• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang banyak menyerap tenaga kerja dan memberikan sumbangan yang tinggi terhadap PDRB. Perkembangan pertanian di Kabupaten Blora sangat ditentukan oleh faktor-faktor produksi. Salah satunya adalah air. Ketersediaan air menjadi masalah konkrit dalam pertanian di Kabupaten Blora. Pertanian sangat perlu adanya dukungan jaringan irigasi dan pengairan yang baik. Kondisi jaringan irigasi dan pengairan di Kabupaten Blora dapat dilihat melalui Tabel 12.

Tabel 12. Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (meter) Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 1. Teknis a. Primer 7,844 7,844 7,844 7,844 7,844 b. Sekunder 107,326 107,326 107,326 107,326 107,326 c. Tersier 54,430 54,430 54,430 54,430 54,430 2. Non teknis 232,174 232,174 232,174 232,174 232,174

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa jaringan irigasi di Kabupaten Blora terdiri dari jaringan teknis dan non teknis. Jaringan teknis terdiri dari jaringan primer, sekunder, dan tersier. Sedangkan jaringan non teknis merupakan jaringan yang paling banyak terdapat di Kabupaten Blora, yang berarti kebutuhan air untuk pertanian belum sepenuhnya tercukupi dengan

commit to user

baik. Jaringan non teknis hanya mengandalkan adanya air dari hujan dan sungai, serta sangat mudah terserap kedalam tanah.

Sektor pertanian didukung dengan adanya lima sub sektor penting di dalamnya, terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan dan sub sektor peternakan.

1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan sub sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB dibandingkan sub sektor pertanian yang lainnya. Data dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009

No Komoditas 2007 2008 2009

1 Padi Sawah

* Luas (Ha) 61.607 73.303 71.974

* Produksi (Ton) 301.972 415.238 374.798

* Produktivitas (Ton /ha) 4,90 5,66 5,21

2 Padi Ladang

* Luas (Ha) 1.906 1.056 1.507

* Produksi (Ton) 6.971 4.150 6.061

* Produktivitas (Ton /ha) 3,66 3,93 4,02

3 Jagung

* Luas (Ha) 65.636 65.252 69.062

* Produksi (Ton) 284.730 298.932 392.539

* Produktivitas (Ton /ha) 0,43 4,58 5,68

4 Kedelai

* Luas (Ha) 3.211 5.495 3.692

* Produksi (Ton) 3.874 11.577 4.482

* Produktivitas (Ton /ha) 1,21 2,11 1,21

5 Kacang Tanah

* Luas (Ha) 3.910 3.953 4.573

* Produksi (Ton) 3.630 3.677 4.178

* Produktivitas (Ton /ha) 0,93 0,93 0,91

6 Kacang Hijau

* Luas (Ha) 4.143 2.321 3.866

* Produksi (Ton) 4.156 2.308 3.780

* Produktivitas (Ton /ha) 1,00 0,99 0,98

7 Ubi Jalar

* Luas (Ha) 354 422 259

* Produksi (Ton) 4.888 5.611 2.917

* Produktivitas (Ton /ha) 13,81 13,29 11,26 8 Ubi Kayu

* Luas (Ha) 1.361 1.599 1.923

* Produksi (Ton) 17.987 21.083 25.413

* Produktivitas (Ton /ha) 13,21 13,18 13,22

commit to user

Berdasarkan Tabel 13 jumlah produksi tertinggi adalah dari tanaman padi, diikuti tanaman jagung, singkong dan kedelai. Produksi tanaman padi cenderung berfluktuatif, dengan produksi tertinggi pada tahun 2008 yaitu mencapai 415.238 ton. Sedangkan tanaman jagung memiliki total produksi tertinggi pada tahun 2009 yaitu mencapai 392.539 ton. Seperti halnya tanaman padi, tanaman jagung juga mengalami produksi yang berfluktuaif dalam kurun tahun 2007-2009. Demikian pula dengan tanaman lainnya. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor musim, kondisi alam, serangan hama dan penyakit tanaman yang menyerang.

Selain tanaman di atas, sub sektor ini juga menghasilkan berbagai jenis buah dan sayuran. Jenis buah yang banyak dibudidayakan yaitu buah mangga, pisang, nanas, papaya, jambu air, rambutan, durian, jeruk siam, alpukat, belimbing, jambu biji, nangka, sawo, sukun dan sirsak. Produksi tertinggi adalah buah mangga yang mencapai 1.119.697 ton di tahun 2009. Tingginya produksi mangga ini di dukung karena kondisi alam yang sesuai meliputi ketingggian daerah, curah hujan, dan kebutuhan sinar matahari yang sesuai untuk budidaya tanaman mangga ini. Sedangkan sayuran yang diproduksi di Kabupaten Blora adalah bawang merah, cabe besar, cabe rawit, ketimun, tomat, kacang merah, kacang panjang, bayam, dan beberapa jenis tanaman sayur dataran rendah. Produksi sayuran mengalami penurunan drastis di tahun 2009 karena faktor iklim dan kondisi alam yang menyebabkan penurunan produksi untuk semua tanaman sayuran. Faktor iklim dan kondisi alam yang dimaksud adalah hujan yang tidak menentu dan pergantian suhu yang cukup ekstrim. Sayuran yang di maksudkan misalnya sayuran tomat, pada tahun 2007 produksi tomat di Kabupaten Blora mencapai 24.040 ton namun menurun menjadi 8.638 ton di tahun 2009.

2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan

Komoditi yang banyak dihasilkan dari sub sektor perkebunan adalah hasil tanaman perkebunan rakyat, yaitu kelapa, kapuk, jambu mete, kapas, tebu rakyat, tembakau dan jarak. Terdapat beberapa jenis tanaman

commit to user

perkebunan lainnya yang belum diusahakan secara optimal di Kabupaten Blora. Misalnya jenis tanaman garut, kencur, empon-empon, yang sampai saat ini produksinya relatif masih sedikit. Komoditi sub sektor perkebunan di Kabupaten Blora dapat dilihat dari Tabel 14 :

Tabel 14. Luas Lahan dan Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009

No Uraian 2007 2008 2009

1 Kelapa

· Luas lahan (ha) · Produksi (ton) 373.178 4.285,61 2.099,16 244,39 2.666,75 5.586,21 2 Tebu Rakyat

· Luas lahan (ha)

· Produksi (ton) 1.005,75 1.814,45 910,10 3.854,03 1.063,25 63.795,00 3 Tembakau

· Luas lahan (ha)

· Produksi (ton) 162,00 1.200,500 639,00 629,02 1.364,00 171,42 4 Kapuk

· Luas lahan (ha)

· Produksi (ton) 1.021,23 227,21 451,20 114,93 801,26 188,56 5 Kapas

· Luas lahan (ha)

· Produksi (ton) 87,90 7,58 139,42 25,27 311,00 37,56 6 Jambu Mete

· Luas lahan (ha) · Produksi (ton) 1.118,04 327,73 656,24 191,35 1.066,82 311,36 7 Jarak

· Luas lahan (ha) · Produksi (ton) 68,00 19,850 42,60 5,69 279,65 14,11

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Hampir seluruh tanaman perkebunan mengalami peningkatan produksi di tahun 2009 kecuali tembakau yang mengalami penurunan produksi. Tanaman tebu rakyat merupakan tanaman dengan produksi tertinggi di tahun 2009 mencapai 63.795,00 ton. Tingginya produksi ini di sebabkan meningkatnya luas tanam tanaman tebu rakyat. Peningkatan produksi ini diharapkan mampu meningkatan pendapatan petani dan membantu perekonomian petani.

3. Sub Sektor Peternakan

Sub sektor peternakan di Kabupaten Blora memproduksi atau menghasilkan beberapa jenis hewan ternak. Populasi ternak di Kabupaten Blora sebagian besar dimiliki oleh petani-petani di desa. Misalnya sapi yang

commit to user

digunakan sebagai ternak kerja yang membantu proses pengolahan tanah ataupun digunakan sebagai investasi oleh petani. Masih banyak jenis hewan ternak yang dipelihara oleh masyarakat Blora. Data tentang jumlah populasi ternak ini dapat dilihat melalui Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Populasi Ternak Sektor Peternakan Kabupaten Blora Tahun 2007-2009 (ekor) No Uraian 2007 2008 2009 1 Sapi Potong 215.687 216.051 217.128 2 Sapi Perah 28 28 33 3 Kambing 96.250 96.820 96.982 4 Domba 16.881 16.356 16.387 5 Babi 25 75 34 6 Kerbau 2.913 2.854 2.874 7 Kuda 159 125 125 8 Ayam Kampung 1.778.635 1.189.071 1.266.728 9 Ayam Petelur 145.000 145.000 175.000 10 Ayam Pedaging 616.235 994.000 1.122.000 11 Itik 58.017 58.011 58.026 12 Angsa 2.945 2.946 2.528

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Populasi ternak yang potensial di Kabupaten Blora terdiri dari sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, itik, dan ayam petelur. Kabupaten Blora sebagai salah satu yang memiliki populasi ternak sapi yang terbanyak yakni 217.128 ekor data tahun 2009. Namun jumlah populasi sapi ini merupakan ternak yang dimiliki masyarakat sebagai ternak kerja ataupun sebagai simpanan sehingga mayoritas tidak diupayakan pada skala ekonomis atau pemeliharaan secara tradisional, maka apabila paceklik banyak peternak yang menjual ternak sehingga harga turun. Oleh sebab itu perlu upaya lebih serius dari pemerintah sehingga ternak juga sebagai salah satu usaha yang menguntungkan. Sedangkan ternak unggas, populasi itik juga cukup banyak yaitu 58.026 ekor sehingga hewan ternak unggas ini layak untuk terus dikembangkan disamping ternak lainnya.

commit to user

4. Sub sektor kehutanan

Luasan kawasan hutan di Kabupaten Blora sebesar 89.785,250 ha atau sebesar 49,32 % dari luasan Kabupaten Blora. Adapun data kondisi lahan di Kabupaten Blora dapat dilihat dalam Tabel 16.

Tabel 16. Luas Lahan Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Blora tahun 2005-2009 (hektar)

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

1 Hutan Lindung 137,20 137,20 137,20 137,20 137,20 2 Hutan Suaka Alam 42,50 42,50 42,50 42,50 42,50 3 Hutan Produksi Tetap 89.605,55 89.605,55 89.605,55 89.605,55 89.605,55

4 Hutan Rakyat 1.005 1.005 1.005 1.005 1005

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Blora 2009

Tabel 16 menunjukan data kondisi luas lahan kehutanan di Kabupaten Blora. Kabupaten Blora memiliki lahan hutan yag terdiri dari hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi tetap dan hutan rakyat. Dari tahun 2005-2009 luas hutan ini tidak mengalami perubahan. Luas tertinggi adalah hutan produksi tetap yang mencapai 89.605,55 ha, sedangkan luas terendah adalah hutan suaka alam yang hanya mencapai 42,5 ha.

Hutan negara atau hutan produksi tetap tersebar diseluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Blora. Di Kabupaten Blora terdapat tiga wilayah pemangkuan hutan yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu dan KPH Blora. Ketiga KPH tersebut bertugas mengawasi lokasi hutan negara di kecamatan yang menjadi tugasnya. Sebenarnya wilayah Kabupaten Blora juga cocok dan cukup potensial untuk pengembangan hutan rakyat dikarenakan hutan negara yang tidak/kurang produktif lagi sehingga kurang mampu meningkatkan output di sub sektor kehutanan. Kecamatan yang memiliki hutan rakyat antara lain Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan. Produksi kayu dari sub sektor kehutanan adalah sebagai berikut:

commit to user

Tabel 17. Produksi Kayu Menurut Wilayah Pemangkuan dan Jenisnya di KabupatenBlora Tahun 2007-2009 (M3) Uraian 2007 2008 2009 KPH Randublatung · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar 42.803,000 1.798,000 310,000 32.961,000 499,000 142,000 32.153,600 1.011,800 66,882 KPH Blora · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar 5.998,993 314,525 67,500 6.122,236 76,237 57,500 6.569,137 475,139 93,500 KPH Cepu · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar 43.999,39 477,20 - 36.853,00 235,00 368,00 30.720,00 184,889 576,08 TOTAL PRODUKSI · Jati Bundar · Kayu Rimba · Kayu Bakar 92.801,38 2.589,725 378 75.936,24 810 568 69.442,74 1.486,939 736

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 17 diketahui produksi kayu menurut spesifikasi berdasarkan jenis kayu jati bundar, kayu rimba (selain kayu jati), kayu bakar (untuk bahan bakar). Data diperoleh dari tiga wilayah pemangkuan utama di Kabupaten Blora. Kayu jati adalah produk kehutanan andalan dari Kabupaten Blora. Produksi kayu jati bundar mengalami penurunan dari tahun 2007-2009. Di tahun 2007 produksi kayu jati bundar mencapai 92.801,38 M3 namun menurun menjadi 69.442,74 M3 di tahun 2009. Sedangkan kayu rimba produksinya fluktuatif, di tahun 2007 produksinya sebesar 2.589,725 M3 menurun di tahun 2008 menjadi 810 M3 dan meningkat kembali di tahun 2009 menjadi 1.486,93 M3. Peningkatan produksi pada kayu bakar dari tahun 2007 sebesar 378 M3 menjadi 736 M3 di tahun 2009.

5. Sub Sektor Perikanan

Selama ini sub sektor perikanan di Kabupaten Blora disumbang oleh budidaya perikanan kolam dan budidaya perikanan dari perairan umum, yang meliputi sungai, cek dam dan embung. Sedangkan sumbangan dari hasil budidaya perikanan dari waduk relatif masih sangat kecil karena hanya

commit to user

berasal dari Kecamatan Blora dan Tunjungan. Luas panen dan luas produksi ikan di Kabupaten Blora dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 18. Luas dan Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum di Kabupaten Blora Tahun 2007-2009

Uraian 2007 2008 2009

1. Kolam

* luas panen (ha) * produksi (kg) 17,00 102,384 17,22 80,362 17,22 80,362 2. Sungai

* luas panen (ha) * produksi (kg) 1.046,00 250.891,00 1.026,00 148.320,00 1.026,00 148.320,00 3. Waduk

* luas panen (ha) * produksi (kg) 70,00 63.909,00 70,00 27.000,00 70,00 27.000,00 4. Cek dam dan embung

* luas panen (ha) * produksi (kg) 31,84 12.851,00 4,16 21.095,00 20,39 21.095,00

Sumber : BPS Kabupaten Blora 2009

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa produksi ikan paling banyak adalah berasal dari sungai mencapai 148.320 kg di tahun 2008 dan 2009. Produksi sebesar itu karena luas panen yang juga paling besar di antara yang lain, mencapai 1.026 hektar. Selama ini Sentra budidaya ikan Lele, Nila dan Tawes berada di Kecamatan Randublatung, Kedungtuban, Cepu, Blora, dan Todanan. Produksi ikan tidak terlalu tinggi di Kabupaten Blora karena kurang mendukungnya sumberdaya alam yang ada untuk mengembangkan sub sektor ini.

commit to user

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis

Dokumen terkait