• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak dan Luas Areal Penelitian

Kawasan Sumber Benih Plomas seluas luas 25 Ha, termasuk Wilayah Kerja Resort Pemangku Hutan (RPH) Sanggau, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sanggau, Dinas Kehutanan Provinsi Dati I Kalimantan Barat. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan termasuk Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Dati I Kalimantan Barat. Secara geografis lokasi tanaman belian ini terletak antara 110° 30 BT - 110°33′ BT dan 0° 11′ LU - 0° 13′ LU. Batas dari lokasi penelitian sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mukok. b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parindu. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bonti.

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Belitang Hilir.

Topografi

Kawasan Sumber Benih Plomas menurut Peta Bentuk Lapangan Provinsi Dati I Kalimantan Barat Skala 1 : 500.000 dari Direktorat Jenderal Kehutanan Tahun 1971 bertopografi datar sampai curam (8 - 45 %). Namun berdasarkan pengamatan lapangan, lokasi tanaman terletak pada daerah datar sampai bergelombang dengan kelerengan 15 - 25 % dan berada pada ketinggian 200 - 225 meter dari permukaan laut. Sungai yang mengalir di sekitar lokasi penelitian adalah Sungai Sekayam dan Sungai Bunyu yang merupakan anak Sungai Kapuas.

Geologi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Skala 1 : 2.000.000 dari Direktorat Geologi Bandung tahun 1965, formasi kawasan sumber benih Plomas terdiri dari batuan Paleogen. Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan Barat skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Departemen Pertambangan tahun 1977, bahwa formasi kawasan sumber benih Plomas termasuk Plistosen – Pliosen.

Berdasarkan Peta Tanah Kalimantan Barat skala 1 : 500.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Departemen Pertambangan tahun

1972, bahwa jenis tanah di kawasan sumber benih Plomas adalah Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi intrusi. Namun menurut Peta Tanah Indonesia skala 1 : 2.500.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1972, jenis tanah di kawasan sumber benih Plomas termasuk tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan fisiografi datar sampai bergelombang.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson iklim kawasan ini termasuk tipe curah hujan A, sedangkan menurut Klasifikasi Koppen termasuk tipe iklim AF. Musim hujan di wilayah ini umumnya terjadi pada bulan September sampai Februari, sedangkan musim kemarau pada bulan Maret sampai Agustus. Hasil pencatatan curah hujan di Kabupaten Sanggau, jumlah curah hujan selama 9 (sembilan) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Temperatur rata–rata adalah 26,9° C dengan temperatur maksimum 33,7° C dan minimum 22,8° C. Kelembaban rata-rata adalah 83% dan maksimum 100% serta minimum 46%. Angin pada bulan Nopember sampai Maret bertiup dari arah Barat Laut sedangkan bulan April sampai Oktober bertiup dari arah Timur dan Tenggara.

Tabel 1. Data Curah Hujan (mm) di Kabupaten Sanggau (1997-2005) Tahun Bulan 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Januari 120 396 177 309 202 442 346 355 464 2811 Februari 228 153 49 262 192 193 348 160 387 1972 Maret 258 421 187 126 83 357 362 207 398 2399 April 406 568 96 249 285 163 528 302 259 2856 Mei 209 311 241 38 113 194 160 144 307 1717 Juni 144 469 253 212 262 141 290 44 278 2093 Juli 64 239 240 138 248 36 134 30 161 1290 Agustus 125 344 229 492 66 47 112 9 203 1627 September 73 351 316 245 215 109 220 299 94 1922 Oktober 112 285 376 256 285 113 368 70 290 2155 Nopember 158 175 214 297 359 540 301 286 298 2628 Desember 431 438 297 175 145 199 385 303 334 2707 Rata-rata 194,00 345,83 222,92 233,25 204,58 211,17 296,17 184,08 289,42 2181,42 Sumber : Stasiun Klimatologi Jungkat (2006)

12

Keadaan Hutan

Hutan di wilayah ini termasuk tipe Hutan Tropika Basah yang ditumbuhi berbagai jenis pohon. Selain jenis belian (Euxideroxylon zwageri), di sekitar lokasi tanaman terdapat juga jenis komersial penting lainnya seperti meranti (Shorea spp.), medang (Litsea spp.), dan kapur (Dryobalanops abnormis). Keadaan tumbuhan bawah kurang rapat terdiri dari semak belukar, rotan dan anakan pohon tingkat semai.

Aksesibilitas

Lokasi sumber benih Plomas Sanggau dapat didatang melalui jalan darat dan dilanjutkan dengan menggunakan transportasi air. Dari Pontianak ke Sanggau perjalan darat akan ditempuh selama ± 6 jam. Selanjutnya dari Sanggau melalui Sungai Sekayam dengan menggunakan Speedboat selama ± 45 menit. Lokasi ini juga bisa didatangi dengan menggunakan jalan darat sampai ke desa Mengkiang selama ± 1 jam yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Speedboat selama ± 15 menit. Akses ke lokasi sumber benih melalui jalan darat maupun jalan air dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 2. Kondisi jalan menuju Desa Mengkiang

Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

Sebagian besar penduduk disekitar kawasan sumber benih Plomas adalah penduduk asli (suku melayu) dan sisanya merupakan pendatang. Penduduk pendatang sebagian besar sudah menetap selama lebih dari 14 (empat belas) tahun. Suku pendatang ini antara lain Batak, Sunda, Dayak, Bugis, Jawa dan Cina. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari oleh penduduk adalah bahasa melayu daerah Sanggau. Bahasa resmi yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia. Desa/dusun yang berdekatan dengan sumber benih Plomas ini adalah Desa Mengkiang, Dusun Sungai Langir, dan Dusun Mengkiang yang termasuk dalam Kecamatan Kapuas.

Mata Pencaharian dan Pendidikan

Mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitar Plomas, sebagian besar adalah bertani/berladang. Sebagian lainnya adalah menoreh karet dan pekerja harian lepas di areal persemaian PT. Finnantara Intiga Distrik I Mengkiang.

Di bidang pendidikan, ditinjau dari segi fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Kapuas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan cukup memadai. Mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak. Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Umum juga tersedia.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Sumber Benih Plomas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat yang memiliki luas ± 25 Ha, dengan waktu pelaksanaan penelitian selama ± 2 (dua) minggu efektif di lapangan.

Alat dan Objek Penelitian

Ada dua macam alat yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama adalah alat yang akan digunakan pada saat pengambilan data, terdiri dari :

1. Phi band / pita meter 2. Haga hypsometer

3. SRB (Spiegel Relaskop Bieterlich) tipe Matrix 4. Tali tambang

5. Tally sheet 6. Alat tulis

Sedangkan alat yang kedua yaitu yang akan digunakan untuk keperluan pengolahan data, terdiri dari :

1. Kalkulator

2. Komputer dengan program software statistik dan excel

Sebagai objek dalam penelitian ini adalah setiap pohon belian yang akan diukur dimensi pohonnya pada tingkat umur yang berbeda yaitu pada tahun tanam 1939 dan 1985 dengan diameter minimal 20 cm.

Metode Penelitian Pemilihan pohon contoh

Metoda pengambilan contohnya berdasarkan pemilihan dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling) dengan memperhatikan sebaran diameter, tinggi dan kondisi pohon sehingga dapat memenuhi keterwakilan data dan menghasilkan ragam yang sah. Dasar pemilihan kondisi pohon adalah pohon tersebut harus sehat, bentuknya normal, mewakili ukuran dimensi penaksirnya serta mempunyai pertumbuhan yang normal (tidak tertekan). Hal ini dimaksudkan

agar diperoleh besaran dimensi yang konstan. Selain itu, pemilihan pohon contoh ini juga harus berdasarkan sebaran pohon menurut diameter setinggi dada (Dbh) dan tinggi pohon (H). Ini dimaksudkan agar dimensi pohon-pohon yang diukur tersebut representatif dengan dimensi pohon-pohon penyusun tegakan.

Sebagai syarat statistik, maka ulangan dalam pengambilan contoh untuk setiap umur sebanyak minimal 30 pohon. Mengingat pohon ini termasuk kedalam jenis pohon yang langka, maka pengukuran dimensi pohon untuk setiap umur tidak dapat dilakukan sebanyak 30 pohon, yang terpenting harus ada keterwakilan data untuk setiap kelas diameter dan tinggi.

Pengukuran dimensi pohon

Dua jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil berupa data dimensi pohon yaitu : diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter seksi yang terdiri dari ; diameter pangkal seksi dan diameter ujung seksi, tinggi pohon (H), tinggi bebas cabang pohon (h), dan tinggi tajuk (ht). Sedangkan data sekunder yang diambil berupa keadaan umum lokasi penelitian. Ilustrasi pengukuran dimensi pohon dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pembagian batang

Kegiatan lain dalam menentukan karakteristik pohon belian yaitu menghitung diameter perseksi dimana panjang seksi masing-masing 2 m. Ilustrasi penggambaran diameter perseksi seperti terlihat pada Gambar 3. Untuk mengukur diameter setiap ketinggian 2 m, diperlukan alat berupa SRB. Akan tetapi untuk mendapatkan data diameter dengan ketelitian yang lebih tinggi, data ini diambil dengan cara memanjat pada pohon yang diukur. Dalam penelitian ini, hanya beberapa pohon saja yang data diameternya diambil dengan cara memanjat pohon yang bersangkutan dengan alasan keamanan.

16

Keterangan Gambar 3 H = tinggi total pohon h = tinggi bebas cabang

hn = tinggi batang dari atas tanah hingga ketinggian pada diameter ujung seksi ke-i

dn = diameter ujung seksi ke-i

pn = panjang batang dari pangkal tajuk hingga ketinggian pada diameter ujung seksi ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n.

Gambar 3. Ilustrasi pembagian seksi batang pada pohon contoh yang diukur

Diameter perseksi diukur mulai dari atas tunggak atau jika pohon berbanir maka pengukuran dimulai dari atas banir sampai dengan bebas cabang.

Pengukuran ini dilakukan untuk mencari hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter ujung seksi dan panjang batang dari tinggi bebas cabang dengan tinggi bebas cabang.

Perhitungan volume pohon contoh

Menghitung volume aktual pohon contoh dihitung dengan cara menjumlahkan volume batang perseksi.

= = n i i Vs Va 1

di mana : Va = Volume pohon sebenarnya

Vsi = Volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3, ..., n.

Sedangkan untuk menghitung volume batang perseksi semua pohon contoh dalam kelompok validasi model dengan menggunakan rumus Smalian, yaitu :

( )

L g G Vs= + ⋅ 2

di mana : Vs = volume seksi batang

G = luas bidang dasar pangkal seksi batang g = luas bidang dasar ujung seksi batang L = panjang seksi batang

Penentuan angka bentuk batang pohon

Angka bentuk batang pohon (f) ditentukan dengan cara membandingkan antara volume aktual yang diperoleh dari rumus smalian dengan volume silindernya.

Vsl Va f =

di mana : Vsl = Volume silinder, menganggap bentuk batang pohon silinder Ada dua macam angka bentuk yang akan dicari, yaitu :

ƒ Angka bentuk setinggi dada (F-bh)

Tbc dbh Va fbh 2 ) ( 25 . 0 π =

ƒ Angka bentuk absolut (F-abs)

Tbc dp Va fabs 2 ) ( 25 . 0 π = di mana :

18

Vp = volume pohon sebenarnya dbh = diameter setinggi dada

Tbc = tinggi pohon bebas cabang dp = diameter pangkal pohon fbh = angka bentuk setinggi dada fabs = angka bentuk absolut

Analisis Data Deskripsi statistik pohon contoh

Untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon belian perlu diketahui deskripsi statistik dari pohon contoh yang diukur. Data statistik yang diukur seperti banyaknya contoh (n), nilai minimum dan nilai maksimum data yang diukur, rata-rata atau nilai tengah (mean), dan simpangan baku (s).

Rasio antar dimensi pohon

Untuk mengetahui pertumbuhan yang memiliki pola pertumbuhan yang konstan perlu diketahui nilai rasio antar dimensi pohon. Nilai ini ditentukan dengan membandingkan antar dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Rasio dimensi-dimensi pohon belian yang diukur seperti (1) diameter pangkal(Dp) / diameter setinggi dada(Dbh), (2) diameter bebas cabang(Dbc) / diameter setinggi dada(Dbh), (3) diameter bebas cabang(Dbc) / diameter pangkal(Dp), (4) tinggi tajuk(T tajuk )/ tinggi total(T total), (5) tinggi bebas cabang(Tbc) / tinggi total(T total).

Pada umumnya setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada faktor keruncingan. Untuk mengetahui besar keruncingan perlu ada perbandingan antara diameter atas dan diameter bawah. Nilai rasio ini akan dicari setiap ketinggian 2 meter. Perhitungan rasio antara diameter atas dengan diameter bawah sebagai berikut : 1 + = i i n D D

R Keterangan : Rn = Nilai rasio diameter ke-i

Hubungan antara dimensi pohon

Data dimensi pohon (diameter, diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan tinggi tajuk) yang didapat dari hasil pengukuran akan dilakukan perhitungan secara matematis. Setelah itu akan dicari koefisien korelasinya untuk mengetahui hubungan antar peubah, apakah antar kedua peubah saling bergantung atau tidak. Koefisien ini akan membantu dalam menggambarkan karakteristik biometrik pohon ulin.

Nilai koefisien korelasi dapat dihitung melalui rumus

( )( )

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ∑ ∑ =

∑ ∑

= = = = 2 1 2 1 2 1 1 2 / n i i n i i n i n i i i i i i i y y n x x n y x y x r

Keterangan : xi = Diameter pohon ke-i yi = Tinggi pohon ke-i

n = Jumlah pohon

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) merupakan variabel yang dapat menunjukkan keeratan hubungan antar dimensi pohon seperti antara diameter dengan tinggi pohon. Nilai koefisien korelasi (r) merupakan penduga tak bias dari koefisien korelasi (ρ). Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r = -1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi negatif sempurna dan sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka hubungan antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole,1993).

Penyusunan persamaan regresi

Untuk keperluan kemudahan dalam penggambaran karakteristik biometrik pohon digunakan sebuah peubah bebas berupa diameter pohon dan peubah tidak

20

bebas yaitu tinggi pohon untuk melihat hubungan yang nyata antara kedua peubah ini. Data hasil pengukuran dimensi yang lain seperti diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter ujung seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang serta tinggi bebas tajuk juga dianalisis secara statistik untuk mendapatkan persamaan regresi hubungan antar variabel tersebut.

Analisis ini dilakukan setelah terbukti bahwa antara tinggi pohon dengan diameter pohon terdapat hubungan yang nyata. Model-model persamaan yang dibuat umumnya menggunakan hubungan peubah-peubah sebagai berikut :

H= f (D)

Dari persamaan tersebut dapat dibuat model persamaan regresi linearnya yaitu Y = bo + b1xi + ei

Penyusunan persamaan taper

Persamaan taper disusun berdasarkan hubungan fungsional antara diameter sepanjang batang (d) dengan panjang batang dari pangkal batang (h), yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : d = f(h)

Menurut Laasasenaho (1982), kurva taper dari jenis pohon yang sama tetapi berbeda ukuran dapat disusun dengan bantuan diameter relatif dan tinggi realtif. Adapun persaman yang akan dianalisis sebagai berikut :

(d/D) = f { (h/H) } (d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2 } (d/D)2 = f { (h/H) } (d/D) = f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 } (d/D) = f { (h/H), (h/H)2 } (d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 }

Kriteria ketepatan model

Beberapa ukuran yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ketepatan sebuah model yaitu koefisien determinasi (R2), koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj), besarnya peluang untuk menolak H0 padahal H0 benar berdasarkan kepada data yang ada pada pengujian koefisien regresi dan bentuk tebaran sisa.

Adapun kriteria yang dipakai untuk menguji ketepatan sebuah model adalah sebagai berikut.

a. Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas

Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas dimaksudkan untuk mengetahui peranan masing-masing peubah bebas di dalam persamaan dalam pembentukan model.

Hipotesis yang digunakan Ho : βi = nol, untuk semua i H1 : setidaknya ada satu βi ≠ 0 Kriteria yang digunakan

Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka terima Ho Jika nilai Fhitung > Ftabel maka tolak Ho

Uji nilai F hitung > F tabel pada tingkat nyata tertentu (α), maka kolerasi regrasi antara peubah bebas dengan peubah tak bebasnya yaitu nyata (α = 0,05) dan sangat nyata (α = 0,01).

b. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran dari besarnya keragaman peubah tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Perhitungan besarnya koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus :

% 100 2 = × JKtotal JKregresi R

Jika nilai koefisien determinasi sebesar 50% mempunyai pengertian bahwa 50% variasi peubah x (diameter setinggi dada atau tinggi pohon) dapat menerangkan secara memuaskan variasi peubah Y (volume pohon), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

c. Koefisien determinasi terkoreksi (R2(adj))

Koefisien determinasi terkoreksi (R2(adj)) adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya. Perhitungan determinasi terkoreksi (R2(adj)) dengan rumus :

22

( )

( )

( )

( )

% 100 1 1 ) ( 2 × − − − = n JKT p n JKS R adj

Keterangan : JKS = Jumlah kuadrat sisa JKT = Jumlah kuadrat total (n-p) = Derajat bebas sisaan (n-1) = Derajat bebas total d. Simpangan baku (s)

Model yang dianggap layak adalah model dengan nilai simpangan bakunya kecil. Nilai s menunjukkan besarnya penyimpangan antara data aktual dengan dugaan model, yang akan makin terandalkan dengan nilai s yang semakin kecil. Nilai s ditentukan dengan rumus :

= = 2 2( ) p n ei s s dimana :

S2 = kuadrat tengah sisaan ei = sisaan ke-i

e. Simpangan rata-rata dan simpangan agregat

Keakuratan suatu model ditunjukan oleh besarnya selisih antara hasil pendugaan berdasarkan model dengan kenyataan (data). Semakin kecil selisih antara hasil model dengan kenyataan, menggambarkan tingkat ketepatan yang semakin tinggi. Keakuratan model ini diukur berdasarkan simpangan rata-rata (SR) dan simpangan agregat (SA). Semakin kecil nilai SR dan SA, menggambarkan tingkat ketepatan yang semakin tinggi. Perhitungan SR dan SA dengan menggunakan rumus:

n Vti Vti Vai SR n i

= ⎜⎜ ⎟⎟ = 1 % 100 *

% 100 * 1 1

∑ ∑

= = − = n i n i n n Vti Vai Vti SA

Keterangan : SR = simpangan rata-rata

SA = simpangan agregat

Vai = volume pohon ke-i melalui rumus Smalian Vti = volume dugaan pohon ke-i melalui angka bentuk n = jumlah pohon contoh

Dokumen terkait