• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sawah Ladang Pemukiman Pekarangan PerkebunanFasilitas Umum Hutan

3. Keadaan Demografi Desa Tanjungsukur

Masyarakat Desa Tanjungsukur mayoritas berasal dari suku Sunda. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Sunda. Sedangkan sistem kepercayaan yang dianut rata-rata adalah agama islam. Seiring berjalannya waktu, kini jumlah penduduk di Desa Tanjungsukur pada tahun 2017 tercatat berjumlah 4.945 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki 2.536 jiwa dan penduduk perempuan 2.409 jiwa. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.1 di bawah ini:

Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsukur Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Monografi Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis Tahun 2017

Berdasarkan grafik 3.1 tersebut, diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Tanjungsukur lebih mendominasi dibandingkan dengan jumlah

3 Hasil wawancara dengan Bapak Saepudin pada hari Senin, 3 Juli 2017 di Kantor Desa Tanjungsukur Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

2,536 2,409 2,300 2,350 2,400 2,450 2,500 2,550 Laki-Laki Perempuan

140 183 209 215 363 368 159 63 30

Usia 0-6 Tahun Usia 7-12 Tahun Usia 13-18 Tahun Usia 19-25 Tahun Usia 26-40 Tahun Usia 41-55 Tahun Usia 56-65 Tahun Usia 66-75 Tahun Usia >75 Tahun

penduduk perempuan. Melihat total penduduk yang sudah berkeluarga berjumlah 1.475 kepala keluarga, ternyata Desa Tanjungsukur memiliki banyak tenaga kerja. Hal tersebut dapat ditinjau dari komposisi usia penduduknya yang terdapat pada gambar diagram 3.2 berikut ini:

Diagram 3.2 Komposisi Usia Penduduk Desa Tanjungsukur

Sumber: Monografi Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis Tahun 2017

Berdasarkan diagram 3.2 tentang komposisi usia penduduk di atas, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tanjungsukur memiliki banyak tenaga kerja yang sangat produktif. Walaupun demikian, yang menjadi permasalahan adalah ketika jumlah tenaga kerja yang tinggi tidak dapat seluruhnya terserap dan bekerja di desa sehingga naiklah angka pengangguran dan meningkatnya angka kemiskinan pula.

Berbicara mengenai pendidikan, keadaan Desa Tanjungsukur memang sangat memprihatinkan. Kurangnya kepedulian dan dukungan dari orang tua serta

para tokoh masyarakat setempat yang masih belum menyadari akan pentingnya pendidikan dalam menghadapi tuntutan zaman yang semakin ketat persaingannya.

Adapun data mengenai tingkat pendidikan masyarakat Desa Tanjungsukur dapat dilihat pada grafik 3.2 di bawah ini:

Grafik 3.2 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tanjungsukur

Sumber: Monografi Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis Tahun 2017

Berdasarkan grafik 3.2 di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan di Desa Tanjungsukur sangat rendah dengan rata-rata masyarakat hanya berpendidikan sampai Sekolah Dasar. Alasan masyarakat tidak melanjutkan sekolah rata-rata adalah karena faktor ekonomi. Penghasilan dari buruh tani tentu sangat tidak bisa diandalkan yang hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Jika harus ditambah beban biaya sekolah mereka sangat keberatan dan pada akhirnya remaja yang putus sekolah tersebut ikut bekerja membantu perekonomian keluarganya salah satunya dengan cara merantau.

723 316 75 1 6 3 20 2 0 100 200 300 400 500 600 700 800 SD SMP SMA D-1 D-2 D-3 S-1 SLB A Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tanjungsukur

4. Gambaran Umum Keadaan Masyarakat Desa Tanjungsukur a. Keadaan Ekonomi Desa Tanjungsukur

Masyarakat Desa Tanjungsukur tergolong masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah. Angka kemisikinan dan pengangguran di Desa Tanjungsukur masih cukup tinggi. Adapun data mengenai mata pencaharian masyarakat Desa Tanjungsukur dapat dilihat pada grafik 3.3 di bawah ini:

Grafik 3.3 Keadaan Mata Pencaharian Penduduk Desa Tanjungsukur

Sumber: Monografi Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis Tahun 2017

Berdasarkan grafik 3.3 tentang mata pencaharian penduduk Desa Tanjungsukur tersebut, jika dijumlahkan antara pekerja dan yang belum bekerja lebih tinggi angka masyarakat yang belum bekerja. Adapun jenis mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai buruh tani, pedagang dan buruh lepas. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut diakui bahwa masih kurang dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Apalagi jumlah ibu rumah tangga yang

8 138 5 12 43 14 2 1 3 97 2 60 83 32 260 393 484 7 5 100 40 0 100 200 300 400 500 600

sangat melonjak tentu menjadi beban tanggungan. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh pernyataan dari Bapak Kepala Desa Tanjungsukur yang mengatakan bahwa:

“Di tempat rantau biasanya mereka bekerja sebagai buruh pabrik kerupuk atau proyek bangunan. Sementara para kepala keluarganya merantau, para ibu-ibu rumah tangga biasanya ikut membantu bekerja dengan membuat anyaman bambu. Satu rangkaian anyaman bambu dihargai sebesar Rp 500,- yang waktu pengerjaannya kurang lebih hampir tiga jam. Dalam sehari paling banyak dapat membuat 2-3 rangkaian anyaman saja karena terkadang waktu mereka terbagi untuk mengurus sawah dan ladanganya sendiri.”4

Tingginya angka anak-anak yang putus sekolah atau putus pesantren hal itu tak lain disebabkan oleh desakan ekonomi. Maka dari itu, tak jarang untuk membantu ekonomi keluarga para anak remaja laki-laki yang baru berusia 16 tahun pun sudah memberanikan diri untuk merantau dan bekerja di kota sebagai buruh pabrik atau proyek bangunan yang rata-rata pendapatan kotornya Rp 75.000,-/ hari. Sedangkan bagi remaja wanita biasanya mereka sudah terbiasa dengan pernikahan dini. Dengan pernikahan tersebut, setidaknya mereka menganggap dapat mengurangi tanggungan hidup keluarganya. Walaupun pada akhirnya mereka pun sulit menjadi keluarga yang sejahtera karena pekerjaannya hanya menjadi ibu rumah tangga dan tidak bisa bekerja. Adapun kondisi kesejahteraan keluarga di Desa Tanjungsukur dapat dilihat pada grafik 3.4 di bawah ini:

4 Hasil wawancara dengan Bapak Saepudin pada hari Senin, 3 Juli 2017 di Kantor Desa Tanjungsukur Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis

Grafik 3.4 Kesejahteraan Keluarga Desa Tanjungsukur

Sumber: Monografi Desa Tanjungsukur, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis Tahun 2017

Berdasarkan grafik 3.4 tentang kesejahteraaan keluarga di atas, Desa Tanjungsukur masih jauh dari keluarga yang sejahtera dengan jumlah 823 keluarga prasejahtera yang menempati posisi tertinggi, lalu peringkat kedua keluarga sejahtera 2 sekitar 450 kepala keluarga, peringkat ketiga 295 keluarga sejahtera 1, peringkat empat 270 keluarga sejahtera 3, dan yang paling minoritas adalah keluarga sejah tera 3+ 2 kepala keluarga.

b. Keadaan Sosial dan Budaya Desa Tanjungsukur

Dalam klasifikasinya Desa Tanjungsukur termasuk ke dalam desa swakarya. Desa swakarya merupakan desa yang masih dalam tahap transisi menuju desa maju. Sesuai dengan kondisinya, Desa Tanjungsukur telah mengalami berbagai perubahan baik yang disadari atau tidak. Salah satunya terlihat dari sektor mata pencaharian yang kini mulai bervariasi dan beralih dari sektor agraris. Bahkan tak jarang masyarakat kini lebih condong memilih untuk pergi merantau mencari lapangan pekerjaan di kota dibandingkan di desanya. Seiring dengan peralihan

823 295 450 270 2 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Keluarga Prasejahtera Keluarga Sejahtera 1 Keluarga Sejahtera 2 Keluarga Sejahtera 3 Keluarga Sejahtera 3+(KK) Total 1840 Jumlah Kepala Keluarga di Desa Tanjungsukur

tersebut, merantau menjadi hal yang tidak tabu lagi dan akibat dari itu kini masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru dan perlahan mulai mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Model perumahan penduduk Desa Tanjungsukur adalah mengelompok di mana di sekitar perumahan mereka di kelilingi persawahan dan perkebunan milik masyarakat desa. Adapun ciri khas dari masyarakat Desa Tanjungsukur adalah keramahan dan sopan santunya ketika saling berinteraksi antarsesama. Mereka saling melempar senyum dan bertegur sapa. Hal inilah yang mungkin membuat Desa Tanjungsukur masih sangat kuat akan rasa kekeluargaan dan solidaritasnya. Atas dasar asas tersebut mereka menjadi lebih peduli akan keadaan anggota masyarakat yang lainnya ketika sedang mengalami kesusahan, kematian, pembangunan, atau perayaan pesta lainnya untuk saling menolong dan membantu. Sebagai desa yang dicap sebagai kota santri, Desa Tanjungsukur kental akan sisi religiusnya. Hal ini diketahui dengan antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan agamis seperti pengajian pemuda, pengajian mingguan, pengajian bulanan antar kampung, atau perayaan hari-hari besar islam. Selain itu tampak pula dari peminatan anak-anak yang lebih memilih menuntut ilmu di pesantren dibandingkan bersekolah formal. Dengan perspektif bahwa pendidikan sekolah formal merupakan wujud dari kebutuhan duniawi saja berbeda dengan pendidikan pesantren yang lebih mengutamakan masa depan untuk kehidupannya di akhirat nanti.

Adapun faktor yang mempengaruhi stratifikasi di desa ini lebih kepada kekayaan dan kekuasaan. Meskipun faktor stratifikasi yang paling dominan adalah

kekayaan, tetapi tidak menutup kemungkinan faktor lain juga mempengaruhi kenaikan kelas atau paling tidak dihargai oleh masyarakat, dan faktor tersebut adalah kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksudkan di sini seperti seseorang yang memiliki jabatan baik sebagai tokoh masyarakat atau pemuka agama yang lebih disegani oleh masyarakat tanpa memandang tingkat pendidikannya.