• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan member check, dalam menguji keabsahan data yang peneliti lakukan adalah setelah hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari lapangan peneliti mengubahnya dalam bentuk verbatim yang kemudian dianalisa dengan tahap reduksi data atau merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dengan dibantu oleh komputer dalam pengkodean, setelah peneliti menyimpulkan hasil wawancara tersebut, peneliti memberikan hasil tersebut kepada responden untuk dicheck atau dibaca kembali untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh responden. Dalam melakukan member check sejak tanggal 18 juni 2014 sampai tanggal 26 juni 2014, tidak ada data yang berbeda atau data yang disajikan peneliti dalam bentuk verbatim sesuai dengan data yang diperoleh dari responden, kesembilan responden dalam penelitian ini menyetujui data yang disajikan oleh peneliti, maka data hasil yang peneliti peroleh adalah valid. Sehingga data tersebut dapat dianalisa lebih jauh dan dikelompokan berdasarkan tema yang kemudian peneliti dapat menarik kesimpulan dari data tersebut.

4.5 Pembahasan

Keluarga Berencana merupakan suatu upaya pengaturan kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak, jarak anak yang akan dilahirkan, dan memilih upaya untuk mewujudkan hak-hak tersebut dengan sasaran pasangan usia subur (suami dan isteri), calon pasangan dan masyarakat umum (BkkbN Jateng, 2013). Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dengan teori tersebut menunjukkan betapa besar usaha pemerintah dalam mensukseskan program Keluarga Berencana, akan tetapi perlu kita perhatikan upaya yang diambil pasangan usia subur dalam pemilihan jenis Kontrasepsi.

Belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar 100% sempurna, maka ada 2 hal yang sangat penting yang ingin diketahui oleh pasangan calon akseptor yaitu; keektifitasan dan keamanan, hal ini yang akan selalu menjadi pertanyaan utama pasangan calon akseptor kepada tenaga kesehatan (Hartanto 2012). Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan resiko pada pemakaian, yaitu yang pertama; resiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, seperti; hospitalisasi,

kematian, infeksi dan lain-lain. yang kedua adanya resiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan, misalnya senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, gangguan berat badan, gangguan menstruasi, biaya yang tinggi dan lain-lain.

Pemilihan suatu metode kontrasepsi merupakan suatu dilema besar bagi kaum perempuan, setiap kaum perempuan tentunya menginginkan metode kontrasepsi yang efektif, tetapi setiap kaum perempuan tentunya tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan metode kontrasepsi. KB merupakan suatu metode yang membutuhkan kedisiplinan dari pengguna, di mana masyarakat harus secara teratur dan disiplin untuk menjalankan aturan dari program tersebut sesuai dengan metode KB yang digunakan, sehingga dalam pemilihan metode KB ada beberapa faktor yang mendasari responden.

Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal dan mengerti. Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan objek dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu objek. Dari berbagai macam cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua yakni cara tradisional (cara kuno) atau non ilmiah dan sumber pengetahuan lain yang kebenaran pengetahuannya berdasarkan hasil penelitian, sumber informasih yang dapat dipercaya. Cara tradisional atau cara kuno

adalah cara yang memperoleh kebenaran pengetahuan tanpa melalui penelitian, cara-cara penemuan pengetahuan anatar lain; coba-coba salah (Trial and Error), secara kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, dan berdasarkan pengalaman pribadi.

Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persolannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan itu di dapat, dari sinilah timbul pertanyaan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan? Atau dari mana sumber pengetahuan itu? Pengetahuan yang ada diperoleh dengan menggunakan alat yang merupakan sumber pengetahuan itu sendiri.

Sumber pengetahuan seseorang biasanya juga diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Tinggi rendahnya keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan mempengaruhi kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak terlepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan

dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin (Handayani, 2010).

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan mempergunakan berbagai metode kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada status wanita (sosial) dimana suami sebagai kepala keluarga selalu menjadi pihak yang dominan atau utama dalam pengambilan keputusan bersama. Seperti halnya di daerah timur dimana wanita harus melibatkan suami dalam mengambil keputusan, suami merupakan kepala keluarga yang dihargai dan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh (Handayani 2010).

Salatiga merupakan daerah yang mempunyai jumlah pengguna metode kontrasepsi Non Jangka Panjang paling banyak dari pada metode kontrsepsi Jangka Panjang, yaitu; IUD 3.219 akseptor,

MOW,1.409 akseptor, MOP, 244 akseptor, Kondom 972 akseptor, Implant 3,107 akseptor, Suntik 9,657 akseptor, dan Pil 4. 340 akseptor, dari data tersebut terlihat bahwa akseptor terbanyak adalah KB suntik.

Dalam penelitian, peneliti menemukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi Wanita Usia Subur dalam pemilihan KB Suntik, seperti faktor-faktor pengetahuan, (coba-coba salah dan berdasarkan pengalaman sendiri dan sumber pengetahuan lain), faktor ekonomi, hubungan sosial, dan status wanita.

Cara memperoleh pengetahuanpun berbeda-beda, yaitu; 4.5.1 Coba-coba salah

Berdasarkan hasil wawancara responden 4 pemilihan KB Suntik berdasarakan coba-coba salah, menurut responden dalam memilih KB apa yang cocok untuk kita bukan merupakan hal yang mudah sehingga kita membutuhkan keberanian untuk mencoba jenis-jenis KB yang ada, responden 4 sudah mencoba 3 jenis KB yaitu, Spiral, Kondom dan Suntik, saat wawancara responden mengatakan selama menggunakan KB Suntik ini reponden mengalami gangguan menstruasi, namun responden masih bertahan untuk beberapa waktu, jika setelah penyuntikan yang berikutnya responden masih mengalami gangguan menstruasi maka responden akan mencoba metode KB yang lain, hal tersebut sesuai dengan teori (Wawan & Dewi, 2010). Dikutip dari Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa cara coba salah

tersebut dilakukan hanya mengandalkan kemungkinan atau dilakukan dengan mencoba-coba. Cara-coba salah (trial and error) adalah cara yang dipakai manusia sebelum adanya kebudayaan bahkan sampai saat ini masih dipakai bagi mereka yang belum mengenal cara-cara untuk menyelesaikan suatu masalah, Untuk memecahkan sebuah persoalan atau masalah metode ini menggunakan beberapa kemungkinan, dan jika kemungkinan tersebut tidak menyelesaikan masalah maka akan dicoba dengan kemungkinan-kemungkinan selanjutnya dan begitu seterusnya sampai masalah tersebut dapat teratasi atau terpecahkan.

4.5.2 Berdasarkan Pengalaman Sendiri

Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman kesembilan responden peneliti dalam ber-KB merupakan hal yang tidak terlupakan, pengalaman kesembilan responden menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dalam mengganti KB yang sebelumnya ke KB Suntik.

Pengetahuan merupakan hal yang selalu diperlukan dalam membuat suatu keputusan dan merupakan patokan ketika harus malakukan hal yang kerjakan atau dilakukan. Sumber pengetahuan dapat diperoleh dari beberapa sumber baik formal maupun non formal. Susuai hasil wawancara yang peneliti dapat bahwa dari 6 orang responden memperoleh pengetahuan hanya dari bidan tempat memperoleh KB, hal inilah yang membuat responden 2, 4, 5, 6, 7, dan 8. Menjadikan sumber informasih yang mereka anggap lebih paham tentang KB suntik karena bidan merupakan konsoler yang memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi yang berkaitan dengan pengunaannya. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa sumber pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam sumber diantaranya media massa, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.

4.5.4 Ekonomi

Dalam menentukan suatu metode yang akan kita gunakan tentunya tidak lari dari suatu keadaan ekonomi seseorang, tinggi rendahnya keadaan ekonomi penduduk berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan, (Handayani, 2010). Hal tersebut berkaitan dengan responden 3 yang menggunakan KB suntik 3 bulan sekali, pemilihannya akan KB suntik 3 bulan sekali responden memilihnya atas

pertimbangan keuangan, responden lebih memilih KB suntik yang 3 bulan sekali karena ia hanya membayar Rp 20.000 dalam 3 bulan, sedangkan yang 1 bulan sekali responden harus menyiapkan uang sebesar Rp 15.000 tiap bulannya, dan jika ia menggunakan KB Susuk maka ia harus menyiapkan uang sebesar Rp. 300.000 dan saat mencabut silastik responden harus menyiapkan setidaknya Rp. 50.000,-, Selain keuangan responden juga merasa waktunya terlalu dekat.

4.5.5 Hubungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasih, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi, misalnya dengan bekerja seorang wanita yang sudah menikah akan mempunyai dua lingkungan yaitu dalam keluarga dan lingkungan di lapangan pekerjaan, sehingga mempengaruhi dia dalam memilih alat kontrasepsi. Hubungan sosial banyak memaparkan kita akan pengalaman orang lain yang mempengaruhi kita dalam pengambilan keputusan.

Hubungan antara alat kontrasepsi yang diminati di lingkungan dengan KB suntik bagi responden dapat diambil

kesimpulan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan sikap seseorang. Menurut Blum 1974, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok atau masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, hereditas atau keturunan. Berdasarkan urutan terbesar pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu lingkungan. Begitu pula pada penelitian ini keputusan responden 1, 5, 7 dan responden 9 dalam menentukan pilihan kontrasepsi dipengaruhi oleh teman-teman di lingkungan masihng-masing.

4.5.6 Status Wanita

Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan mempergunakan berbagai metode kontrasepsi. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada status wanita (sosial) dimana suami sebagai kepala keluarga selalu menjadi pihak yang dominan atau utama dalam pengambilan keputusan bersama. Seperti halnya di daerah timur wanita harus melibatkan suami dalam mengambil keputusan, suami merupakan kepala keluarga yang dihargai dan harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh (Handayani 2010).

Teori Handayani (2010), menggambarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh pada responden 2, 5, 6, dan 8. Dalam

pengambilan keputusan responden 2, 5, dan 6 awalnya ingin menggunakan KB Susuk, namun ketika didiskusikan dengan suami, suami dari responden 2, 5, dan 6 mempunyai pemahaman bahwa KB Susuk merupakan metode KB yang berat resikonya sehingga suami dari responden menyuruh responden untuk memilih metode yang dianggap jauh lebih mudah dan efektif. Selain merasa metode yang diinginkan responden, suami dari responden 5 juga tidak mengijinkan responden untuk menggunakan metode susuk berdasarkan pengalaman yang terjadi pada ibunya. Sedangkan responden 8 sebelum memutuskan untuk memilih KB Suntik ia mendiskusiskan hal tersebut dengan suaminya dan suaminya menyetujui jika yang dipilih adalah metode KB yang mudah dan tidak membahayakan. Dari pemahaman suami responden membuat responden tidak mendapatkan keleluasan dalam ber-KB sesuai dengan metode yang mereka inginkan.

Dokumen terkait