• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

E. Keabsahan: Validasi dan Reliabilitas Data

dalam table ataupun uraian penjelasan. Namun yang akan paling sering digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

d. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan sehingga data-data teruji validasinya.21

E. Keabsahan: Validasi dan Reliabilitas Data

Keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi penelitian kualitatif dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu 1) derajat kepercayaan (credibility), 2) keteralihan (transferability), 3) kebergantungan (dependability), dan 4) kepastian (confrimability).

Penerapan kriteria derajad kepercayaan (credibility), pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari penelitian kuantitatif. Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari penelitian kuantitatif. Keteralihan (transferability) sebagai persoalan empiris, bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Kriteria kebergantungan

(dependability) merupakan subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Konsep kebergantungan lebih luas dari reliabilitas. Kriterium kepastian berasal dari lonsep objektivitas menurut penelitian kuantitatif.

Jika penelitian kuantitatif menekankan pada instrumen penelitian, maka penelitian alamiah menghendaki agar penekanan bukan pada instrumen, melainkan pada data. Dengan demikian kebergantungan itu bukan lagi terletak pada instrumen penelitian seperti pada data kuantitatif, melainkan pada datanya sendiri. Jadi isunya disini bukan lagi berkaitan dengan indikator dalam variabel, melainkan berkaitan dengan ciri-ciri data.

Oleh karena itu dalam proses pengumpulan, analisis, dan pengujian data yang dilakukan secara terus menerus selama penelitian lapangan, wajarlah jika dikatakan bahwa penelitian kualitatif bisa unggul dalam hal validitas datanya. Proses ini dengan sendirinya sangat menjaga keajegan validitas internalnya, yakni kesahihan data dan temuan dalam konteks penelitian yang bersangkutan. Namun di sisi lain proses ini sekaligus merupakan kelemahan bagi validitas eksternalnya, karena penjelasan yang dihasilkan terikat kepada konteks khusus tempat penelitiannya. Selain itu, keandalan penelitian kualitatif ditentukan oleh mutu penelitinya sendiri, khususnya dalam hubungan pribadinya dengan orang-orang yang ditelitinya. Peneliti lain dengan kecenderungan pribadi yang berbeda pula, sulit mereplikasi temuan-temuan yang dihasilkannya. Artinya, metode ini rendah reliabilitasnya.22

22 Jerome Kirk dan Marc L. Miller, Reliability and Validity in Qualitative Research (Newbury Park: Sage Publications, 1986), 23.

Maxwell mengemukakan beberapa ancaman terhadap validitas penelitian kualitatif. Ada tiga macam ―pemahaman‖ yang dituju oleh penelitian ini, yakni deskripsi, interpretasi, dan teori. Ancaman terhadap validitas deskripsi adalah ketidaklengkapan atau ketidakcermatan pencatatan data. Ancaman ini dapat dihindarkan dengan mengupayakan teknik perekaman dan pencatatan seteliti mungkin. Adapun yang mengancam validitas interpretasi adalah bila peneliti memaksakan perspektifnya sendiri (kurang menyimak, mengajukan pertanyaan yang mengarahkan jawaban) bukannya menghargai pemaknaan yang diberikan para pelaku terhadap perkataan dan perbuatan mereka. Hal ini dapat dihindarkan bila peneliti rajin memeriksakan kesimpulan-kesimpulannya kepada informan (member-checks; informants’ validation). Adapun validitas teori terancam bila peneliti mengabaikan data atau penjelasan yang berbeda dari yang sudah ditemukannya.

Salah satu sumber ancaman terhadap validitas itu adalah bias atau kecondongan si peneliti, yang memilih data yang sesuai dengan kerangka penelitian atau yang paling menarik perhatian peneliti. Namun bias begini sukar dihindarkan. Lagipula penelitian kualitatif sesungguhnya memang terbuka bagi pengaruh peneliti terhadap pelaksanaan dan hasil kajiannya. Yang penting adalah menyadari serta menyatakan dengan gamblang bias-bias pribadi ini (dan kalau mungkin, bagaimana hendak mengatasinya), sehingga dapat menjadi pertimbangan para pembaca untuk menilai laporan penelitian yang bersangkutan.

Sumber ancaman lainnya adalah reaktivitas, yaitu pengaruh dari keberadaan peneliti terhadap latar atau orang-orang yang diteliti. Ihwal ini telah

disinggung dengan istilah researcher’s effect atau halo effect di atas. Pada umumnya reaktivitas ini menonjol pada wawancara, karena bagaimanapun jawaban informan atas pertanyaan peneliti turut dipengaruhi oleh cara peneliti mengajukan pertanyaannya. Pierre Bourdieu menegaskan bahwa hubungan antara peneliti-tineliti dalam setiap wawancara merupakan suatu hubungan atau pertukaran sosial. Hubungan ini dapat mempengaruhi hasil yang dicapai. Reaktivitas umumnya diatasi dengan metode pengamatan terlibat. Dengan melibatkan diri dalam kehidupan sehari-hari para informannya, peneliti lambat laun akan diterima sebagai bagian yang wajar dalam dunia sosial mereka, dan mereka bertindak atau berbicara seperti lumrahnya situasi sehari-hari bila tidak ada peneliti.

Pada umumnya validitas dapat diupayakan dengan melakukan triangulasi (menggunakan sumber, latar, dan metode yang berbeda-beda, validasi oleh tineliti, perbandingan, dan mencari umpan balik dari seberagam mungkin orang lain (termasuk sejawat). Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya.23

Menurut Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling

banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.24 Sementara, Denzin membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.25

Adapun teknik pengujian keabsahan data yang digunakan disini adalah sebagai berikut:

1) Perpanjangan keikutsertaan

Dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. karena itu dalam penelitian ini peneliti langsung hadir dalam objek yang di teliti dengan melakukan observasi dan wawancara dengan berbagai pihak yang ada di perusahaan dalam pengumpulan data penelitian sampai data tersebut dianggap cukup dan sampai dengan kejenuhan dalam pengumpulan data.

Pada teknik keabsahan ini peneliti melakukan orientasi debgab berbagau pihak terutama untuk mengetahuan tingkat kecukupan data di lapangan. Dalam orientasi ini peneliti melakukan pra-survei ke lokasi yang akan diteliti, dalam penelitian ini, pra-survei dilakukan di kantor dan instansi serta keberadaan rumat ibadat, melakukan dialog dengan masyarakat non pengguna gereja-gereja tersebut yang menolak kehadiran gereja, pengguna gereja-gereja, RT, RW, Tokoh masyarakat, Tokoh Pemuda dan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Gresik juga pejabat Bakesbangpol dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gresik.

24 Moleong, Metodologi, 330.

2) Menemukan siklus kesamaan data

Siklus kesamaan data dilakukan dengan setiap saat mencari data baru, dalam penelitian ini pencarian data dilakukan dengan menelusuri semua dokumen yang berkaitan dengan kerukunan hidup umat beragama.

Dalam teknik keabsahan ini, penelitian telah memperhitungkan dan mempertimbangkan data yang memiliki tingkat kegunaan serta relevansi dalam menjawab masalah penelitian ini. Bahkan dalam tingkat operasionalnya, peneliti memperhitungkan semua data yang diperoleh di lapangan, baik melalui observasi, wawancara ataupun studi dokumentasi, dan semua data dipertimbangkan untuk serta dinilai guna melengkapi atau merevisi data yang telah terkumpul.

3) Ketekunan Pengamatan

Untuk mencapai keabsahan data yang optimal maka peneliti melakukan pengamatan secara mendalam berkaitan dengan sikap dan pemberian makna dari penganut agama yang ada di masyarakat Gresik.

4) Pengecekan melalui diskusi

Diskusi dengan berbagai kalangan yang memahami masalah penelitian, akan memberi informasi yang berarti kepada peneliti, sekaligus upaya untuk menguji keabsahan hasil penelitian.26 Berkaitan dengan penelitian ini, diskusi untuk mencapai keabsahan penelitian dilakukan dengan tokoh-tokoh agama dan masyararakat yang memiliki pengaruh baik lokal maupun regional di Jawa Timur. 5) Triangulasi Teori

26 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 266.

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

6) Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data dilakukan cara:

a. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.27

7) Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode studi dokumentasi pada saat wawancara akan dilakukan. Sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiiliki sudut pandang yang berbeda.

Trianggulasi ini dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi langsung, dan observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang

27 Ibid., 265.

menghubungkan diantara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan sekunder, observasi dan interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan proses pendirian rumah ibadat umat Nasrani di Perum AL tersebut, sementara studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data sekunder yang dapat diangkat dari berbagai dokumentasi tentang permasalahan yang terjadi berkaitan dengan pendirian rumah ibadat dan reaksi masyarakat disekitarnya, serta aparat yang bertanggung jawab terhadap wilayah tersebut.

8) Kecukupan Referensial

Penggunakan berbagai referensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan mengecekan catatan-catatan yang berkaitan dengan penerapan sistem manajemen mutu seperti hasil pengisian check sheet, laporan

management review, dan analisa masalah.

Dalam teknik keabsahan ini peneliti melakukan studi dokumentasi serta kepustakaan untuk melihat dan mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Kedua, tahap ekplorasi. Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang kondisi gereja-gereja yang menjadi objek penelitian ini dan mengadakan pengamatan langsung tentang penanganan konflik di wilayah kecamatan Driyorejo Gresik itu.

9) Uraianrinci

Teknik ini dimaksud supaya upaya memberi penjelasan kepada pembaca dengan menjelaskan hasil penelitian dengan penjelasan yang serinci-rincinya. Suatu temuan yang baik akan dapat diterima orang apabila dijelaskan dengan penjelasan yang terperinci, logis, dan rasional.28

28 Ibid, 267.

B A B IV

Dokumen terkait