• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Analisis Data

3. Keadaan Sosial

Keadaan sosial Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala

peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai

penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang

pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam

kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut

tergadai! Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para

kuli akan mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau

melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.

Di perkebunan derita para kuli kontrak semakin menjadi, kehidupan

mereka diatur oleh bunyi suara kentongan. Kentongan bangun pagi, istirahat

siang, tidur malam. Di sela-sela kerja dan istirahat para kuli kontrak, kerap

terjadi tindak kekerasan yang tak manusiawi baik dari para mandor maupun

Tuan Besar perkebunan. Setiap kuli yang melakukan kesalahan akan

mendapat pukulan, tendangan, cambukan. Tak peduli kuli pria ataupun

wanita, semua mendapat hukuman keji. Seorang kuli wanita yang tak mau

diajak ‘main’ oleh Tuan Asisten Perkebunan harus mendapat siksaan disalib

matahari terbit hingga terbenam. Ada juga praktek pelacuran, perjudian, dan

madat yang terjadi di perkebunan. Setiap akhir bulan setelah masa gajian para

kuli dibiarkan terpikat ke dalam perjudian, masuk dalam bilik-bilik pelacuran

dan rumah candu agar mereka menghabiskan upah mereka hingga harus

meminjam uang kepada mandor perkebunan dengan bunga yang mencekik.

Dengan begitu para kuli akan terbelit oleh hutang yang tak terbayarkan

sehingga mau tidak mau mereka harus terus memperpanjang kontrak kerja

mereka. Jika mereka kabur, para penduduk asli siap menangkap mereka untuk

memperoleh imbalan yang besar dari pengelola perkebunan. Para kuli yang

kabur akan diburu, ketika tertangkap mereka akan diikat dan dibawa ke

perkebunan dengan tangan dan kaki diikat pada sebilah kayu.

Perbudakan terjadi di balik rimbunnya daun-daun tembakau. Tak

banyak yang tahu bahwa tembakau Deli yang terkenal di seluruh dunia,

akarnya telah menyerap keringat, air mata, dan darah para kuli. Kolusi terjadi

di antara penguasa dan tuan kebun. Poenale Sanctie menjadi tameng yang

melegalkan kekejaman mereka. Tak ada hukum yang melindungi para kuli.

4. Konflik Sosial

Konflik sosial (social conflict), yaitu konflik antar manusia.

Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber terjadinya

konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik

Konflik-konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat

Koeli Contract terdiri atas tiga bagian konflik, yaitu konflik antara individu

dengan individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antara

kelompok dengan kelompok. Ketiga bagian konflik tersebut meliputi konflik

antara kuli dengan kuli, konflik kuli dengan tuan asistennya, konflik antara

tuan tanah dengan orang-orang melayu, konflik antara lelaki cina dengan

kuli-kuli Jawa, dan konflik-konflik juga kekejaman para penguasa daerah

dengan tuan kebun. Selain itu terdapat latar belakang terjadinya konflik sosial

dan tujuan terjadinya konflik. Analisis konflik sosial seperti yang disebutkan

di atas adalah sebagai berikut

a. Konflik Sosial antara individu dengan individu

Konflik sosial antara individu dengan individu terjadi antara Wiryo

dengan Tuan Asisiten.

1) Konflik Sosial antara Wiryo dengan Tuan Asisten

Konflik antara Wiryo dengan Tuan Asisten disebabkan karena

Wiryo tertangkap basah mau membunuh Tuan Asisten. Maka

perkelahian antara keduanya tak terelakkan. Kutipan yang mendukung

pernyataan di atas adalah

“Ada apa? Kowe dikejar setan, heh?”

Syamsul menarik napas, meredakan dadanya yang bergemuruh.

“Ma-maaf, T-Tuan. A-ada kuli a-akan dihukum c-cambuk,” ucapnya terengah-engah (hlm. 92).

Sekilas, kedua Eropa itu saling berpandangan. Tak tampak roman terkejut di wajah mereka (hlm. 92).

“Apa yang dilakukannya?”

“Dia tertangkap basah m-mau m-membunuh T-Tuan Asisten B-bagian E. Ya, E….”(hlm. 92)

Perkelahian tak terelakkan. Kedua pribumi itu bergumul, berangkulan, saling melepaskan nafsu membunuh mereka yang liar. Seperti binatang buas, mereka saling menerkam, saling mengejar. Mendapati dirinya aman, dengan langkah bbergegas seperti dikejar setan, Tuan Asisten menghambur lari. Terbirit-birit dia keluar dari rumahnya. Sejurus kemudian, opas-opas pun datang. Perkelahian tidak seimbang terjadi. Lima lawan satu. Dengan mudah Wiryo diringkus.

“Cambuk dia sampai mati!” perintah Tuan Asisten sembari berkacak pinggang (hlm. 94-95).

b. Konflik Sosial antara Individu dengan kelompok

Konflik sosial antara individu dengan kelompok meliputi dua

konflik, yaitu konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu

dan konflik antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa.

1) Konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu

Konflik sosial antara Tuan Breuking dengan orang-orang

Melayu disebabkan karena pada suatu hari Tuan Breuking datang

menemui orang-orang Melayu. Dia membawa kabar untuk mereka

agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati. Kutipan yang

mendukung pernyataan di atas adalah

Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie!” katanya singkat (hlm. 120).

Akhir terjadinya konflik sosial antara Tuan Breuking

dengan orang-orang Melayu adalah ketika orang-orang Melayu

disuruh agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati

sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas

pacuan kuda. Namun orang-orang Melayu kembali memutuskan

untuk tetap tinggal. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas

adalah

Di kota Medan ada sebuah lapangan yang dikenal dengan sebutan racebaan. Di tempat itu, dua kali dalam setahun selalu diadakan lomba pacuan kuda. Persis berbatas dengan areal pacuan itu, beberapa orang Melayu itu para tamuku itu mendirikan rumah-rumah untuk memelihara istri dan anak-anak mereka. Mereka juga menjadikan sebagian lahan untuk menanam buah dan pohon hias (hlm. 120).

Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking dating lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal (hlm. 120).

Apakah mereka pembangkang yang brutal (hlm. 120)?

2) Konflik Sosial antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa

Konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa

disebabkan karena kuli-kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo)

yang menganggap Lelaki Cina itu musuh mereka, musuh dari ras yang

berbeda. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah

Mereka menyaksikan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang menyaksikan kematian yang nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan (hlm. 151).

Konflik sosial antara lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa adalah

ketika lelaki Cina yang merupakan musuh mereka mati di tangan

mereka sendiri. dengan begitu mereka merasa senang dan puas.

Barkat mencabut pisau dari tubuh lelaki Cina itu dengan tatapan bengis menghujam ke dalam mata sipit lelaki yang kesakitan itu. Bibirnya mengukir senyum puas. Kepuasan yang purba dari dendam laki-laki yang terlampiaskan. Saat barkat mencabut benda tajam itukeluar dari tubuhnya, lelaki Cina itu terhenyak, merasakan kesakitan yang berbeda namun dengan perih yang sama. Alis matanya mengernyit tanda ngilu (hlm. 151).

Mereka merasakan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang meyaksikan kematian yang nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong, yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan (hlm.151).

Mereka senang melihat dada lelaki Cina itu turun naik seperti sesak napas karena sakit paru-paru menahun. Mereka menikmati rintihannya. Senyum bengis yang kini tampak menyeringai saat seluruh tubuh Cina itu terlihat diam dan terkulai. Kusno menghunus pisaunya. Perlahan dan dingin, dia menggoreskan pisau itu ke leher lelaki itu yang memucat. Darah muncrat. Kulit leher lelaki cina itu lembut seperti sayuran. Saat disayat, dagingnya mengeluarkan suara berdesis seperti suara irisan tomat (hlm.151).

Yakin kalau musuhnya sudah mati, mereka melangkah pergi dengan perasaan puas. Sebelum sampai di bangsal, mereka berhenti. Harjo membagi uang milik Cina itu yang tadi sempat diambilnya sebelum pergi. Uang itu dibagi rata. Tidak begitu banyak namun lumayan untuk berjudi. Tanpa curiga, teman-temannya senang mendapat bagian. Mereka tidak tahu kalau sebelum uang itu dibagi, Harjo diam-diam telah memasukkan cincin emas milik Cina itu ke dalam kantongnya (hlm.152).

c. Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok

Konflik Sosial antara kelompok dengan kelompok terjadi antara

kubu sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij (ARP).

1) Konflik Sosial antara Kubu Sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij

(ARP).

Konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP disebabkan

karena adanya brosur Millioenen uit Deli yang dijadikan sebagai

itu sudah lama pula kubu sosialis dikenal sebagai lawan politik yang

sengit bagi ARP. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah

Seperti mendapat kesempatan emas, politisi-politisi berhaluan sosialis menjadikan isu kekerasan yang diurai Millioenen uit Deli itu sebagai peluru yang menjatuhkan Idenburg (hlm. 224).

Kubu sosialis sudah lama dikenal sebagai lawan politik yang sengit bagi Anti Revolutionaire Partij (ARP). Idenburg adalah kader partai yang disebut terakhir ini (hlm. 224).

konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP adalah ketika

Idenburg dan para petinggi ARP marah, jengkel dengan pernyataan-

pernyataan Kubu Sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa media

massa. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah

IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataan- pernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu benar-benar membuatnya jengkel (hlm. 224).

“Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan (hlm. 225).

Kemarahan Idenburg sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari yang silam. O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat yang pedas dan membuat kuping Idenburgg serta petinggi ARP merah. “Keberadaan industri tembakau di Deli dibangun oleh kekejian (hlm. 225).

C. Pembahasan

Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan

karya fiksi karya Emil W. Aulia. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat

Koeli Contract seperti karya sastra pada umumnya memiliki struktur

intrinsik yang membangun novel itu menjadi karya sastra yang menarik.

penokohan, serta alur. Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165)

tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa

yang dilakukan dalam tindakan. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat

Koeli Contract memiliki sebelas tokoh yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice

Heijligers, Wiryo, Tuan Aisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-

kuli Jawa (Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, Van

Limburg Stirum, dan Bergmeijer. dengan uraian perwatakan masing-masing.

Kesebelas tokoh memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-

beda. Tokoh Van Den Brand adalah tokoh protagonis dan menjadi pusat

cerita dan menjadi tokoh utama. Tokoh Jeanne Alice Heigjligers merupakan

tokoh protagonis namun bukan sebagai tokoh utama, Wiryo sebagai tokoh

tambahan, intensitas kemunculannya tidak banyak tetapi membantu

menghidupkan cerita. Tokoh Tuan Asisten hanya sesekali disebut saja dalam

cerita dan terdapat dalam dialog. Orang-orang Melayu hanya sekali muncul

dan tidak secara langsung ada dalam dialog. Tuan Breuking hanya muncul

sekali tetapi dapat menghidupkan cerita. Kuli-kuli Jawa kemunculannya

sekali dalam cerita tetapi menjadi konflik sosial. Lelaki Cina kemunculannya

tidak banyak, tetapi juga menjadi konflik sosial. Tokoh Idenburg

kemunculannya menghidupkan cerita dan terdapat dalam dialog. Tokoh Van

tidak secara langsung ada dalam dialog. Dan yang terakhir Bergmeijer, adalah

tokoh tambahan yang muncul di akhir cerita.

Plot mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa

yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri

(Nurgiyantoro, 1995: 111). Alur atau plot novel Berjuta-juta dri Deli Satoe

Hikajat Koeli Contract merupakan alur lurus atau progresif karena jalan

ceritanya mengalir pengertian alur sendiri pada dasarnya plot atau alur

dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat

kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau:

menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian (Nurgiyantoro,

1995: 153-163). Struktur alur dalam cerita meliputi eksposisi yang berisi

pengenalan latar sebagai pusat pengisahan awal, rangsangan yang

menceritakan mulai terjadinya pertentangan antara kemauan, sikap, dan

pandangan hidup. Dalam novel pada tahapan ini orang-orang kontrak

terancam bahaya. Tahap berikutnya adalah konflik, konflik terjadi ketika

brosur Millioenen uit Deli beredar di Belanda. Sebuah brosur karangan Van

Den Brand yang dipermasalahkan oleh orang-orang. Tahap berikutnya adalah

Rumitan, Rumitan dalam cerita terjadi ketika brosur karangan Van Den Brand

beredar dan seketika itu menyulut pembicaraan politik berkepanjangan.

Klimaks cerita tersebut ketika Van Den Brand angkat bicara atas semua

permasalahan tentang brosur yang dia buat pada tahap ini suasana mulai

memanas karena terjadi pertentangan dua kekuatan atau lebih. Leraian dalam

pada tanggal 11 Februari 1903. Pidato tentang brosur Millioenen uit Deli.

Penyelesaian cerita ditandai dengan pidato Van Den Brand yang mengatakan

pendapatnya bagi kuli-kuli di Deli. Alasan menggunakan jenis alur progresif

adalah ingin menyampaikan cerita yang mengalir awal sampai akhir secara

kronologis sehingga jalan cerita mudah diikuti.

Keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala

peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai

penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang

pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam

kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut

tergadai! Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para

kuli akan mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau

melanggar peraturan yang sudah ditetapkan.

Konflik sosial dibagi menjadi tiga, konflik sosial antara individu

dengan individu, konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan konflik

sosial antara kelompok dengan kelompok. Semua itu meliputi konflik sosial

antara Wiryo dengan Tuan Asisten, konflik sosial antara Tuan Breuking

dengan Orang-orang Melayu, konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kuli-

kuli Jawa, dan konflik sosial antara Anti Revolutionaire Partij (ARP) dengan

kubu sosialis. Demikianlah pembahasan tokoh, penokohan, alur, keadaan

sosial, dan konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract merupakan

karya fiksi karya Emil W. Aulia. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat

Koeli Contract seperti karya sastra pada umumnya memiliki struktur intrinsik

yang membangun novel itu menjadi karya sastra yang menarik. Struktur

intrinsik yang dianalisis dalam novel tersebut meliputi tokoh dan penokohan,

serta alur. Menurut Abram melalui Nurgiyantoro (1995: 165) tokoh cerita

adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama

yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan. Novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract

memiliki sebelas tokoh yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice Heijligers, Wiryo,

Tuan Aisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-kuli Jawa (Barkat,

Salim, Kusno, dan Harjo), Lelaki Cina, Idenburg, Van Limburg Stirum, dan

Bergmeijer. dengan uraian perwatakan masing-masing. Kesebelas tokoh

memiliki peran dan intensitas kemunculan yang berbeda-beda. Tokoh Van

Den Brand adalah tokoh protagonis dan menjadi pusat cerita dan menjadi

tokoh utama. Tokoh Jeanne Alice Heigjligers merupakan tokoh protagonis

namun bukan sebagai tokoh utama, Wiryo sebagai tokoh tambahan, intensitas

Tuan Asisten hanya sesekali disebut saja dalam cerita dan terdapat dalam

dialog. Orang-orang Melayu hanya sekali muncul dan tidak secara langsung

ada dalam dialog. Tuan Breuking hanya muncul sekali tetapi dapat

menghidupkan cerita. Kuli-kuli Jawa kemunculannya sekali dalam cerita

tetapi menjadi konflik sosial. Lelaki Cina kemunculannya tidak banyak, tetapi

juga menjadi konflik sosial. Tokoh Idenburg kemunculannya menghidupkan

cerita dan terdapat dalam dialog. Tokoh Van Limburg Stirum juga merupakan

tokoh yang menghidupkan cerita. Meskipun tidak secara langsung ada dalam

dialog. Dan yang terakhir Bergmeijer, adalah tokoh tambahan yang muncul di

akhir cerita.

Plot mengandung unsur jalan cerita atau tepatnya peristiwa-peristiwa

yang susul menyusul namun ia lebih dari sekedar jalan cerita itu sendiri

(Nurgiyantoro, 1995: 111). Alur atau plot novel Berjuta-juta dri Deli Satoe

Hikajat Koeli Contract merupakan alur lurus atau progresif karena jalan

ceritanya mengalir pengertian alur sendiri pada dasarnya plot atau alur

dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat

kronologis, peristiwa(-peristiwa) yang pertama diikuti peristiwa oleh (atau:

menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang kemudian (Nurgiyantoro,

1995: 153-163). Struktur alur dalam cerita meliputi eksposisi yang berisi

pengenalan latar sebagai pusat pengisahan awal, rangsangan yang

menceritakan mulai terjadinya pertentangan antara kemauan, sikap, dan

pandangan hidup. Dalam novel pada tahapan ini orang-orang kontrak

brosur Millioenen uit Deli beredar di Belanda. Sebuah brosur karangan Van

Den Brand yang dipermasalahkan oleh orang-orang. Tahap berikutnya adalah

Rumitan, Rumitan dalam cerita terjadi ketika brosur karangan Van Den Brand

beredar dan seketika itu menyulut pembicaraan politik berkepanjangan.

Klimaks cerita tersebut ketika Van Den Brand angkat bicara atas semua

permasalahan tentang brosur yang dia buat pada tahap ini suasana mulai

memanas karena terjadi pertentangan dua kekuatan atau lebih. Leraian dalam

cerita ditandai dengan jawaban Van Den Brand atas pidato Tuan Kooreman

pada tanggal 11 Februari 1903. Pidato tentang brosur Millioenen uit Deli.

Penyelesaian cerita ditandai dengan pidato Van Den Brand yang mengatakan

pendapatnya bagi kuli-kuli di Deli. Alasan menggunakan jenis alur progresif

adalah ingin menyampaikan cerita yang mengalir awal sampai akhir secara

kronologis sehingga jalan cerita mudah diikuti.

Keadaan sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli

Contract adalah kehidupan social kuli-kuli di perkebunan Deli dengan segala

peraturan yang tegas dari para tuan kebun. Mereka menemui berbagai

penderitaan di Deli. Seketika itu mereka dihadapkan pada kenyataan yang

pedih, mereka bertemu dengan sosok-sosok asing yang menggenggam

kehidupan mereka. Jiwa dan raga para kuli-kuli kontrak itu telah ikut tergadai!

Mereka harus selalu mematuhi perintah dari para tuan kebun. Para kuli akan

mendapat hukuman berat jika mereka melakukan kesalahan atau melanggar

Konflik sosial dibagi menjadi tiga, konflik sosial antara individu

dengan individu, konflik sosial antara individu dengan kelompok, dan konflik

sosial antara kelompok dengan kelompok. Semua itu meliputi konflik sosial

antara Wiryo dengan Tuan Asisten, konflik sosial antara Tuan Breuking

dengan Orang-orang Melayu, konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kuli-

kuli Jawa, dan konflik sosial antara Anti Revolutionaire Partij (ARP) dengan

kubu sosialis.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

analisis menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra yang mengkaji Tokoh,

penokohan, alur, keadaan sosial, dan konflik sosial dalam novel Berjuta-juta

dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract dapat dijadikan sebagai bukti penguat

teori yang digunakan. Analisis tersebut membahas tentang tokoh, penokohan,

Dokumen terkait