• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.7 Keabsahan Data

"Uji keabsahan data keandalan pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, metode triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif,

kecukupan referensial, pengecekan anggota, acuan rinci, dan auditing" (Moleong, 2007:327). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data yang pada umumnya dipakai, antara lain:

1.Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekpose hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 2007:332). Rekan sejawat dalam penelitian ini, yakni dengan teman atau informan, narasumber penelitian, dan dosen pembimbing yang membantu peneliti. Diskusi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran hasil dari penelitian. Dengan demikian, validitas dari penelitian ini dapat diandalkan.

2.Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, teknik ini akan menghasilkan kedalaman pemahaman terhadap permasalahan (Moleong, 2007:329)

3.Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data ini memanfaatkan sumber lain, seperti penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Hal ini dilakukan untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Menurut Denzin (dalam Moleong, 2007:330) membedakan

empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007:330), yang dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan narasumber (data kronologis narasumber).

Menurut Moleong (2007:332) dengan teknik triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuan penelitian dengan jalan membandingkan berbagai sumber, metode atau teori, maka dapat dilakukan dengan jalan:

1.Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti melakukannya metode wawancara.

2.Mengeceknya dengan berbagai sumber data. Sumber data disini diperoleh dari narasumber utama maupun narasumber sekunder serta dari berbagai literatur. 3.Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat

BAB 5

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kedua subjek dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa delinkuensi pada remaja putri yang ditinggal ayah dilatarbelakangi oleh kedekatan remaja putri yang lebih mengacu pada figur ayah. Figur ayah dinilai sebagai pelindung, pemberi rasa aman dan adanya keterikatan ekonomis sehingga kehilangan figur seorang ayah membuat remaja putri mencari perlindungan dengan bergabung dalam peer group atau mendapatkannya dari sosok kekasihnya. Ibu berperan dalam mendidik anaknya namun pada ibu tunggal diharuskan memainkan peran ganda dalam mencari nafkah dan mengasuh anak-anaknya, sehingga menjadikan remaja putri merasa kurang akan perhatian. Disamping itu lingkungan luar, dimana dan dengan siapa mereka biasanya bergaul, seperti kekasih dan teman sepermainan juga turut berperan dalam membentuk pribadi delinkuensi. Lingkungan dan warga sekitar rumah yang kurang nyaman dan tidak adanya teman sebaya di lingkungan tersebut juga menjadi pemicu subjek untuk mencari teman di luar lingkungan tersebut. Selain itu lingkungan sekolah yang kurang menyenangkan dan anggota keluarga yang berantakan juga berperan dalam terjadinya delinkuensi. Kesenjangan sosial serta penghasilan ibu tunggal yang tidak mencukupi menimbulkan rasa ingin memiliki apa yang dimiliki oleh teman sebayanya sehingga

menimbulkan rasa ingin mencuri seperti pada subjek IK.

Karakteristik delinkuensi pada remaja putri yang terdapat pada kedua subjek, yakni: tidak peduli (acuh), percaya diri, melawan orang tua, cenderung melanggar hukum atau peraturan (defiant), bermusuhan (hostile), tertuju pada diri sendiri (self centered), tidak stabil emosinya, mudah dipengaruhi, pemberani, suka mencoba-coba sesuatu aktivitas yang bagi mereka penuh tantangan (adventurous), suka berkelahi dengan didahului adu mulut, suka kebebasan keluar rumah (independent) dan suka bertindak dengan tujuan menghilangkan, menghancurkan atau merusak sesuatu. Jika dikategorikan dalam jenis delinkuensi, maka delinkuensi pada kedua subjek termasuk dalam delinkuensi terisolir, dimana keduanya berasal dari keluarga yang tidak harmonis, memiliki gang dan ingin konform dengan norma gengnya sehingga mempunyai loyalitas tinggi terhadap gangnya.

Terdapat temuan baru pada faktor yang mempengaruhi timbulnya delinkuensi yakni jumlah saudara kandung dan adanya anak kesayangan dari orang tua. Jumlah saudara kandung membuat ibu tunggal harus membagi perhatiannya, semakin banyak saudara kandung maka semakin banyak pula perhatian yang terbagi, seperti pada subjek IK yang mempunyai dua orang adik yang masih SD membuat ibunya lebih memperhatikan adik-adiknya yang masih kecil. Adanya anak kesayangan dan rasa pilih kasih dari pihak ibu juga membuat remaja putri merasa iri dengan saudaranya sendiri sehingga mencari perhatian di luar rumah, seperti yang terjadi pada subjek MG.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka dapat diuraikan beberapa implikasi untuk pihak yang terkait sebagai berikut:

(1) Orang tua

Bagi orang tua diharapkan dapat lebih memperhatikan setiap perkembangan anaknya terutama di usia remaja yang merupakan masa pencarian jati diri, selain itu diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua khususnya ibu tunggal yang memiliki remaja putri mengenai gambaran delinkuensi dan faktor-faktor yang dapat memperngaruhinya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya delinkuensi.

(2) Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi perkembangan. Hasil penelitian diharapkan juga dapat menjadi pijakan atau dasar bagi penelitian serupa di masa yang akan datang

(3) Peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memaksimalkan teknik pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, dokumentasi agar lebih dapat bervariasi sehingga diperoleh data yang akurat, tepat dan maksimal serta diharapkan untuk mencari atau menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan delinkuensi untuk memperkaya penelitian yang telah ada.