• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administrasi

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur dan secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten Garut berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di sebelah Barat, Kabupaten Sumedang di sebelah Utara, Kabupaten Tasikmalaya di sebelah Timur dan dibatasi oleh Samudera Hindia di Bagian Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Garut sebesar 306.519 hektar, yang dibagi menjadi 42 Kecamatan dan terdiri dari 21 Kelurahan dan 403 Desa. Kecamatan Cibalong, merupakan wilayah kecamatan dengan luasan terbesar, yaitu seluas 21.359 hektar (6,97% wilayah Kabupaten Garut) sedangkan Kecamatan Kersamanah merupakan wilayah dengan luasan terkecil, yaitu seluas 1.650 hektar (0,54% dari luas wilayah Kabupaten Garut).

Kondisi Fisik Wilayah Topografi

Karakteristik topografi Kabupaten Garut sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Wilayah terendah dengan ketnggian kurang dari 100 m terdapat di kecamatan Cibalong, Paemeungpeuk, Cikelet, Mekarmukti, Pakenjeng, Bungbulang dan Caringin. Sedangkan wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang. Kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan berada pada ketinggian 500-1.000 m dpl sedangkan wilayah yang berada pada ketinggian 1.000-1.500 m dpl terdapat di Kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu.

41

Gambar 15 Peta kelas ketinggian Kabupaten Garut

Berdasarkan hasil analisis pada peta, seperti terlihat pada Gambar 15, sebagian besar wilayah Kabupaten Garut berada pada ketinggian lebih dari 500 m dpl, dengan persentase luasan mencapai lebih dari 75 persen. Di wilayah Garut bagian tengah, ketinggian tempat dapat mencapai lebih dari 1.000 m dpl, dimana pada wilayah ini merupakan komplek Gunung Papandayan dan Cikuray yang posisinya berdekatan. Sedangkan di wilayah Garut bagian Selatan, variasi ketinggian dapat dikatakan lebih beragam dibandingkan dengan wilayah Garut

42

bagian Utara yang hanya didominasi oleh 2 (dua) kelas ketinggian. Secara terperinci luas dan persentase masing-masing kelas ketinggian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Luasan dan persentase Kabupaten Garut berdasarkan kelas ketinggian

No. Kelas Ketinggian Luas (Ha) Persen (%) 1. 0 - 100 Meter 20.300 6,6 2. 100 - 500 Meter 62.110 20,2 3. 500 - 1.000 Meter 99.160 32,2 4. 1.000 - 1.500 Meter 88.980 28,9 5. Lebih dari 1.500 Meter 37.100 12,1

Jumlah Total 307.650 100,0

Data hasil analisis pada Tabel 12, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Garut memiliki kelas lereng kurang dari 40%, dimana kelas lereng 16% - 25% merupakan kelas yang paling dominan meliputi luasan sebesar 98.828,50 hektar (32,12% dari seluruh wilayah Kabupaten Garut).

Tabel 12 Luasan dan persentase Kabupaten Garut berdasarkan kelas lereng

No. Kelas Lereng Bentuk Wilayah Luas (Ha) Persen (%) 1. Kurang dari 8 % Datar 74.220 24,1 2. 8 % - 15 % Landai 73.890 24,0 3. 16 % - 25 % Agak Curam 98.830 32,1 4. 26 % - 40 % Curam 57.940 18,8 5. Lebih dari 40 % Sangat Curam 2.770 0,9

Jumlah Total 307.650 100,00

Sumber: analisis pada peta

Dilihat dari penyebarannya, seperti terlihat pada Gambar 16, wilayah Garut bagian Utara umumnya datar dengan sebagian kecil wilayah merupakan wilayah agak curam sampai dengan curam yang akan dijumpai pada wilayah sebelah Barat dan Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Tasikmalaya.

43

Gambar 16 Peta kelas kelerengan

Klimatologi

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan

44

elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata harian di sekitar Garut berkisar antara 13,6 mm/hari – 27,7 mm/hari dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3.500-4.000 mm sebagaimana terlihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Peta curah hujan

Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada

45

musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.

Hidrologi

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi enam daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Cimanuk yang bermuara di Laut Jawa serta DAS Cilaki, DAS Cikandang, DAS Cipalebuh, DAS Cisanggiri dan DAS Cikangeang yang bermuara di Samudera Indonesia. Karakteristik sungai pada wilayah DAS yang bermuara di Samudera Indonesia pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan DAS Cimanuk.

Jumlah sungai yang terdapat di wilayah ini adalah sebanyak 63 buah sungai beserta anak sungainya dengan panjang keseluruhan mencapai 1.397,34 km dimana sepanjang 92 km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan anak sungainya.

Jenis Tanah

Dilihat dari jenis tanahnya, secara garis besar Kabupaten Garut terdapat jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi podsolik, dan asosiasi regosol. Jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu.

Asosiasi podsolik dan regosol merupakan jenis tanah yang paling dominan terdapat di wilayah ini, menyebar di wilayah Selatan dan sepanjang perbatasan bagian Barat dan Timur Kabupaten Garut sampai ke wilayah Utara. Selain itu terdapat tanah andosol yang penyebarannya berada di wilayah tengah Kabupaten Garut. Jenis tanah ini umumnya berwarna hitam, memiliki penampang yang berkembang, dengan horizon-A yang tebal, gembur dan kaya bahan organik.

46

Gambar 18 Peta jenis tanah

Kependudukan

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kabupaten Garut pada Tahun 2008 sebanyak 2.345.108 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 2.380.981 jiwa. Jumlah anggota keluarga per kepala keluarga sebanyak 4-5 orang. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 742,2 jiwa per km2, dimana indeks tingkat kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Tarogong Kidul

47

sebesar 4.998,36 jiwa per km2, sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Pamulihan, yaitu sebesar 136 jiwa per km2.

Dilihat dari aspek mata pencaharian, 38,63% penduduk di Kabupaten Garut, menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, 26,63% berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restauran sedangkan sisanya berada di sektor lain, seperti jasa, industri dan sektor lainnya.

Tabel 13 Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Garut

No Tahun Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Sex Ratio (%) LPP (%) 1 2004 1.121.283 1.082.892 2.204.175 103,6 - 2 2005 1.139.046 1.100.045 2.239.091 103,6 1,58 3 2006 1.157.252 1.117.721 2.274.974 103,5 1,60 4 2007 1.174.800 1.134.973 2.309.773 103,5 1,53 5 2008 1.192.199 1.152.909 2.345.108 103,4 1,53 6. 2009 1.210.334 1.170.647 2.380.981 103,4 1,53

Sumber:diolah dari berbagai sumber

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut

Secara umum, di dalam revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut Tahun 2010 – 2030, Kabupaten Garut terbagi menjadi 2 (dua) kawasan utama, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung, umumnya didominasi oleh hutan lindung, hutan konservasi dan sempadan sungai/pantai. Kawasan budidaya terbagi menjadi kawasan budidaya non hutan, yaitu hutan produksi terbatas dan hutan produksi, perikanan budidaya, perkebunan, permukiman, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan peternakan. Secara spasial, pola pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Garut 2010 – 2030 dapat dilihat pada Gambar 19, sedangkan luasan dan persentase masing-masing bentuk kawasan dapat dilihat pada Tabel 14.

48

49

Tabel 14 Luas dan persentase Rencana Pola Ruang revisi RTRW Kabupaten Garut 2010 – 2030

No. Kawasan/Pola Ruang Luas (Ha) Persen (%)

1. Kawasan Budidaya 79.484,8 25,8

a. Hutan Produksi Terbatas 8.977,72 2,9

b. Hutan Produksi 147,26 0,1

c. Perkebunan 18.952,64 6,2

d. Permukiman 5.119,99 1,7

e. Pertanian Lahan Basah 20.237,70 6,6 f. Pertanian Lahan Kering 25.714,65 8,4

g. Perikanan Budidaya 8,57 0,0 h. Peternakan 326,29 0,1 2. Kawasan Lindung 228.163,62 74,2 a. Hutan Lindung 78.756,47 25,6 b. Hutan Konservasi 12.106,16 3,9 c. Sempadan Sungai/Pantai 13.943,62 4,5 d. KLNH-Gerakan Tanah 66.715,38 21,7 e. KLNH-Gunung Api 18.545,24 6,0 f. KLNH-Rawan Tsunami 3.435,28 1,1 g. KLNH-Resapan Air 34.661,48 11,3 Jumlah Total 307.648,45 100,0

Sumber: draft RTRW Kabupaten Garut 2010-2030

Berdasarkan informasi pada Tabel 14, proporsi kawasan lindung mencapai 74,2% sedangkan kawasan budidaya mencapai 25,8% dari keseluruhan wilayah. Pada kawasan lindung, terdapat dua pola ruang yang proporsinya cukup besar, yaitu hutan lindung (25,6%) dan kawasan lindung non hutan rawan gerakan tanah (21,7%). Pada kawasan budidaya, teradapat tiga pola ruang yang proporsinya cukup besar, yaitu pertanian lahan kering, pertanian lahan basah dan perkebunan.

50

Dokumen terkait