdayakan kelembagaan sesuai fungsinya dan memperkuat permodalan dengan pendampingan yang intensif terhadap unit-unit usaha dalam masyarakat.

5. Memberikan kemudahan bagi kemitraan dan investor yang akan berperan dalam mengembangkan kawasan.

Tabel 7.14. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Kawasan Agropolitan Kabupaten Lamongan

No Permasalahan Pemecahan Masalah Arah Kebijakan Program Implementasi

1 Masih adanya sarana prasarana yang penempatannya tidak berwawasan lingkungan

1. Perubahan, Penambahan dan Pengembangan sarana dan Prasrana sesuai dengan RTRW yang

berwawasan lingkungan

1. Membuka aksesibilitas wilayah, peningkatan fasilitas umum dan perekonomian yang menunjang

keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan. 2. Pengembangan sarana

sarana dan Prasrana sesuai dengan RTRW yang berwawasan lingkungan. 3. Meningkatkan pembangunan

& infrastruktur desa dengan pengadaan sarana dan prasarana pertanian

4. Mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam, sarana prasarana pertanian melalui

optimalisasi lahan ,air irigasi, sumber air, pengembangnan komoditas prospektif pengembangan data akurat , pengembangan dan pemanfaatan teknologi.

I. PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASRANA PRODUKSI PERTANIAN

1. Peningkatan pasokan air baku melalui

pembangunan/rehabilitasi saluran irigasi dan sumur-sumur bor

2. Pelatihan pengelolaan dan perawatan Sarana dan Prasarana Irigasi

3. Membangun dan merehabilitasi embung atau waduk dengan membendung sungai Lamongan 4. Mendata-data sumber air baku

yang ada kemudian Pengadaan Perencanaan Saluran Irigrasi 5. Pembangunan/rehabilitasi

kantor BPP/KKA 2 Terbatasnya sarana dan prasarana

dalam mendukung peningkatan produktifitas, pengelolahan hasil dan pemasaran hasil pertanian, peternakan dan perikanan

2. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana fasilitas umum yang menunjang keberhasilan

No Permasalahan Pemecahan Masalah Arah Kebijakan Program Implementasi

3 Kondisi Air baku terbatas sehingga menyebabkan tanaman pertanian tidak tercukupi kebutuhan airnya

Studi air baku

Konservasi air baku melalui kerja sama dengan Bapeda& Dinas Pekerjaan Umum

Pengadaan distribusi pupuk melalui BPP, Koperasi, dan Distributor pupuk Penyediaan sumur pompa &

seperangkat desel Pemenuhan pengairan

lahan/penyaluran saluran irigasi Pembangunan Embung di Sumur Pompa dengan kerjasama dengan Dinas Pengairan

6. Bantuan Peralatan pengolahan hasil Pertanian

7. Pembangunan/rehabiltasi pasar 8. Pengadaan Lumbung desa

9. Pembangunan /Perbaikan jalan untuk akses pasar (jalan pasar desa dan jalan usaha tani)

10. Pengadaan alat dan mesin Pertanina (ALSINTAN)

11. Pengadaan ruang pamer produk unggulan

12. Pengadaan Gudang penyimpanan hasil pertanian.

13. Sinergitas kios pupuk resmi dengan kelompok Tani.

4 Pembangunan Infrastruktur yang tidak merata

Meningkatkan pembangunan & infrastruktur desa dengan pengadaan sarana dan prasarana pertanian 5 Pemenuhan, pengadaan, dan

pendistribusian pupuk yang kurang memenuhi kebutuhan masyarakat

Penyuluhan dan Pengendalian hama melalui Balai Penyuluh Pertanian (BPP & PPL) , Dinas Perdagangan & Dinas Pariwisata

Meningkatkan Pemasaran hasil mengkudu dengan Penyuluhan tentang kegunaannya

Adanya kerjasama dengan pihak swasta

Mengadakan simpan pinjam dalam pemenuhan & pengadaan pupuk

II. PROGRAM PENINGKATAN

PEMASARAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN

1. Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil pertanian.

2. Promosi atas hasil produksi pertanian.

3. Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian.

4. Pengelolaan informasi permintaan pasar atas hasil produksi pertanian. 5. Penyuluhan kualitas dan teknis kemasan hasil produksi pertanian. 6. Penyuluhan distribusi pemasaran

atas hasil produk pertanian.

VII - 48

B. Kawasan Minapolitan

Pencanangan program Minapolitan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan langkah "political will" dari pemerintah untuk sektor kelautan dan perikanan. Namun kesuksesan untuk menaikkan produksi perikanan tergantung pada kebijakan pemerintah daerah

Pada 2014 Pemerintah (KKP) mentargetkan total volume produksi perikanan nasional meningkat menjadi 350% dari produksi saat ini (9 juta ton), yakni sebesar 31,5 juta ton. Target ini bisa dipenuhi dari usaha perikanan tangkap di laut sebesar 5,2 juta ton atau 80% dari MSY (6,4 juta ton/tahun) mengikuti

anjuran FAO’s Code of Conduct for Responsible Fisheries (1995); 0,6 juta ton dari usaha perikanan tangkap di perairan umum; dan 25,7 juta ton dari usaha perikanan budidaya.

Kemeterian Kelautan dan Perikanan akan memacu pertumbuhan perekonomian daerah dengan meningkatkan implementasi program minapolitan yang menjadi salah satu andalan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program Minapolitan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan merupakan sentuhan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Program ini diyakini dapat meningkatkan produksi perikanan karena KKP menargetkan produksi perikanan sebesar 12,26 juta ton pada 2011 dan 22,39 juta ton pada 2014. Sinergitas pusat-daerah harus dilakukan dalam tiga hal yaitu sinkronisasi tujuan, sinergi pola pembiayaan dan konsistensi pemerintah daerah dalam melaksanakan arahan kebijakan pemerintah pusat. Pelaksanaan program minapolitan memiliki tiga tujuan yaitu meningkatkan produksi serta kualitas, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya serta pengolah ikan, dan mengembangkan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk menggerakan ekonomi daerah.

Menurut UU Penataan Ruang No 26/2007, Minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis. Kawasan sentra perikanan

VII - 49 budidaya/tangkap (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.

Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintah, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada.

Kriteria umum yang menjadi acuan dalam perencanaan pengembangan kawasan minapolitan adalah :

a) Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestraian lingkungan

b) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang utnuk dialih fungsikan

c) Kegiatan perikanan skala besa, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku

d) Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat

e) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW.

Sedangkan kriteria secara khusus adalah :

1) Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah 2) Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan

ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya

3) Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan) maupun kebelakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah pendukung.

VII - 50 4) Memiliki kemampuan untuk memelihara sumberdaya alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

5) Khusus untuk kegiatan perikanan budidaya, memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 ha.

Kabupaten Lamongan mempunyai potensi perikanan yang cukup besar. Potensi ini meliputi potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Dengan panjang pantai yang mencapai 47 km2, Kabupaten Lamongan mempunyai potensi perikanan laut yang cukup menjanjikan. Usaha penangkapan ikan laut di Kabupaten Lamongan terpusat di perairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang memiliki 5 (lima) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat (Weru, Kranji, Brondong, Labuhan dan Lohgung). Dilihat dari produksinya paling tinggi adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mencapai kurang lebih 100 ton/hari, dibandingkan dengan keempat pangkalan pendaratan ikan yang lain yaitu Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung yang hanya mencapai 10 ton/hari. Jumlah fishing base yang terdapat di Kabupaten Lamongan ada 16 buah lokasi, di Kecamatan Paciran ada 12 (dua belas) yaitu : di Desa Weru Lor, Sidokumpul, Weru, Paloh, Sidokelar, Kemantren, Banjarwati, Kranji, Tunggul, Paciran, Kandang Semangkon, dan Blimbing. Sedangkan di Kecamatan Brondong ada 4 (empat) yaitu : Brondong, Sedayu Lawas, Labuhan, dan Lohgung. Diantara fishing base tersebut 5 diantaranya juga merupakan pangkalan pendaratan ikan yaitu : Lohgung, Labuhan, Brondong, Kranji dan Weru.

Secara umum produksi hasil tangkapan perikanan di wilayah Kabupaten Lamongan, Laut utara Jawa Timur sebagai berikut :

1. Produksi ikan permukaan didominasi oleh jenis ikan layang, yaitu mencapai 24,48 %, produksi ikan dasar di dominasi oleh ikan Kuningan sebesar 20,55 %, produksi ikan karang di dominasi oleh ikan bambangan sebesar 3,52%, produksi cumi-cumi sangat rendah yaitu: sebesar 0,74%, begitu pula untuk produksi udang yang mencapai 0,28%.

VII - 51 2. Komposisi produksi ikan-ikan permukaan (pelagis) mencapai 51,14% yang tidak jauh beda dengan produksi ikan dasar (demersal), sehingga aktifitas dan lapangan kerja usaha perikanan pelagis dan demersal di perairan Laut Jawa keduanya memegang peranan penting terhadap perolehan produksi ikan, lapangan kerja dan pendapatan nelayan.

3. Dengan tersedianya bahan baku industri, dari jenis ikan yang cukup, sekalipun relative bervariasi, maka perikanan laut di wilayah Kabupaten Lamongan, Laut utara Jawa Timur menunjukkan tipe perikanan multi spesies yang sebenamya.

Potensi budidaya perikanan air payau tersebar disepanjang pantai utara Kabupaten Lamongan pada Kecamatan Paciran dan Brondong dengan luas areal kurang lebih 1.380,05 ha. Kegiatan budidaya yang dikerjakan adalah usaha budidaya udang vannamei, udang windu, bandeng dan kerapu. Budidaya udang vannamei merupakan pencanangan program revitalisasi budidaya perikanan untuk menumbuh kemnangkan produksi udang sebagai komoditas ekspor.

Sedangkan luas areal budidaya di Kabupaten Lamongan adalah 24.092,14 Ha yang terdiri dari tambak payau(1.379,7 Ha), sawah tambak (22.370,84Ha) dan Kolam (341,6Ha). Areal budidaya jenis sawah tambak tersebar di 17 Kecamatan yang sebagian besar berada pada wilayah tengah Kabupaten Lamongan, sedangkan areal tambak tersebar di 2 Kecamatan yang semuanya berada wilayah Lamongan bagian utara atau pesisir untuk budidaya air tawar atau kolam tersebar di 19 Kecamatan.

Selain budidaya yang dilakukan di air payau, Kabupaten Lamongan juga mempunyai wilayah bonorowo yang biasanya digunakan untuk budidaya ikan dan tanaman padi, atau yang biasan disebut dengan sawah tambak. Jenis ikan yang biasa dibudidayakan adalah ikan bandeng, tawes, ikan mas, udang windu, udang vannamei, nila mujair dan lele.

Distribusi pemasaran komoditi hasil perikanan di Kabupaten Lamongan dilakukan melalui pasar lokal dan pemasaran antar kota. Komoditi hasil perikanan yang dipasarkan melalui pasar lokal antara lain, ikan – ikan segar dan ikan – ikan yang diolah secara tradisional. Dalam 10 tahun terakhir, jenis

VII - 52 ikan segar yang didistribusikan masuk ke Kabupaten Lamongan lebih rendah dibanding jumlah ikan yang didistribusikan ke luar daerah, menunjukan bahwa jumlah permintaan ikan dari daerah luar daerah Lamongan lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan ikan dari daerah Lamongan.

Untuk menunjang pemasaran lokal maupun di luar daerah Lamongan, diperlukan sarana dan prasarana pemasaran yang memadai, Melalui pemasaran yang baik nantinya akan turut mendorong para nelayan, pembudidaya ikan dan para pelaku industri pengolahan perikanan untuk dapat menaikan produksinya. Sarana dan prasarana yang dimaksud antaralain adanya pasar umum, TPI beserta peralatan penunjang lainya yaitu Cold Box, garam, Dry Ice dan lain – lain. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Lamongan memilki empat buah Tempat Pelalangan Ikan (TPI), yaitu TPI Brondong, TPI Kranji, TPI Weru, TPI Lohgung yang kedudukannya menyokong perkembangan pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Lamongan.

Permasalahan Budidaya Perikanan di Kawasan Minapolitan Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan

1. Sarana Dan Prasarana a. Jalan Produksi

b. Saluran Pasok Dan Saluran Buang ( Inlet Dan Outlet ) Menyatu c. Saluran Irigasi Menyempit Dan Dangkal

d. Pematang Tambak Pendek e. Pintu Air Tambak

2. Proses Produksi

a. Teknologi Masih Tradisional b. Mutu Benih Rendah

c. Pengolahan Lahan Jarang Dilakukan d. Residu Pestisida Pertanian

e. Penyakit Udang 3. Pasca Panen

a. Diabaikannya Rantai Dingin b. Pemakaian Besek Dan Blung c. Panjangnya Rantai Pemasaran

VII - 53 4. Sumberdaya Manusia ( SDM )

a. Jumlah Tenaga Teknis ( Penyuluh ) Perikanan Kurang b. Lemahnya SDM Pembudidaya Ikan

5. Permodalan

6. Bidang Pengolahan Hasil Perikanan a. Ikan Dijual Utuh (Whole)

b. Unit Pengolahan Ikan ( UPI / Cold Storage ) 7. Perairan Umum

a. Banjir

b. Potensi Budidaya Di Perairan Umum c. Tidak Ada Waduk Atau Rawa

8. Sarana Dan Prasarana Umum a. Jalan Poros Rusak Parah b. Air Bersih

c. Tidak Ada SMK Perikanan

Lokasi Kegiatan Minapolitan di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan karangbinangun glagah deket sarirejo tikung lamongan turi kalitengah karanggeneng laren solokuro paciran brondong maduran sekaran pucuk sukodadi sugio babat kedungpring modo bluluk sukorame ngimbang sambeng mantup kembangbahu Kabupaten Gresik Minapolis Hinterland 115°0'0"E 115°0'0"E 114°0'0"E 114°0'0"E 113°0'0"E 113°0'0"E 112°0'0"E 112°0'0"E 0"S 7°0'0"S 0"S 8°0'0"S 0"S 9°0'0"S

VII - 54

Pengadaan Sarana dan Prasarana PPM (Pusat Pengelolaan Minapolitan)

Sarana dan prasarana penunjangnya meliputi infrastruktur lokasi sawah tambak, gudang, kantor, gedung pengolahan hasil, lahan parkir, dan warung, serta fasilitas ruangan untuk pendidikan dan pelatihan pembudidaya udang vannamei. Pemilihan lokasi PPM merupakan hasil dari pendekatan partisipatif berbagai pihak serta survei lokasi langsung yang digunakan untuk menentukan skor kelayakan wilayah yang digunakan untuk lokasi PPM. Berikut rencana lokasi PPM di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang mempunyai kelayakan berdasarkan lokasi kegiatan minapolitan (sawah tambak) yaitu di Desa Soko Kecamatan Galagah Kabupaten Lamongan.

Dokumen terkait